PRIMER (2004)

7 komentar
Saya yakin semua orang pernah mempunyai pengalaman dimana mereka menonton film dan sama sekali tidak mengerti apa maksud dari film tersebut saat pertama kali menontonnya. Ada kalanya terkadang sebuah film tidak cukup hanya ditonton sekali untuk bisa dimengerti apa isi didalamnya. Bahkan bagi para penonton yang tidak malas untuk berpikiri sekalipun ada batas dimana kemampuan nalar tidak sanggup menandingi kerumitan yang ditawarkan sebuah film. Sejauh ini, saya sendiri pernah tiga kali mengalami hal tersebut, yaitu disaat menonton dua film David Lynch, Eraserhead dan Inland Empire serta film Primer ini. Bedanya, jika dalam kedua film Lynch tersebut kerumitan datang dari makna dalam filmnya dan penonton bebas memberikan interpretasi masing-masing terhadap film tersebut, sedangkan dalam Primer kita akan menemukan sebuah sajian dengan plot yang berjalan tidak secara konvensional dan berisikan dialog-dialog ilmiah yang susah dimengerti orang awam. Primer sendiri berhasil memenangkan Grand Jury Prize pada Sundance tahun 2004 dan mendapat status cult. Sebuah pencapian hebat dari sebuah film yang hanya memiliki bujet $7,000 dan berbagai aspeknya ditangani oleh satu orang saja. Ya, Shane Carruth selaku sutradara juga merupakan produser, penulis naskah, penata musik, editor sekaligus menjadi pemain utamanya.

Pada awalnya, Primer akan memperkenalkan penontonnya pada Aaron (Shane Carruth), Abe (David Sulivan), Robert (Casey Gooden) dan Phillip (Anand Upadhyaya) yang tengah mengerjakan sebuah proyek ilmiah. Mereka berusaha menciptakan sebuah penemuan terbaru dengan melakukan berbagai uji coba di garasi milik Aaron. Setelah berbagai kegagalan, akhirnya Aaron dan Abe menemukan fakta bahwa mesin yang mereka kerjakan tersebut mampu digunakan untuk mengurangi massa sebuah benda. Tapi dibalik keberhasilan tersebut mereka menemukan suatu fakta yang aneh. Keanehan terjadi saat benda yang mereka masukkan dalam mesin itu dikeluarkan dimana terdapat protein dalam jumlah yang harusnya baru terbentuk dalam jangka waktu beberapa tahun. Disitulah mereka mulai menyadari bahwa mesin tersebut bisa jadi merupakan sebuah mesin waktu. Primer diisi dengan begitu banyak dialog ilmiah yang mengandung unsur fisika yang amat kental. Jika anda bukan orang yang cukup ahli dalam bidang fisika maka jangan harap mengerti apa yang mereka bicarakan. Hebatnya, semua aktor yang bermain disini nampak begitu menguasai apa yang mereka bicarakan, padahal belum tentu mereka memahami istilah-istilah fisika yang ada dalam dialog tersebut.

Tapi sebenarnya untuk memahami jalan cerita film ini kita tidaklah perlu benar-benar mengerti akan istilah-istilah fisika yang bertebaran. Karena berbagai dialog rumit tersebut bisa dibilang berfungsi sebagai deskripsi detail mengenai bagaimana prinsip kerja mesin waktu tersebut. Tapi untuk memahami jalan ceritanya tidak perlu sampai memahami berbagai istilah asing tersebut. Masalahnya adalah meskipun filmnya sudah berisikan dialog yang membuat pusing penonton, Shane Carruth sama sekali tidak berusaha membuat alur ceritanya sederhana. Tema time travel yang sudah cukup rumit disajikan dengan alur yang rumit pula. Alurnya mungkin termasuk linear, tapi kontinuitas waktu yang menjadi bias dengan tema mesin waktu inilah yang membuat plotnya rumit. Kombinasi dialog kelas tinggi dengan alur yang rumit inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi penonton untuk memecahkan puzzle yang terdapat dalam filmnya. Daripada menekankan kepada petualangan yang terjadi akibat keberadaan mesin waktu seperti yang biasa kita jumpai pada film-film mainstream, Primer lebih mengetengahkan pada penemuannya. Hal itulah yang menyebabkan film ini lebih cerewet berbicara soal cara kerja dan berbagai ilmu fisika di sekitar mesin waktu tersebut, karena yang ditekankan adalah mengenai penemuan hal baru dan bagaimana orang menanggapi temuan baru tersebut.
Saya yakin pengalaman pertama menonton film ini akan terasa membingungkan. Kita tahu bahwa ini adalah film tentang mesin waktu yang memungkinkan penggunanya kembali ke masa lalu, tapi bagaimana proses tersebut terjadi dan hal-hal apa saja yang terjadi setelah itu akan terasa membingungkan. Jika anda malas berpikir dan langsung menyerah setelah pengalaman menonton yang pertama, maka Primer akan menjadi sebuah film yang memusingkan, menyebalkan dan tidak jelas. Tapi jika segala hal rumit tersebut membuat anda penasaran untuk memecahkan puzzle yang ada, maka pengalaman menonton kedua atau bahkan seterusnya akan terasa luar biasa, apalagi saat anda sudah bisa memahami hampir keseluruhan filmnya, maka Primer akan menjadi sebuah film dengan naskah yang cerdas, padat dan penuh dengan twist cemerlang. Pada pengalaman pertama, saya sendiri menyerah saat filmnya baru berjalan satu jam lebih sedikit. Tapi begitu mengulang sampai dua kali lagi, filmnya terasa begitu cerdas. Film ini seolah menjadi definisi yang sesungguhnya dari genre science-fiction dimana akhir-akhir ini Hollywood makin mengesampingkan unsur sains dan makin memperkuat fiksinya. Sedangkan apa yang disuguhkan Primer benar-benar merupakan sebuah studi akan hal berbau sains yang dipadukan dengan unsur fiksim bukannya sebuah hal fiksi yang dipaksa diselipi sains tanpa dasar.

