FACE/OFF (1997)

1 komentar
John Woo adalah salah satu sutradara paling berpengaruh dan memberikan influence bagi banyak sutradara besar saat ini sebut saja Quentin Tarantino hingga Robert Rodriguez. Film-filmnya seperti The Killer, A Better Tomorrow hingga Hard Boiled sering dianggap sebagai jajaran film aksi terbaik yang pernah dibuat, sehingga Woo sering disebut sebagai Hitchcock-nya genre action. John Woo sendiri telah mempopulerkan berbagai signature yang sering ia pakai dalam film-filmnya mulai dari gun fu hingga heroic bloodshed dimana kedua teknik tersebut juga mempengaruhi gaya berbagai sutradar termasuk Tarantino. Face/Off sendiri adalah film Hollywood ketiga yang dibuat oleh John Woo setelah Hard Target dan Broken Arrow. Bagi John Woo sendiri meski ini adalah film ketiganya, namun disini adalah kali pertama Woo mendapat kendali total atas proses kreatif dalam film Hollywood miliknya dimana dalam kedua film pertamanya ia terkena batasan-batasan khususnya untuk tingkat kekerasan yang sering dianggap kelewat batas dalam filmnya. Namun dalam Face/Off yang dibintangi oleh duo Nicolas Cage dan John Travolta akhirnya Woo mendapat kebebasan untuk mengontrol proses kreatif yang berarti kita akan menemui banyak signature dan tingkat kekerasan yang cukup tinggi disini.

Face/Off berkisah tentang perburuan seorang agen FBI, Sean Archer (John Travolta) terhadap seorang teroris gila bernama Castor Troy (Nicolas Cage) yang enam tahun lalu membuat anaknya terbunuh. Dalam sebuah perburuan yang memakan banyak korban dari pihak FBI, Sean akhirnya berhasil membekuk Castor Troy dan membuatnya berada dalam kondisi koma. Namun permasalahan belum selesai, karena Castor dan adiknya, Pollux Troy (Alessandro Nivola) telah menyimpan sebuah bom aktif yang akan menghancurkan kota Los Angeles namun tidak diketahu keberadaannya. Pollux sendiri bungkam dan hanya mau bicara jika ia sudah bertemu dengan sang kakak, namun masalahnya saat itu Castor masih koma dan jika tidak segera diambil tindakan maka kota Los Angeles akan segera musnah. Untuk itulah Sean Archer kembali diutus dalam sebuah tugas rahasia yang amat berbahaya dimana dia harus menyamar sebagai Castor Troy untuk menyusup dalam sebuah penjara dimana Pollux ditahan dan mengumpulkan informasi tentang keberadaan bom tersebut. Untuk melakukan penyamaran tersebut, maka dilakukan operasi untuk menukar wajah Castor dengan Sean. Misi berjalan lancar dan aman sampai tanpa diduga Castor terbangun dari koma dan berhasil memasang wajah milik Sean pada dirinya. Kini identitas mereka berdua tertukar dan Sean harus berusaha keluar dari penjara untuk menghentikan aksi Castor yang tengah memakai identitasnya.

Ini memang adalah sebuah film aksi dengan berbagai ledakan dan berondongan peluru, tapi style dari John Woo membuat film ini tidak terasa seperti sebuah film aksi brainless ala Hollywood yang hanya mengandalkan ledakan bombastis tanpa dikemas dengan teknik yang mengesankan. Berbagai signature style dari Woo membuat Face/Off tidak hanya menjadi sebuah suguhan aksi yang seru namun juga artistik. Tentu saja ada berbagai adegan dibalut slow motion namun dalam kadar yang tidak berlebihan. Woo bukanlah Snyder yang membalut semua adegan aksi dengan slo-mo panjang yang kadang berlebihan. Hal tersebut diterapkan oleh Woo hanya pada adegan-adegan kunci baik itu adegan aksi ataupun bukan dengan durasi secukupnya sehingga momen tersebut mampu tertangkap dengan sempurna. Gaya gun fu yang dimiliki oleh Woo juga membuat adegan baku tembak yang ada terlihat lebih indah dimana pistol bukan hanya sekedar sebuah hiasan dalam adegan tersebut tapi menjadi sebuah properti yang penggunaannya menjadi begitu artistik layaknya sebuah film kung-fu atau martial arts dengan pedang sebagai senjatanya. Kadar kekerasannya memang tidak berlebihan namun lagi-lagi punya tingkatan yang pas. Sebuah adegan operasi wajah yang dilakukan pada Sean dan Castor juga begitu disturbing.
Hebatnya, Face/Off tidak hanya berfokus pada adegan aksi belaka, namun juga memperhatikan karakter dan jalan ceritanya. Kematian, konspirasi dan kesalah pahaman adalah sebuah hal biasa dalam film aksi, tapi Face/Off mampu menampilkan semua unsur tersebut dengan begitu baik sehingga film ini terasa sebagai sebuah tontonan yang bisa begitu pahit dan tragis. Kejadian yang menimpa para karakternya bukan hanya sebuah momen konflik numpang lewat saja tapi punya sebuah emosi yang begitu kuat dan mampu mengikat penonton dengan jalan cerita maupun karakter yang ada. Pada akhirnya hal tersebut membuat kita sebagai penonton merasa peduli pada karakternya mulai dari Sean yang kehilangan orang-orang terdekatnya bahkan sampai sosok Castor Troy pun tidak terasa hanya sebagai seorang teroris dua dimensi yang asal dibuat jahat. Keputusan untuk membuat Cage dan Travolta memainkan karakter satu sama lain (bertukar peran) juga keputusan yang baik dimana menarik melihat bagaimana transformasi Sean Archer dan Castor Troy dalam penyamaran mereka masing-masing. Cage sebagai Troy yang awalnya terlihat gila dan over-the-top harus menjadi Sean Archer milik John Travolta yang lebih kalem dan depresif. Hal sebaliknya juga berlaku pada Travolta yang harus memerankan Castor Troy yang gila.

Film ini juga punya studi karakter yang kuat tentang bagaimana seseorang secara tidak sadar memahami sosok orang lain, dimana hal itu terjadi pada masing-masing baik itu Archer ataupun Troy saat mereka bertukar identitas. Castor Troy secara tidak sadar mulai merasa memiliki istri Archer dan puterinya, sedangkan Archer sendiri mulai akrab dengan kerabat Castor Troy bahkan kekasihnya sendiri. Momen-momen tersebut tidak hanya terasa pahit tapi juga cukup menyentuh. Pada akhirnya ini adalah salah satu film aksi paling lengkap yang pernah saya tonton. Selain punya adegan aksi yang seru juga dilengkapi pengambilan gambar indah serta koreografi stylysh (pertarungan di gereja yang dihiasi dengan merpati ciri khas John Woo begitu keren) Face/Off juga tidak melupakan unsur psikologis karakternya sekaligus punya emosi yang kuat sehingga penonton merasa terikat. Namun film ini juga bukannya tanpa kekurangan, karena diawal saya merasa ceritanya masih terasa membosankan, begitu juga dengan bagian akhir dengan adegan klimaks yang menjadi terasa terlalu panjang setelah sampai pada adegan kejar-kejaran di laut. Namun overall masih sebuah film aksi yang bagus, seru dan berbobot.


1 komentar :

Comment Page:
Arif Hidayat mengatakan...

Bg udah nonton filmnya yang judulnya the crossing