DREAM (2008)
Dream adalah film kelima belas dari Kim Ki-duk dan film terakhirnya sebelum sang sutradara memutuskan vakum dan menyepi di atas gunung. Sekedar informasi, pada proses pengambilan gambar film ini sempat terjadi kecelakaan yang menimpa aktris Lee Na-young. Saat itu sang aktris sedang melakukan adegan gantung diri, dan tanpa disangka-sangka terjadilah kecelakaan yang membuatnya sungguh-sungguh tercekik. Nyawa sang aktris berhasil diselamatkan tapi Kim Ki-duk merasa benar-benar terpukul atas kejadian tersebut dan membuatnya mempertanyakan makna hidup dan dirinya sebagai sutradara. Kembali ke filmnya, Dream sendiri seperti judulnya memang menampilkan cerita yang berpusat pada mimpi yang dialami oleh karakternya. Ya, ini adalah film tentang mimpi yang berjalan layaknya mimpi, maka jangan terkejut jika anda menemukan berbagai hal yang rasanya tidak masuk akal dan jauh dari logika. Kenapa? Karena bukankah mimpi seringkali tidak masuk akal dan mengkhianati logika? Tapi meski berbekal fakta tersebut Kim tidak lantas membuat filmnya asal melukai logika yang ada, karena seperti biasa film Kim adalah sebuah perjalanan indah penuh makna.
Jin (Jo Odagiri) baru saja terbangun dari mimpinya tentang tabrak lari yang ia lakukan. Jin merasa mimpi tersebut sangatlah nyata dan memutuskan untuk mendatangi tempat dimana mimpinya itu terjadi. Disana Jin terkejut karena dia mendapati kecelakaan tabrak lari dalam mimpinya sungguh-sungguh terjadi. Berdasarkan bukti dan rekaman yang ada, polisi menetapkan Ran (Lee Na-young) sebagai tersangka. Tapi walaupun bukti sudah sanagt jelas mulai dari foto lalu lintas yang memperlihatkan wajahnya dan fakta bahwa mobil miliknya rusak bekas kecelakaan, Ran mengelak bahwa ia melakukan tabrak lari tersebut. Menurut kesaksian Ran, saat kejadian berlangsung ia sedang tertidur di rumahnya. Mendengar kesaksian tersebut Jin menyadari bahwa apa yang ia alami dalam mimpinya akan terjadi pada kehidupan nyata. Bedanya, yang melakukan hal tersebut bukanlah Jin, melainkan Ran yang ternyata juga mempunyai kebiasaan tidur sambil berjalan. Menyadari hal tersebut bisa membahayakan khususnya bagi Ran, keduanya memutuskan untuk saling membantu supaya masing-masing dari mereka tidak tertidur. Perlahan mereka juga mulai menyadari bahwa ada ikatan diantara mereka berdua.
Dream memang mengaburkan batasan antara mimpi dan realita. Dengan mengaburkan batasan tersebut, Kim Ki-duk menghantarkan pada kita kisah mengenai sebuah takdir dan belahan jiwa. Jin dan Ran sekilas adalah dua karakter yang berlawanan dalam banyak hal. Disaat Jin begitu menginginkan mantan kekasihnya, Ran sangat membenci dan ingin melupakan mantan kekasihnya. Disaat Jin bermimpi akan sesuatu, justru Ran yang mengalami hal tersebut di dunia nyata. Keduanya terasa begitu berlawanan namun bukan berarti mereka berseberangan. Sebaliknya, keduanya justru bagaikan dua sisi mata uang yang saling mengisi. Seperti yang disampaikan dalam filmnya, mereka bagaikan representasi warna hitam dan putih yang sekilas nampak berbeda namun jika diperhatikan sebenarnya saling mengisi dan merupakan satu kesatuan. Begitu pula dengan Jin dan Ran yang nampak berbeda namun merupakan satu kesatuan yang bisa disatukan dengan rasa cinta diantara keduanya. Mereka nampak mengejar hal yang berbeda namun sebenarnya tidak, karena yang mereka cari adalah fase dimana keduanya dapat "terlahir kembali" dan berjalan meninggalkan masa lalu masing-masing.
Kupu-kupu adalah hal yang begitu dominan dalam film ini, mulai dari poster filmnya, dialog yang muncul, kalung yang dipakai Ran, hingga ending-nya pun menampilkan kupu-kupu. Dalam konteks mimpi, kupu-kupu sering diartikan sebagai bentuk dari metamorfosis dan kelahiran kembali. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, kedua karakter utama film ini memang dibawah sadar mereka sedang berusaha untuk keluar dari masa lalu masing-masing. Mereka ingin bermetamorfosis menjadi diri mereka dalam kehidupan baru yang lebih indah, layaknya kepompong yang menjadi kupu-kupu. Mereka berusaha untuk terlahir kembali sebagai Jin dan Ran baru yang bahkan mungkin lagi-lagi tanpa mereka sadari (ingin) saling mencintai satu sama lain. Dengan kisah seperti itu, Kim Ki-duk merangkai film ini menjadi sebuah perjalanan yang sebenarnya terasa lebih menyenangkan dibanding film-filmnya yang lain. Kedua karakternya adalah karakter aktif yang berinteraksi dengan baik satu sama lain. Memang mereka mengalami fase kelam yang depresif, namun ada masanya diawal hingga pertengahan mereka adalah sosok yang penuh harapan dan saling menyokong satu sama lain. Interaksi keduanya pun sempat membuat saya tertawa, sebuah hal yang sebelumnya tidak pernah saya jumpai dalam film Kim Ki-duk.
Bicara logika tentu saja alur ceritanya akan sulit untuk diterima akal sehat. Namun didalam alurnya sendiri terdapat beberapa hang terasa diluar nalar dan cukup absurd. Sebagai contoh adalah fakta bahwa karakter Jin yang dimainkan Jo Odagiri yang notabene merupakan aktor asal Jepang berdialog dengan bahasa Jepang di sepanjang film. Sedangkan karakter lainnya termasuk Ran berbicara dengan bahasa Korea dan anehnya komunikasi mereka lancar-lancar saja. Lihat juga lokasinya yang menampilkan rumah-rumah tradisional tapi disisi lain mempunyai teknologi tinggi semisal kunci elektronik dengan password. Semakin jauh lagi akan muncul berbagai momen absurd lain yang sebenarnya sudah jamak dijumpai pada film-film Kim Ki-duk. Contoh lain adalah adegan yang memperlihatkan Ran dan Jin melihat mantan kekasih mereka saling bertengkar untuk kemudian mereka secara bergantian mulai bertukar posisi antara siapa yang bertengkar dan siapa yang diam melihat pertengkaran. Berbagai bentuk metafora dan surealisme memang sudah melekat dengan karya sang sutradara, namun dalam Dream, surealisme tersebut erat kaitannya dengan apa sebenarnya bentuk dari film ini. Dream memang adalah film tentang mimpi kedua karakternya, tapi lebih luas lagi, Dream adalah sebuah rangkaian mimpi yang membungkus indah ceritanya.
Menonton Dream memang bagaikan sebuah mimpi. Diluar kisahnya yang absurd, saya bagaikan bermimpi disaat melihat sisi lain dari film seorang Kim Ki-duk. Memang menjelang akhir nuansa filmnya makin kelam, depresi dan diisi oleh beberapa adegan berkonten kekerasan yang membuat ngilu saat ditonton, tapi kedua karakter utamanya membuat perbedaan besar antara Dream dengan karya Kim lainnya. Kim Ki-duk selalu berhasil menyajikan twisted love story yang indah dan menyentuh, namun dalam film ini saya untuk pertama kalinya dibuat begitu simpatik dan mencitai sosok Jin dan Ran lewat hubungan mereka berdua yang saling membangun tanpa ada intensi menghancurkan atau merubah hidup satu sama lain (hal yang beberapa kali nampak di love story seorang Kim Ki-duk). Dream pun seperti biasa diakhiri dengan sebuah momen yang begitu indah dan menunjukkan bagaimana piawainya seorang Kim Ki-duk merangkum sebuah tragedi kedalam rangkaian keindahan yang unik. Lewat film ini juga saya makin menyadari bahwa meski Kim Ki-duk sering menampilkan kisah cinta, namun kata-kata "I Love You" sangat jarang muncul, namun sekalinya kalimat tersebut muncul, rasa cinta yang begitu kuat akan terasa begitu indah.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar