MINGGU PAGI DI VICTORIA PARK (2010)
Film yang disutradarai oleh Lola Amaria ini adalah salah satu bukti bahwa penonton Indonesia masih kurang bisa menghargai film bermutu. Hal itu terlihat dari kurang berhasilnya film ini dari segi pendapatan yang terlihat dimana film ini tidak bertahan lebih dari 2 minggu di bioskop. "Minggu Pagi di Victoria Park" menampilkan sebuah drama yang tidak hanya menggambarkan kehidupan para TKW tapi juga menyinggung hubungan keluarga yang sering diisi ketidak harmonisan didalamnya.
Mayang (Lola Amaria) adalah gadis desa yang bekerja sebagai TKW di Hong Kong. Mayang tidak hanya bertujuan untuk bekerja disana, tapi dia juga diperintahkan oleh ayahnya untuk mencari Sekar (Titi Sjuman), adiknya yang juga bekerja disana dan sudah lama tidak terdengar kabarnya. Mayang sendiri sebenarnya tidak terlalu menyukai sang adik yang selalu dibangga-banggakan oleh ayahnya sedangkan Mayang memang diperlalukan kurang adil oleh ayahnya. Mayang termasuk TKW yang beruntung karena majikan tempat dia bekerja sangat baik dan perhatian pada Mayang. Beberapa lama di Hong Kong Mayang mulai berhasil beradaptasi dan berteman baik dengan TKW lainnya.
Setelah sekian lama mencari, Mayang bertemu dengan Gandi (Donny Damara) yang rupanya sudah sangat dekat dan dianggap sebagai bapak dari para TKW di Hong Kong. Gandi ternyata juga sedang berusaha mencari Sekar yang kabarnya terjerat banyak hutang dan tidak bisa kembali ke Indonesia. Ada juga Vincent (Doni Alamsyah), seorang Indonesia keturunan China yang merupakan kawan Gandi yang juga bersedia membantu mencari Sekar. Nampaknya Vincent menaruh rasa yang lebih terhadap Mayang. Selain menceritakan pencarian Mayang kedapa Sekar, film ini juga mengisahkan berbagai kehidupan para TKW di Hong Kong sana.
Segala drama dan konflik yang disajikan disini sangatlah menarik dan disusun dengan begitu rapi sehingga enak untuk diikuti. Berbagai pesan sosial juga tetap disisipkan secara efektif dan mudah dicerna. Hal-hal itu sangatlah penting karena apabila film ini disajikan terlampau berat hasilnya akan menjadi kurang mengena mengingat film ini pada dasarnya ingin menyinggung masalah TKW yang harusnya bisa diserap semua orang dan berbagai kalangan penonton. Mulai dari konflik kakak beradik yang bisa dengan mudah dipahami semua orang karena hal tersebut sudah acapkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak juga konflik yang disajikan mengenai kehidupan para TKW yang mungkin sudah diketahui orang banyak yaitu mengenai permasalahan keuangan yang mereka alami dimana itu terjadi oleh berbagai macam hal yang diceritakan dengan ringan tapi menarik. Lola Amaria juga mampu memperlihatkan sisi persatuan dan persaudaraan antar TKW yang mampu membuat penonton bersimpati. Tidak lupa juga terdapat sindirian mengenai pandangan masyarakat khususnya petinggi negara mengenai TKW sebagai "Pahlawan Devisa" dimana walaupun mereka disebut pahlawan tapi tidak ada tindak lanjut nyata terhadap sebutan tersebut walaupun hanya memberikan perlindungan bagi mereka.
Untuk urusan akting, keseluruhan pemain berakting tidak mengecewakan bahkan tergolong baik. Yang terbaik dimata saya adalah seorang Titi Sjuman. Memerankan tokoh TKW kesulitan uang yang mau melakukan apapun demi mendapatkan uang, Titi sanggup secara total menghidupkan karakter tersebut baik dari logat Jawa yang kental hingga segala umpatan yang beberapa kali dia lontarkan. Untuk karakter lain juga tidak kalah. Apalagi mereka sanggup melafalkan berbagai macam bahasa dengan logat khas masing-masing dengan baik tanpa canggung.
OVERALL: Salah satu film Indonesia terbaik tidak hanya untuk tahun 2010 lalu tapi juga dari semua yang pernah saya tonton.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar