ONE DAY (2011)
Film yang diangkat dari novel berjudul sama karangan David Nicholls ini pada dasarnya punya ide cerita yang cukup menarik dan inovatif dibandingkan film-film romansa lainnya. Plot yang dipakai memang linier, tapi seolah bagaikan dibagi dalam beberapa chapter yang mana setiap chapter menceritakan satu hari dalam satu tahun selama 20 tahun kehidupan persahabatan sekaligus percintaan antara kedua karakter utamanya, Emma (Anne Hathaway) dan Dexter (Jim Sturgess). Tapi tentunya sebuah hal yang berbeda dan inovatif juga punya tingkat kesulitan yang berbeda dan lebih tinggi dibandingkan hal yang sudah jamak dilakukan. Disutradarai oleh Lone Scherfig (An Education) dan ditulis naskahnya oleh David Nicholls sendiri, One Day pada akhirnya harus terjatuh kualitasnya akibat inovasi yang dilakukan terhadap cara berceritanya tersebut. Kisahnya dimulai sejak 15 Juli 1988 dimana saat itu Emma dan Dexter baru saja lulus dari bangku kuliah. Mereka yang sebenarnya tidak terlalu akrab satu sama lain akhirnya memutuskan menghabiskan malam bersama. Tapi bukannya bercinta atau apa, mereka pada akhirnya justru memutuskan untuk jadi teman biasa saja. Akhirnya hubungan Emma dan Dexter berlanjut sebagai sepasang sahabat baik.
Kemudian kisahnya akan berjalan setiap tanggal 15 Juli tiap tahunnya selama 20 tahun. Hubungan antara Emma dan Dexter terus berjalan selama 20 tahun tersebut dan sebenarnya mereka saling mencintai satu sama lain. Selama 20 tahun itu jugalah kehidupan dan hubungan mereka mengalami pasang surut dan banyak cobaan. Sepanjang film kita tidak hanya diajak melihat hubungan keduanya tapi juga terkadang kita akan dibawa menyoroti detail kehidupan satu diantara mereka. Tidak setiap momen juga keduanya bersama karena di pertengahan beberapa kali kita akan melihat keduanya tapi dalam momen yang terpisah. Seperti yang sudah saya tuliskan diatas, inovasi yang dilakukan dalam pola penceritaan One Day justru menjadi salah satu kelemahan utama dari film ini. Sebuah inovasi yang berbeda jika tidak ditangani dengan baik memang pada akhirnya justru hasilnya terasa kurang maksimal. Dalam film ini kasusnya adalah pembagian kisahnya dalam berbagai segmen yang menceritakan satu hari dalam setahun. Hal ini membuat penonton jadi sulit untuk bisa masuk kedalam kisahnya dan mendalami romansa didalamnya. Bagaimana tidak, momen per-hari yang ditampilkan mempunyai nuansa dan kondisi yang jauh beda sehingga menciptakan alur yang terkesan melompat-lompat.
Kemudian kisahnya akan berjalan setiap tanggal 15 Juli tiap tahunnya selama 20 tahun. Hubungan antara Emma dan Dexter terus berjalan selama 20 tahun tersebut dan sebenarnya mereka saling mencintai satu sama lain. Selama 20 tahun itu jugalah kehidupan dan hubungan mereka mengalami pasang surut dan banyak cobaan. Sepanjang film kita tidak hanya diajak melihat hubungan keduanya tapi juga terkadang kita akan dibawa menyoroti detail kehidupan satu diantara mereka. Tidak setiap momen juga keduanya bersama karena di pertengahan beberapa kali kita akan melihat keduanya tapi dalam momen yang terpisah. Seperti yang sudah saya tuliskan diatas, inovasi yang dilakukan dalam pola penceritaan One Day justru menjadi salah satu kelemahan utama dari film ini. Sebuah inovasi yang berbeda jika tidak ditangani dengan baik memang pada akhirnya justru hasilnya terasa kurang maksimal. Dalam film ini kasusnya adalah pembagian kisahnya dalam berbagai segmen yang menceritakan satu hari dalam setahun. Hal ini membuat penonton jadi sulit untuk bisa masuk kedalam kisahnya dan mendalami romansa didalamnya. Bagaimana tidak, momen per-hari yang ditampilkan mempunyai nuansa dan kondisi yang jauh beda sehingga menciptakan alur yang terkesan melompat-lompat.
Coba saja bayangkan anda mempunyai dua orang teman yang anda ketahui
punya hubungan percintaan dan anda hanya bisa bertemu mereka berdua
setahun sekali dan hanya selama sehari dan selama setahun penuh anda
tidak pernah mendapatkan kabar tentang kehidupan mereka sedikitpun,
apakah anda akan merasakan simpati dan terhanyut dalam hubungan mereka?
Tentu tidak. Lain halnya jika anda mengetahui keseharian mereka berdua
dan itu terjadi dalam jangka waktu yang lama maka dengan mudah simpati
akan muncul. Dalam One Day simpati jelas sangat sulit didapat, apalagi memasuki pertengahan film hubungan antara Emma dan Dexter makin tidak menyenangkan dan sulit untuk mendapat dukungan penontonnya. Memasuki pertengahan juga kisahnya mulai terasa terlalu diulur-ulur dan membosankan. Untung film ini punya ending yang begitu berkesan. Mulai dari momen 2006 dan seterusnya yang berarti saat film sudah masuk ke penghujung kisahnya justru baru mulai terasa mengikat, mengharukan sekaligus indah. Momen tahun 2006 jelas cukup mengejutkan dan mengharukan. Begitu pula momen flashback tahun 1988 yang dimunculkan sebagai penutup filmnya juga begitu indah dan romantis. Bagi saya saat itulah One Day memasuki momen terbaiknya dan sayangnya justru itu adalah momen penutup. Alhasil untuk membuat penontonnya bersimpati film ini tidak berusaha membangun hubungan yang simpatik tapi memberikan konklusi yang mengharukan. Langkah yang terlalu instan dan klasik saya rasa tapi untungnya cukup berhasil.
Banyak yang mengkritisi Anne Hathaway yang dianggap tidak cocok memerankan gadis Inggris khususnya berkenaan dengan logatnya yang aneh. Yah, saya sendiri tidak terlalu paham masalah logat tapi memang jika didengarkan secara seksama terkadang terdengar aneh dan timbul tenggelam, tapi bagi yang tidak begitu memperhatikan hal macam itu, tidak akan terganggu. Justru yang kurang dari Hathaway adalah sebagai leading woman dia kurang bisa menjadi sosok yang lovable. Dalam film romansa biasanya, tokoh utama wanita adalah harus sosok yang mudah disukai, sedangkan Emma disini tidak meninggalkan kesan tersebut. Begitu pula sosok Dexter, tapi bedanya saya merasa akting yang ditampilkan Jim Stugress tidaklah buruk dan lebih pas masuk kedalam karakternya dibandingkan Anne Hathaway, tapi kenapa tidak muncul simpati terhadap tokohnya lagi-lagi adalah masalah pada pola penceritaannya yang kurang memungkinkan hal tersebut. Pada akhirnya One Day hanya spesial dalam ide dasarnya saja, eksekusinya terasa kurang, bahkan berpotensi jadi film yang menjurus kearah buruk andaikan tidak ditutup dengan indah.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar