AMERICAN HORROR STORY - ASYLUM (2012)
Musim pertama dari American Horror Story (review) memang jauh dari kata sempurna, tapi tontonan bertajuk Murder House tersebut jelas berhasil memberikan suguhan horror dan misteri yang sangat menghibur. Maka dari itu saya tidak pikir panjang untuk segera menonton musim kedua yang berjudul Asylum. Meski banyak menghadirkan pemain dari musim pertamanya tapi musim kedua ini punya karakter dan cerita yang sama sekali berbeda. Jika musim pertama menjadikan sebuah rumah penuh hantu dan konflik keluarga sebagai fokus utamanya, maka Asylum seperti yang terlihat dari judulnya akan membawa kita menyaksikan horror yang terjadi dalam sebuah rumah sakit jiwa. Dengan jumlah satu episode lebih banyak dari musim pertamanya (13 episode), Asylum akan membawa kita ke tahun 1964 di sebuah institusi mental bernama Briarcliff yang bertempat di Massachusetts. Briarcliff dipimpin oleh Monsignor Timothy Howard (Joseph Fiennes) dan dikelola oleh Suster Jude (Jessica Lange). Institusi tersebut pada awalnya didirikan untuk menangani pasien sakit jiwa supaya mereka sembuh dan menjalani hidupnya sesuai dengan jalan yang diperintahkan Tuhan. Tapi pada kenyataannya, pasien-pasien disana tidaklah mendapat perawatan yang layak.
Banyak pasien yang justru mendapat banyak penyiksaan mulai dari sifat keras Suster Jude yang sering memukul pasien yang berulah dengan tongkat kayu, sampai menjadi korban "pengobatan" dari Dr. Arden (James Cromwell). Dr. Arden sendiri diam-diam melakukan eksperimen terhadap para pasien disana untuk menciptakan sebuah makhluk misterius dengan dibantu oleh Suster polos bernama Mary Eunice (Lily Rabe) yang juga menjadi bahan "imajinasi" Dr. Arden. Suatu hari datanglah seorang reporter ambisius yang juga merupakan lesbian (pada era itu lesbian belum dianggap sesuatu yang wajar) bernama Lana Winters (Sarah Paulson). Dia berambisi membongkar semua kebobrokan Briarcliff tapi malah akhirnya terjebak sebagai pasien disana akibat akal bulus Suster Jude. Ada juga Kit Walker (Evan Peters) yang baru saja menjadi tersangka kasus pembunuhan terhadap tiga orang wanita termasuk istrinya sendiri. Ketiga korban itu tidak hanya dibunuh tapi juga dikuliti dan konon katanya kulit tersebut dijadikan topeng oleh sang pembunuh yang memakai nama "Bloody Face". Namun Kit menyangkal tuduhan tersebut dan berkata bahwa pada saat kejadian pembunuhan ia melihat cahaya terang dan diculik oleh alien. Ya, Asylum akan penuh dengan berbagai misteri tentang tiap-tiap karakternya. Tidak hanya itu, musim kedua ini memang tidak menampilkan hantu, tapi sebagai gantinya akan ada serial killer, alien, dan iblis yang "bertugas" memberikan teror pada penonton.
Sebenarnya episode pertama "Welcome to Briarcliff" dimulai dengan tidak terlalu meyakinkan meski kehadiran Adam Levine untuk dibantai cukup menghibur. Awal episode pertaama ini memperlihatkan sosok alien dan bagi saya menjadikan makhluk luar angkasa bukanlah langkah yang menarik. Tapi seiring berjalannya durasi, episode pembuka ini terasa semakin solid saat kengerian di Briarcliff mulai muncul dan satu per satu misteri mulai nampak. Bahkan penampakan pertama dari Briarcliff yang topengnya didesain dengan begitu mengerikan (sedikit mirip Leatherface dari Texas Chainsaw Massacre) sanggup memberikan efek kejut luar biasa. Tapi sesungguhnya baru pada episode kedua lah Asylum benar-benar mulai menjadi sebuah tontonan yang amat sangat menarik. Jika berpikir bahwa ceritanya akan sempit karena mayoritas mengambil lokasi di institusi mental, maka anda salah karena musim kedua ini justru punya cakupan cerita yang lebih luas dan lebih rumit daripada musim pertamanya. Seperti yang sudah saya bilang, sumber horrornya tidak hanya satu tapi beragam. Masing-masing juga punya daya tarik sendiri. Para alien akan memberikan misteri tentang nyata atau tidaknya sosok mereka atau hanya imajinasi Kit. Sosok Bloody Face akan memberikan kenikmatan tebak-tebakan dan sajian gore ala film-film slasher. Momen gore dan disturbing juga hadir dari sosok Dr. Arden sang mad scientist. Sedangkan sang iblis akan memberikan kengerian lewat "sampul" manis dan lugu dari sosok Suster Mary Eunice.
Asylum sanggup mempertahankan bahkan meningkatkan aspek-aspek dalam Murder House. Ceritanya lebih twisted karena dipenuhi dengan pertanyaan moral dan para pelayan Tuhan yang justru mengalami krisis iman. Karakternya jauh lebih kompleks dan menarik, karena tidak ada yang benar-benar baik disini. Semuanya punya sisi gelap masing-masing yang membuatnya jadi menarik. Mungkin hanya Kit Walkers yang diperankan Evan Peters saja yang membosankan. Memang sudah banyak horror maupun thriller yang menjadikan krisis iman sosok religius sebagai fokusnya, tapi Asylum termasuk yang paling gila. Mulai dari Monsignor yang gila tahta, suster yang mantan pelacur, sampai seorang suster polos yang dirasuki iblis. Tiap karakter punya momen dimana mereka adalah sosok jahat yang membuat saya ingin memukul mereka, tapi di satu momen mereka juga bisa menjadi begitu simpatik. Sosok yang awalnya terlihat begitu kejam dan paling dibenci bisa berubah menjadi sosok yang paling "baik" dan disukai. Transformasi karakternya itulah yang begitu menarik, dan hal ini terus bertahan hingga musim kedua berakhir. Ya, musim kedua ini tidak hanya punya banyak plot twist yang mengejutkan tapi juga twist terhadap karakter-karakternya.
Jika musim pertamanya punya kelemahan pada scare jump karena memang membutuhkan itu, maka Asylum mengatasi kelemahan AHS tersebut dengan menghadirkan kengerian yang tidak membutuhkan scare jump melainkan lewat teror psikologis dan banyak momen disturbing. Tapi sekalinya scare jump itu muncul, berhasil dieksekusi dengan cukup baik, setidaknya lebih baik dari musim pertamanya. Aspek teknis musim kedua ini juga jauh lebih baik bahkan beberapa kali begitu indah dan tidak membuat tontonan utamanya terasa timpang jika dibandingkan dengan teaser maupun opening sequence-nya yang selalu creepy tingkat maksimum. Dengan berbekal sinematografi bagus, efek make-up keren, penggunaan slo-mo yang efektif serta scoring yang juga bagus menjadikan Asylum benar-benar terasa superior jika bicara soal teknis dibandingkan Murder House. Bicara soa musik, lagu Dominique yang rutin diputar di Briarcliff tidak bisa hilang dari otak saya. Sebagai "bonus", Asylum juga melipat gandakan unsur seksual menjadi lebih seksi tanpa terkesan murahan entah itu lewat sosok Suster Jude dengan lingerie merahnya atau Suster Mary Eunice yang semakin kerasukan terasa semakin sensual. Bicara soal dua karakter itu, akting dari Jessica Lange dan Lily Rabe memang luar biasa disini. Jessica Lange sanggup menjadikan Suster Jude tidak hanya karakter yang super menyebalkan tapi punya kedalaman dan konflik batin yang mendalam.
Tapi dengan segala kehebatan tersebut, AHS musim kedua ini masih tidak lepas dari kekurangan. Salah satu kekurangannya adalah konklusi yang terasa begitu terburu-buru pada banyak karakternya. Tercatat ada dua karakter "tamu" yang menjanjikan termasuk sosok gadis kecil psikopat yang sempat muncul di awal musim namun hanya tampil satu episode saja untuk kemudian menghilang. Sangat disayangkan karena tokohnya begitu menarik dan punya banyak potensi untuk digali lebih dalam. Beberapa karakter utamanya pun kisahnya banyak yang diakhiri dengan terburu-buru khususnya Mary Eunice. Akhir cerita Mary Eunice memang dieksekusi dengan baik, tapi saya tidak bisa tidak merasa bahwa kreator AHS kehabisan ide untuk memberikan akhir yang lebih memuaskan. Asylum juga mengulangi kesalahan Murder House dengan menghadirkan akhir musim yang sedikit anti-klimaks. Tidak seburuk finale musim pertama, tapi tiga episode terakhir Asylum yang punya atmosfir berbeda dari episode-episode sebelumnya terasa terlalu drastis dalam berubah yang akhirnya malah sedikit kehilangan greget. Beberapa konklusi juga terasa bagaikan rangkuman belaka dalam tiga episode terakhir ini. Dari sekian banyak karakter banyak pula yang mendapat akhir yang kurang memuaskan karena eksekusi yang terburu-buru. Tapi untungnya momen paling akhir dari Asylum cukup memuaskan dan terasa tragis.
Secara keseluruhan, musim kedua ini jelas merupakan peningkatan dari musim pertamanya. Masih banyak hal yang harus dibenahi tapi jelas Asylum bukan sekedar hiburan menyenangkan seperti Murder House tapi sebuah rangkaian banyak kisah dan misteri yang begitu kompleks, menarik dan twisted. Penuh dengan ambiguitas moral, karakter yang ambigu, atmosfer yang begitu kelam, tragis dan seringkali hopeless musim kedua ini memperihatkan apa yang bisa dilakukan oleh serial American Horror Story terhadap berbagai cultural horror dan materi-materi yang sebenarnya sudah seringkali diangkat untuk dan menjadikannya sebagai sebuah tontonan 13 episode penuh kegilaan dimana-mana.Tentu saja saya akan segera melanjutkan perjalanan horror ini dengan menonton musim ketiganya yang punya sub-judul Coven.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:Aku baru kecanduan sama AHS lagi nntn sekalian nyari review, keren review nya kak :)
Baca review nya dulu sebelum nonton.
Karna takut nyesel. Hahaha..
By the way terimakasih Om Rasyid atas penulisan reviewnya ��
Posting Komentar