11:11: APA YANG KAU LIHAT? (2019)
Rasyidharry
Februari 23, 2019
Andi Manoppo
,
Baskoro Adi Wuryanto
,
Bayu Anggara
,
Fauzan Smith
,
horror
,
Indonesian Film
,
Lady Nayoan
,
Nicholas Raven
,
Rendy Kjaernett
,
REVIEW
,
Sangat Jelek
,
Twindy Rarasati
8 komentar
Begitu buruk dan membosankan 11:11: Apa yang Kau Lihat?, hampir
sepanjang durasi saya bermain “memirip-miripkan”. Twindy Rarasati mirip Prisia
Nasution, Rendy Kjaernett seperti versi lebih ganteng dari Dian Sidik, Bayu
Anggara dan Ge Pamungkas bagai pinang dibelah dua, sementara Fauzan Smith
mengingatkan saya kepada Fauzi Baadilla. Well,
yang terakhir mungkin agak dipaksakan.
Keisengan itu jauh lebih menghibur
ketimbang berusaha mencerna horor bodoh nan melelahkan, yang bahkan tak mau
repot-repot menjelaskan signifikansi “11:11” di judulnya. Debut penyutradaraan
Andi Manoppo (sebelumnya dikenal sebagai pimpinan pasca produksi dalam lebih
dari 70 film) ini dua kali memperlihatkan peristiwa mistis tepat pada pukul
11:11 yang memang identik dengan banyak mitos, tapi kenapa itu lebih dari
sekadar trivia sehingga pantas
dijadikan judul?
Sementara sub judulnya malah
mengajukan pertanyaan. “Apa yang kau lihat?”. Karena karakternya tak pernah
bermasalah dengan apa yang mereka lihat, saya yakin pertanyaan itu diajukan
bagi penonton. Apa yang saya lihat? Jawabannya: tidak ada. Karena film ini
terlampau keruh, baik gambar maupun kualitasnya secara menyeluruh.
Adegan pembukanya agak menjanjikan,
sebab bertempat di lokasi yang berbeda dibanding deretan kompatriotnya sesama
horor lokal buruk. Alkisah dua pria menyelam, memasuki sebuah kapal karam,
mengambil suatu artefak, sebelum salah satu dari mereka ditarik oleh sosok
misterius, sedangkan satunya lagi tergulung ombak raksasa. Tapi selepas
memperkenalkan keempat tokoh utamanya, 11:11:
Apa yang Kau Lihat? Mulai memasuki pakem klise soal perjalanan muda-mudi
merambah lokasi angker.
Tiga instruktur selam, Galih (Rendy
Kjaernett), Martin (Bayu Anggara), dan Ozan (Fauzan Smith), plus seorang murid
baru, Vania (Twindy Rarasati) si vlogger ternama, berlibur ke pulau terpencil
bernama Tanjung Biru. Pulau tersebut sepi. Selain keempatnya, hanya ada seorang
penjaga, yang melarang mereka menginjakkan kaki ke titik bernama Karang Hiu.
Tentu sebagai darah muda penuh rasa penasaran (baca: bodoh), mereka menolak
patuh. Tapi itu tidak langsung terjadi.
Jadi amunisi apa yang disiapkan
oleh duo penulis naskahnya, Nicholas Raven (Berangkat!)
dan Baskoro Adi Wuryanto (Gasing
Tengkorak, Jailangkung, Sakral) sebelum teror utamanya berlangsung?
Tunggu sebentar.........
DEMI SILUMAN LAUT! FILM INI DITULIS
NASKAHNYA OLEH MAHAGURU BASKORO ADI WURYANTO???!!! Sekarang semuanya masuk
akal!
Pantas saja alurnya begitu kosong, hanya diisi adegan Martin dan Ozan
merayu Vania ditambah selipan mimpi buruk aneh Galih mengenai sang ibu
(diperankan Lady Nayoan, istri Rendy Kjaernett) yang telah lama hilang. Saya merasa
bodoh sebagai pecinta film karena gagal mengenali karya Mahaguru, padahal
ciri-cirinya sudah disebar sepanjang film.
11:11: Apa yang Kau Lihat? dijual sebagai “horor lokal langka
berlatar bawah laut”, tapi kualitas gambar bawah lautnya bahkan kalah jernih
dibanding bumper legendaris “RCTI Oke”
dari era 90-an itu. Di sini, laut begitu keruh, sedangkan ikan-ikan kehilangan warnanya.
Hal paling menggelikan dari adegan menyelamnya adalah pemakaian audio dub yang dikemas agar terdengar seolah
karakternya saling bicara melalui HT. Mungkin pembuat filmnya khawatir penonton
sukar memahami bahasa non-verbal sederhana, tapi kualitas voice acting menggelikan jajaran pemainnya jelas tak membantu.
Soal teror bawah laut, mungkin Andi
Manoppo merasa bahwa menyuruh karakternya berenang tak tentu arah sambil
meneriakkan nama satu sama lain sudah cukup menyeramkan. Bukankah mereka
memakai HT? Kenapa tidak memberitahukan posisi dari situ? Tentu saja karena dub tersebut bukan merupakan rencana
awal.
Begitu karakternya kembali ke
permukaan, siluman laut telah siap menebar teror, bersenjatakan desain serta
metode kemunculan yang dicomot hanya dengan sekelumit modifikasi dari Lights Out. Selanjutnya, 11:11: Apa yang Kau Lihat? memasuki
babak “tes daya tahan” bagi penonton. Kita diuji, seberapa jauh bisa
menoleransi kebodohan filmnya, yang terbentang dari keputusan-keputusan
karakternya—yang memilih lari ke dalam hutan dan memanjat puncak tebing yang
justru menambah risiko—hingga berbagai poin alur yang patut dipertanyakan.
Mari kembali ke pertanyaan yang
filmnya ajukan. Apa yang kau lihat? Saya melihat betapa perjuangan industri
perfilman Indonesia guna menumpas habis horor-horor inkompeten, yang membodohi
penonton sekaligus digarap asal-asalan seperti ini, masih cukup panjang.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
8 komentar :
Comment Page:Biar kutebak. Tugas dari IDFC, kan?
Sejauh ini horror indo yang bagus (niat) hanya : 1.Pengabdi Setan
2.Sebelum Iblis Menjemput
3.Suzanna (Luna Maya)
Setelah kain kafan hitam makin banyak aja nih dark of rasyid harry bermunculan. Hahaha
Bang rasyid masih sehat kan jiwanya abis nonton film ini?lagi2 film horror Indonesia mengalami degradasi kualitas, terutama dari pembuat skenario yang kurang memadai, mungkin mereka harus ikut kursus membuat skenario yang baik
@akbar Ooo jelaas
@jazzeldiyast Kalau beberapa tahun belakangan iya. Tapi kalau sepanjang masa sebenernya cukup banyak.
@mahendrata Padahal sejak Arwah Tumbal Nyai udah ngerasa cukup haha
@Ariyadi Sekarang sih sehat. Udah nggak kaget soalnya 😂
Saya cuma mau liat Twindy Rarasati doang.
11.11 apa yang kau lihat? Jawabnya adalah BUREM..
Semoga film ini cepat turun layar..
oiya sepertinya dari bulan januari ada beberapa film yg cepat turun layar ya..hmm
Duhhh posternya juga..buremmm apalgi filmnya
Posting Komentar