Mari sedikit membicarakan apa yang sebenarnya terjadi dalam film ini, jadi mungkin paragraf ini mengandung beberapa SPOILER. Mesin waktu dalam film ini punya cara kerja kurang lebih seperti ini: Aaron dan Abe datang ke gudang penyimpanan untuk menyalakan mesin waktu dengan diberi timer 15 menit. Setelah itu mereka akan menunggu di penginapan sembari mengecek bursa saham. Setelah mengetahui saham mana yang paling banyak menghasilkan uang, mereka kembali ke gudang penyimpanan enam jam setelah mesin tersebut dinyalakan. Kemudian mereka masuk dan secara otomatis mereka akan kembali pada waktu disaat mesin itu menyala, yakni 15 menit setelah timer dinyalakan. Itulah sebabnya mereka memakai timer karena jika tidak maka Aaron dan Abe akan bertemu dengan kembaran mereka dari masa depan yang keluar tepat disaat mereka menyalakan mesin tersebut. Tapi tentu saja selain itu masih ada banyak misteri lainnya yang muncul khususnya mendekati akhir film. Pastinya saya juga tidak akan membocorkan kejutan tersebut dalam review ini.

Menonton Primer saya kembali tersadarkan pada esensi film sebagai simbol kreatifitas. Primer tidak pernah terliaht murahan meski tanpa mengetahui bujet aslinya kita sudah bisa mengira bahwa film ini dibuat dengan bujet minim. Naskah yang cerdas dan dibumbui imajinasi menawan dan dipadukan dengan proses edting yang baik adalah faktor yang membuat film murah ini tidak pernah terasa murahan. Film ini terasa begitu dekat dengan keterbatasan dalam berbagai aspek, tapi dengan bermodalkan kreatifitas khususnya dari Shane Carruth yang seperti melakukan one man show disini, Primer bisa terlihat jauh lebih berharga dari film-film sci-fi keluaran Hollywood yang mempunyai bujet bisa mencapai 100.000 kali lebih besar daripada film ini. Primer adalah segalanya tentang time traveler. Mulai dari bagaimana konsep sebuah mesin waktu, apa saja yang bisa dilakukan dengan mesin tersebut, sampai apa saja dampaknya jika kita mencoba mencurangi waktu. Semuanya dibalut dalam sebuah sajian film yang cerdas dan solid.


7 komentar :

Comment Page:
Akbar Saputra mengatakan...

gw udah nonton film ini. dan bingung banget. dan ya, jadinya malas nonton. tapi ngeliat review ini, akan gw coba untuk repeat-viewing. soalnya setelah nonton pertama kali udah terlanjur males buat nonton kedua kalinya :P

udah pernah nonton Mulholland Dr.? itu cult juga, ngebingungin juga.

Rasyidharry mengatakan...

Haha emang harus niat & sabar banget kalo mau nonton Primer ini

IMO Mulholland Dr. walaupun plotnya rumit tapi masih jauh lebih waras dibanding Inland Empire hehe

Admin mengatakan...

Barusan nonton Primer trus searching di google ini film apa sebenarnya,, asli bingung. Baiklah akan saya nonton ulang +_+

Rasyidharry mengatakan...

Primer emang harus ditonton lebih dari sekali hehe

Vektor Kades mengatakan...

Terima kasih mas reviewnya (y) saya sudah menonton film yang bertemakan waktu mulai dari film Back to the future 1985 (seri 1,2, dan 3) kemudian ada butterfly effect (Seri 1,2,3), time travell, dan masih banyak lagi (y) Film yang semacam inilah yang musti utk ditonton karena selain kita mendapat ilmu, kita bisa merasakan bagaimana sebuah mesin waktu itu ada :D

Mantap sekali
www.vektorkades.com
Silahkan jika berkenan berkunjung :D

Mbah Sinopsis mengatakan...

Asli puyeng nonton filmnya.. Hehe.. Udh dialog kelas tinggi, alur yg seperti terpotong2 sma ada gandaan dari Abe dan Aeron.. Mungkin karena subtitle yg saya download jadi agak memusingkan, pertama saya kira ini mesin pengganda.. Haha.. Eh diakhir baru engeh kalau ini tentang mesin waktu.. Mungkin bakalan nonton lagi biar lebih paham lagi.. Thanks untuk reviewnya..

Anonim mengatakan...

Opsi 2 : Klo gak mau nonton 2 kali ya nonton separuh aja dulu... Ato gak, nonton 1/4 film dulu... Abis itu ngelamun deh mikir tentang 1/2 film yg barusan ditonton... Klo udah ngerti ya lanjut ke part selanjutnya...
Klo sampe 1/2 aja belum ngerti ya maksa banget buat dituntasin sampe abis... Alias, kebingungan yang menumpuk... ☺