ANAK HOKI (2019)

14 komentar
Kalimat penutup di review saya untuk A Man Called Ahok berbunyi, “.....tokoh seperti Basuki Tjahaja Purnama layak diberi film yang lebih dari sebatas tidak buruk”. Mungkin suatu hari film tersebut akan datang, tapi pastinya bukan berjudul Anak Hoki, yang kualitasnya tak berlebihan bila disebut memalukan. Patut dicatat, bahwa naskah buatan Ally Alexandra, yang sebelum ini malang melintang menulis skenario sinetron, menuturkan cerita fiksi.

Meski fiksi, penggunaan sosok nyata sebagai basis karakter mewajibkan penulis memahami dan menghargai semangat serta jiwa sosok tersebut. Saya berani bertaruh jika anda menyebut Basuki Tjahaja Purnama sebagai manusia sempurna, salah satu pihak yang paling keras menyanggah adalah BTP sendiri. Tapi di sini, Ahok (Kenny Austin) seolah tak punya kekurangan, rajin mengumbar petuah yang selalu jadi pemecah masalah. Kalau film ini berjudul Mario Teguh Golden Ways, saya akan maklum.

Anak Hoki dibuka lewat perkenalan pada Ahok kecil dan tiga sahabatnya, menyiratkan bahwa kisahnya bakal menyoroti masa kecil Ahok. Tapi tidak. Alurnya melompat ke beberapa tahun berselang, saat Ahok merantau ke Jakarta guna menempuh pendidikan SMA, kemudian kuliah. Lalu apa esensi mengenalkan persahabatan empat bocah tadi? Di pertengahan durasi, Ahok mendapati salah satu sahabatnya meninggal akibat sakit. Filmnya lalu menyuguhkan narasi berbunyi, “Selamat jalan sahabat...”, berusaha mengaduk emosi memakai kisah persahabatan yang bahkan tak pernah kita saksikan.

Naskahnya juga coba menciptakan paralel tak berguna antara sahabat masa kecil dan masa kini Ahok. Karena ternyata, di Jakarta, ia pun mempunyai dua kawan laki-laki serta satu perempuan (SUNGGUH KEBETULAN YANG LUAR BINASA!). Ada Bayu (Chris Laurent) si playboy, Daniel (Lolox) yang diam-diam mengambil jurusan memasak meski sang ibu (Tamara Geraldine) ingin dia menjadi pastor, dan Eva (Nadine Waworuntu) si gadis broken home yang merupakan pujaan hati Bayu.

Harus diakui, paruh pertama Anak Hoki berjalan cukup lancar sebagai komedi-drama remaja yang melibatkan berbagai elemen familiar, sebutlah romansa dan gesekan anak dengan orang tua seputar pilihan hidup. Tidak dipaparkan mendalam pun tanpa inovasi, namun setidaknya menghibur berkat bumbu komedi. Setelah sekian lama, Lolox akhirnya mampu memancing tawa saya, sebab kali ini ia bisa membedakan mana “lucu”, mana “menyebalkan”. Sedangkan Tamara Geraldine, walau memperoleh porsi minim, terbukti masih piawai berperilaku eksentrik.

Hingga tiba waktunya melangkah menuju ranah lebih serius, dan kecanggungan penceritaannya menguat, memancing kesan cringey tak tertahankan. Bahkan tersimpan twist menggelikan mengenai karakter Amora Rey (Maia Estianty), musisi idola Eva. Nama Amora pertama terdengar ketika Eva menyanyikan lagunya, lalu terkejut mengetahui Bayu pun mengenal sang penyanyi. Berdasarkan keterkejutan Eva, berarti Amora bukan bintang besar, setidaknya bukan dari industri arus utama, benar begitu? Keliru! Karena berikutnya, kita melihat para penggemar dan wartawan berebut masuk ke ruang press conference sembari mengelu-elukan namanya, dalam sebuah adegan yang luar biasa cringey hingga membuat saya di kursi penonton ikut malu.

Anak Hoki memang dipenuhi pemandangan canggung akibat pengadeganan minim kompetensi. Mengejutkan, mengingat film ini dibuat oleh Ginanti Rona, yang mengawali karir di posisi asisten sutradara dalam judul-judul macam Rumah Dara dan dwilogi The Raid, sebelum menjalani debut penyutradaraan lewat Midnight Show, sebuah slasher sarat unsur giallo. Kini saya makin khawatir terhadap nasib Lukisan Ratu Kidul (Well, it was produced by Lord KKD, so....).

Mendekati akhir, konflik yang tak pernah menjauhi tema kesalahpahaman cheesy makin dipaksa masuk. Bisa ditebak, segala problematika itu tuntas sekalinya Ahok melontarkan kalimat bijak. Ahok dengan semangat membara yang dicintai banyak orang tak nampak, digantikan remaja asing pemalu, kaku, pula tertutup, yang dibawakan dengan membosankan oleh Kenny Austin. Mungkin bagi Kenny, satu-satunya ciri penting Ahok hanya postur bungkuknya. Hal itu turut menggambarkan keseluruhan Anak Hoki, yang hanya menggambarkan fisik Ahok, namun tidak jiwanya.

“Tapi film ini kan fiksi dan tak sekalipun menyebut nama Basuki Tjahaja Purnama, jadi wajar kalau punya karakterisasi berbeda.” Andai ada yang mengajukan pernyataan serupa, yakinlah bahwa kasta orang itu setinggi Tuan Besar Dheeraj Kalwani.

14 komentar :

Comment Page:
Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

sepertinya anda agak berbaik hati kali ini.
😁😁😁
tugas negara lagi ya mas

Unknown mengatakan...

Hmmmmmmmmmm.... Wtf

Faisal Fais mengatakan...

apakah film ini dibuat oleh geng kelelawar dengan maksud sarkasme bagi para fanatik ahok? haha

Rasyidharry mengatakan...

@Teguh Nggak terlalu baik ah, emang agak terhibur sama beberapa komedi di awal. Karena fiksi ya boleh deh.

@Faisal Simply dari orang-orang aji mumpung yang cuma peduli duit tanpa kasih respect, dari kubu mana pun itu :)

Unknown mengatakan...

Mas Rasyid,

Review 11:11 donk, wkwkwkwk..

Besok mau nuntun nih, 2 dari 3 film, antara 11:11, foxtrot, atau Ahok..

Penasaran sama Isabelle, tp Mas Rasyid nggk review..

Panca mengatakan...

sekali2 bikin list film yg tidak harus nonton minggu ini dong mas.. contohnya film yg direview ini :D

Rasyidharry mengatakan...

11:11 nggak jauh sama Kain Kafan Hitam. Hindari! 😂

Rasyidharry mengatakan...

Nulis review felem jelek aja menderita, bikin gituan dobel dong penderitaan :(

Albert mengatakan...

Tapi keluarga Ahok kayaknya ikut promosiin juga bang hehehe

Rasyidharry mengatakan...

Adiknya kan main sekaligus produser. Pertanyaannya, Ahok sendiri kok nggak dateng premier? Ada apa gerangan? Hehe

Albert mengatakan...

Ahok nya asyik jalan2 bang hahaha

hilpans mengatakan...

Hahaha...bisa aee..bung rasyid

Rasyidharry mengatakan...

Hehe baguslah, he deserves that.

Jackman mengatakan...

@Faisal Fais:
Kenyataan memang pahit. Kalau memang filmnya jelek ya sudah. Terima saja. Jangan lantas suka menuduh/fitnah/bikin hoax.
Kebodohan ada baiknya dinikmati sendiri. Ga peru di share dan di pertontonkan.