ONIBABA (1964)
Mendengar judulnya saya langsung berasumsi bahwa ini adalah film horror hantu-hantuan, secara nama Onibaba itu setahu saya adalah nama untuk hantu wanita berwajah mengerikan. Bagi yang mengikuti komik Samurai X pasti tahu tokoh Hanya anggota Oniwabanshu milik Aoshi. Nah wajah dari hantu Onibaba kurang lebih sama seperti topeng yang dipakai Hanya itu. Tentu saja hal itu membuat rasa penasaran saya akan film yang termasuk kategori cult ini meninggi, karena menurut saya penggambaran wajah dari hantu Onibaba yang saya tahu selama ini sangat mengerikan. Bagaimana tidak? Onibaba adalah hantu dengan tanduk di kepalanya, mulut yang terbuka lebar seolah selalu tertawa tapi memiliki mata yang terlihat selalu sedih. Nama Onibaba sendiri jika diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti Setan Pelawak/Badut yang mungkin diambil dari bentuk wajahnya yang memang seperti badut dengan mulut menganga namun mengerikan luar biasa. Tapi diluar ekspektasi ternyata film ini bukanlah film yang bercerita tentang teror Onibaba.
Film ini ber-setting pada saat perang sipil pecah di Jepang yaitu sekitar tahun 1300-an. Saat itu banyak sekali rakyat khususnya petani yang hidup sangat miskin karena akibat perang mereka tidak bisa bercocok tanam. Pada akhirnya mereka harus melakukan cara lain untuk menyambung hidup. Hal itu juga yang menimpa seorang wanita tua (Nobuko Otowa) dan menantunya (Jitsuko Yoshimura). Mereka harus mencari makan dengan cara membunuh samurai atau prajurit perang yang kebetulan lewat atau tengah bersembunyi untuk kemudian menjual segala hal yang dimiliki prajurit tersebut mulai dari baju zirah sampai pedangnya. Putera dari wanita tua itu sendiri tengah pergi ke medan perang dan meninggalkan istri dan ibunya hidup berdua. Sang istri sendiri nampaknya mulai kesepian tanpa keberadaan sang suami yang berarti hasrat seksualnya tidak pernah terpenuhi. Sampai kemudian Hachi (Kei sato) yang pergi berperang bersama anak wanita tua itu kembali dari medan perang dan berkata bahwa si anak telah tewas. Sebagai ibu tentu saja dia tidak langsung percaya sebelum melihat langsung jasad sang anak. Dia percaya Hachi hanya berbohonh bahkan mungkin Hachi yang membunuh anaknya karena wanita tua itu tahu bahwa Hachi ingin mendapatkan sang menantu. Meski awalnya tidak suka tapi akhirnya sang menantu tergoda juga untuk "berselingkuh" dengan Hachi. Sebuah kondisi yang pada akhirnya akan melahirkan "setan onibaba"
Onibaba memang bukan kisah hantu-hantuan. Yang ada dalam film ini adalah sebuah kisah yang diambil dari sebuah kisah ajaran Buddha yang kemudian diadaptasi. Jika anda belum pernah mendengar cerita yang menjadi dasar dari film ini saya sarankan tidak usah mencari tahu, karena makin sedikit yang anda tahu akan makin menyenangkan perjalanan anda selama menonton. Meskipun tetap ada hubungannya dengan setan atau hantu, yang ditekankan dalam film ini bukanlah hal tersebut. Onibaba adalah sebuah kisah kelam tentang sebuah kebusukan yang tercipta akibat kesulitan hidup. Dalam film ini terlihat bahwa manusia bisa menjadi begitu kejam jika itu sudah menyangkut masalah hidup mereka, khususnya masalah perut. Manusia bisa menjadi begitu buas dan busuk jika itu sudah menyangkut bagaimana mereka makan. Dalam hal ini kemiskinan adalah faktor utama penyebab hal tersebut terjadi. Kemudian setelah itu sumber konflik lain dalam film ini adalah berkaitan dengan hasrat seksual yang tak terlampiaskan. Pada dasarnya jika dirunut maka Onibaba bercerita tentang bagaimana upaya seseorang untuk memuaskan kebutuhan dan hasrat dasar mereka. Apapun caranya akan dilakukan untuk memenuhi hasrat tersebut.
Yang menarik dari film ini adalah dari ketiga tokoh utamaya yang terlibat dalam konflik jika ditelaah tidak ada satupun yang sebenarnya bisa dipersalahkan. Sang wanita tua tidak salah karena wajar seorang ibu tidak akan begitu saja percaya tentang kematian anaknya apalagi dari sumber yang tidak terlalu ia percayai. Kemudian saat ia begitu menentang hubungan menantunya dengan Hachi tentu saja itu bisa dimaklumi mengingat ia masih belum yakin akan kematian sang anak, apalagi melihat sosok Hachi yang seenaknya sendiri pasti tidak semudah itu wanita tersebut melepaskan menantunya yang juga begitu membantunya dalam berkehidupan sehari-hari. Tapi, sang menantu dan Hachi sendiri tidak salah juga, karena keduanya sudah lama tidak melampiaskan hasrat seksual mereka. Hachi yang terjebak di medan perang dan si menantu yang ditinggal sendiri oleh suaminya ke medan perang tentu sama-sama memendam hasrat yang besar. Dan saat keduanya menjalin hubungan yang ada hanyalah sepasang manusia yang ingin melampiaskan hasrat dan tidak ada perasaan mengkhianati siapapun.
Tapi sayangnya kita tidak diberi kesempatan untuk melihat sisi masing-masing tokohnya yang merasa tidak terpenuhi hasratnya. Kita tidak diperlihatkan kegundahan seorang wanita yang lama ditinggal suaminya ke medan perang. Tahu-tahu saja kita disuguhkan pada konflik tersebut. Sehingga saat hubngan tersebut berjalan tidak ada perasaan lebih seperti simpatik yang kita rasakan. Yang ada hanya perasaan wajar dalam memandang hubungan tersebut. Pada awalnya kita disuguhi ambiguitas moral akibat kelaparan dan kemiskinan dan secara tiba-tiba muncul konflik tentang perselingkuhan tersebut. Memang segala alur ceritanya dibalut dengan sangat rapih dan enak untuk ditonton. Tapi tetap saja ada yang terasa kurang pada konflik tersebut, yakni rasa terbawa kedalamnya. Tapi sekali lagi hal itu bisa dimaafkan karena pengemasan kisahnya yang sangat baik. Penggunaan gambar hitam putih justru jadi kelebihan tersendri. Suasana kelam, claustrophobic dan nuansa yang lebih intens jadi sangat terasa dalam film ini. Saya juga suka dengan balutan musiknya yang sagat khas dengan berbagai ketukan perkusi yang menciptakan suasana mencekam dengan musik yang benar-benar rasa tradisional Jepang. Overall jangan berharap akan disuguhi hantu-hantuan karena Onibaba bukanlah horor tipe seperti itu tapi sebuah horror tentang kehidupan dimana hasrat dasar manusia tidak terpenuh dan pada akhirnya berujung dengan akhir yang cukup tragis namun dikemas dengan ironi yang indah.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:Terimakasih ulasanya, cukup menarik :)
Salam,
Primandhika
Posting Komentar