CHEAP THRILLS (2013)

1 komentar
Jika berbicara tentang ambiguitas moral, mungkin salah satu hal yang paling sering ditanyakan adalah "sejauh manakah seseorang akan berbuat demi mendapatkan uang untuk menghidupi orang yang dia sayangi?" Tentu saja akan muncul sebuah dilema besar disana. Pertanyaan itulah yang pada akhirnya menjadi dasar dari film yang disutradarai oleh E.L. Katz ini. Seperti judulnya, Cheap Thrills memang pada akhirnya mengembangkan premis tersebut menjadi sebuah sajian penuh hiburan serta ketegangan yang nampak murahan diluar tapi sesungguhnya jauh dari kata murahan jika ditinjau lebih jauh lagi. Karakter utamanya adalah Craig (Pat Healy), seorang pria yang tengah menghadapi kesulitan finansial. Jangankan untuk menghidupi istri dan anaknya yang masih bayi, Craig pun tengah menghadapi ancaman diusir dari apartemennya karena terlambat membayar uang sewa. Seolah masih belum cukup, di hari yang sama Craig dipecat dari bengkel tempatnya bekerja. Craig yang depresi dan merasa tidak berguna menghabiskan malamnya minum-minum di sebuah bar. Disanalah ia bertemu kembali dengan teman lamanya semasa sekola, Vince (Ethan Embry). Obrolan "reuni" keduanya pun dengan cepat merambat ke masalah finansial yang dialami Craig. Vince sendiri tidak jauh lebih beruntung karena sebagai seorang penagih hutang, ia pun tidak mendapatkan uang yang besar.

Saat itulah keduanya bertemu dengan pasangan suami istri kaya raya, Colin (David Koechner) dan Violet (Sara Paxton) yang berada disana untuk merayakan ulang tahun Violet. Untuk merayakan itu, Colin pun mengajak Criag dan Vince untuk minum-minum bersama. Tidak hanya itu, Colin pun mulai menawarkan sejumlah uang jika Craig dan Vince berhasil menyelesaikan tantangan yang ia berikan. Pada awalnya tantangan yang diberikan memang sederhana bahkan terkesan konyol seperti siapa yang bisa pertama menghabiskan minuman, siapa yang bisa membuat seorang wanita di bar menamparnya, atau melemparkan dart tepat pada sasaran. Hanya itu saja pada awalnya sampai "pesta" berpindah dari bar ke rumah Colin dan Violet. Disanalah taruhan yang diberikan oleh Colin semakin tinggi seiring dengan semakin gila dan berbahayanya tantangan yang diajukan. Mungkin dari sinopsis tersebut anda sudah bisa menebak hal apa yang dijadikan daya tarik utama dalam film ini. Ya, apalagi kalau bukan tantangan demi tantangan yang makin lama makin ekstrim. Tantangan yang awalnya terlihat ringan dan menghibur bagi penonton lama kelamaan bakal terasa menegangkan bahkan disturbing. Seperti yang muncul dalam salah satu dialognya, ini memang mirip dengan Fear Factor, hanya saja dalam tingkatan yang jauh lebih gila dan berbahaya.
Cheap Thrills. Mudah untuk menciptakan kesenangan dan ketegangan yang murahan dalam film. Cukup dengan memberikan rangkaian adegan gore dalam film-film eksploitas maupun torture porn, penonton yang menyukai genre tersebut akan terhibur. Mendengar premis dan judulnya, Cheap Thrills memang sekilas terasa sama murahannya dengan film-film tersebut, tapi sesungguhnya film ini jauh lebih cerdas dan sama sekali tidak murahan. Premis yang ditawarkan tentang ambiguitas mora dan uang bukanlah sekedar sampul maupun sebuah "formalitas" untuk membuat filmnya nampak memiliki plot. Aspek tersebut memang tidaklah terlalu dalam tapi juga jauh dari kesan dangkal dan masih terasa esensial. Setidaknya hal terebut berguna untuk menghilangkan plot hole mengenai kenapa para karakternya bersedia melakukan hal-hal gila. Kenapa? Pertama karena uang, dan yang kedua tanpa mereka sadari karena keserakahan. Dibalik segala alasan verbal dan diatas alam sadar mereka tentang kebutuhan uang untuk menyambung hidup dan membayar hutang, terlihat jelas bahwa sesungguhnya keserakahan turut ambil bagian dalam kegilaan mereka dan itu tidak atau menolak disadari oleh mereka. Bahkan tidak hanya itu film ini juga memasukkan kisah tentang fetishism yang membuat motivasi Colin dan Violet dalam berbagai kegilaan mereka jadi bisa dimengerti. Ya, dengan aspek-aspek diatas saya dibuat memahami segala perbuatan yang dilakukan Craig-Vince maupun Colin-Violet.
Tensi film ini sendiri terus meningkat. Setelah dimulai dengan lambat dan kurang menarik saat kisahnya berbasa-basi dengan kehidupan pribadi Craig, perlahan semuanya semakin menarik saat Craig dan Vince mulai berinteraksi dengan pasangan Colin-Violet. Seperti yang dirasakan oleh Craig dan Vince, tantangan-tantangan awal yang diberikan oleh Colin juga terasa menghibur dan lucu di mata saya. Cukup untuk membuat Cheap Thrills tidak menjadi tontonan yang membosankan. Barulah saat "arena pesta" berpindah ke rumah, film ini semain naik intensitasnya seiring dengan kegilaan yang terus bertambah lewat kekerasan demi kekerasan yang hadir hingga berujung pada sebuah akhir tragis dengan sedikit bahasan tentang persahabatan. Saat hal yang menjijikkan mulai dibuang dan dimakan, saat muntahan mulai tumpah, saat bagian tubuh mulai terpotong dan saat darah mulai mengalir deras, disitulah hiburan yang hadir sampai pada puncaknya. Anda akan merasa jijik, dibuat meringis bahkan mungkin mual tapi justru disitulah kesenangannya. Tapi tidak hanya sentuhan thriller-nya saja yang maksimal karena sentuhan komedinya pun sukses besar. Pastinya sudah bisa ditebak bahwa komedi yang hadir adalah black comedy. Sebagai komedi hitam, mungkin Cheap Thrills merupakan salah satu yang paling bisa membuat saya tertawa lepas sepanjang tahun ini.

Para pemainnya pun berakting dengan baik disini. Pat Healy sempurna menghadirkan Craig yang oleh rasa depresi dan hopeless yang ia rasakan perlahan bertransformasi dari seorang pecundang dan penakut menjadi pria gila yang berani melakukan hal gila apapun. Saya melihat kegilaan dalam dirinya, kegilaan dari seseorang yang telah putus asa. David Koechner yang lebih banyak dikenal sebagai tokoh Champ Kind dalam dua film Anchorman sanggup memperlihatkan juga kegilaannya disini termasuk pada saat harus melakoni adegan yang punya konten komedi hitam. Sara Paxton mungkin bukanlah seorang aktris dengan kemampuan akting luar biasa, tapi jelas sensualitasnya dimaksimalkan secara luar biasa disini. Saya yang tidak menganggapnya cantik selama ini pn menganggap sosok Violet yang ia perankan benar-benar menggoda. Sekilas Ethan Embry mungkin yang paling tidak menonjol sebagai sosok pria brutal yang gila uang, tapi tunggulah sampai karakter Vince mendapatkan dilema besar menjelang akhir film. Sosoknya pun berubah menjadi karakter yang begitu simpatik di mata saya. Pada akhirnya Cheap Thrills jelas tidak murahan. Di dalam sampulnya yang terasa murah dan tasteless itu terdapat cerita dan isu yang begitu kompleks dan penuh dilema. Hanya saja penyajiannya yang ringan "menyamarkan" semua itu menjadi thriller brutal dengan sentuhan komedi hitam yang luar biasa menyenangkan.

1 komentar :

Comment Page:
Er mengatakan...

Dibalik ke brutalan bnyak pesan moral di film ini