SHADOW DANCER (2012)

Tidak ada komentar
Setiap mendengar nama Clive Owen saya selalu merasa kebingungan. Bukan, bukan karena saya tidak mengenal aktor berusia 48 tahun tersebut, tapi saya kebingungan karena fakta bahwa Clive Owen hingga saat ini belum juga mendapat status aktor kelas A Hollywood, padahal ditinjau dari jajaran film hingga prestasi yang telah ia dapat, seharusnya nama Clive Owen sudah bersanding sejajar dengan aktor-aktor kelas satu macam George Clooney. Jelas dia punya penampilan fisik yang menarik dengan wajah tampan dan sosok macho. Dia pernah memenangkan Golden Globe serta mendapat nominasi Oscar saat bermain dalam film Closer. Clive Owen juga memiliki jajaran film yang tidak hanya sukses secara finansial namun juga mendapat pujian luar biasa dari para kritikus sebut saja Sin City, Children of Men, Gosford Park, Inside Man, Duplicity, The Bourne Identity dan masih banyak lagi. Dalam Shadow Dancer garapan sutradara James Marsh yang terkenal lewat film-film dokumenter macam Project Nim dan Man on Wire, Clive Owen berperan sebagai agen MI5 dan akan beradu peran dengan Andrea Riseborough (Oblivion).

Akibat sebuah kejadian traumatis di masa kecilnya, Colette (Andrea Riseborough) memilih untuk bergabung dalam organisasi militer pemberontak IRA. Suatu hari Colette mendapat tugas untuk meledakkan bom di sebuah subway di London. Namun misi tersebut gagal dan Colette pun tertangkap oleh MI5 yang dipimpin oleh seorang agen bernama Mac (Clive Owen). Pihak MI5 menawarkan perjanjian pada Colette bahwa ia boleh memilih menghabiskan waktu 25 tahun di dalam penjara atau menjadi mata-mata bagi pihak MI5 untuk memata-matai pergerakan IRA. Tentu saja itu memberikan Colette sebuah dilema karena jika ia menolak bekerja sama ia akan dipenjara dalam waktu lama dan itu akan memisahkannya dari sang putera tunggal yang masih kecil. Namun jika ia memilih bekerja sama dengan MI5, itu artinya Colette harus mengkhianati keluarganya termasuk kedua kakak dan ibunya yang juga merupakan anggota IRA.

Shadow Dancer memang sebuah thriller spionase yang melibatkan mata-mata, agen rahasia Inggris dan pemberontak dari Irlandia, namun ini bukanlah sajian agen rahasia yang mempunyai alur cepat dan berisikan gadget canggih berteknologi tinggi. James Marsh memilih mengemas filmnya dengan alur yang berjalan lambat dan atmosfer yang cukup kelam. Filmnya setia menggunakan warna yang pucat hingga makin menguatkan suasananya yang kelam. Alur lambatnya pun semakin menguatkan kesan tersebut. Sebuah thriller kelam dengan tempo yang lambat biasanya akan bermain-main dengan kesabaran dan fokus penontonnya. Jika anda bersabar dan bertahan pada alurnya yang lambat, maka film tersebut akan perlahan-lahan mencengkeram anda dalam sebuah sajian intense yang dipenuhi oleh ketegangan yang biasanya berasal dari konspirasi-konspirasi kompleks dalam ceritanya. Shadow Dancer sendiri tidak melakukan hal yang berbeda dari itu semua. Ada konspirasi kompleks serta misteri yang tertutup rapat, masalahnya semua formula itu tidak dikemas dengan baik. Pada akhirnya alur lambat yang ada bukan membuat filmnya mencengkeram anda selangkah demi selangkah tapi justru membuat kisahnya terasa membosankan.
Saya hampir tidak merasa adanya tingkat ketegangan yang tinggi kecuali dalam adegan opening dan momen mendekati ending, tapi selain itu thriller yang satu ini berjalan dengan datar. Meninjau kisahnya, Shadow Dancer punya segudang potensi menarik mulai dari hubungan antara kedua karakter utamanya yang berasal dari pihak berseberangan hingga konspirasi tingkat tinggi yang berpotensi menyimpan misteri yang menarik. Sebenarnya secara teknis film ini dikemas dengan baik, tapi untuk memaksimalkan kedua potensi diatas film ini terasa kurang berhasil dengan baik. Hubungan antara Colette dan Mac tidak terasa menarik dimana hubungan keduanya pun tidak terlalu kuat. Alih-alih banyak menampilkan interaksi antara keduanya, Colette dan Mac lebih terlihat sebagai dua karakter yang berjalan terlalu jauh terpisah satu sama lain. Sedangkan kisah mengenai konspirasinya berjalan terlalu kompleks. Hal itu membuat penonton semakin terpisah jauh dengan ceritanya. Yang terjadi adalah saya tidak berkesempatan menikmati sajian thriller dan konspirasinya karena terlalu sibuk berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan saya pun semakin tertinggal jauh denagn ceritanya. Akhirnya hal tersebut makin membuat Shadow Dancer kehilangan daya tariknya sebagai thriller yang menegangkan.

Sebenarnya ini adalah kisah yang menarik mengenai loyalitas, pengorbanan serta rasa bersalah yang dialami oleh para karakternya. Mac mengalami rasa bersalah akibat menempatkan Colette dalam situasi yang membahayakan nyawanya, sedangkan Colette sendiri memilih jalan hidupnya seperti sekarang ini karena rasa bersalah yang ia pendam semenjak kecil. Andrea Riseborough tampil baik dalam menunjukkan dilema dan misteri yang tersimpan dalam pikirannya. Kita pun tidak tahu hingga akhir apa sebenarnya yang akan ia lakukan dan ia pilih. Sedangkan Clive Owen ternyata hanya sebagai karakter pendukung disini, dan ia berhasil memaksimalkan porsi kecil yang ia dapatkan tersebut. Sayang, pada akhirnya baik itu potensi drama ataupun thriller-nya tidak ada yang berhasil dimaksimalkan sehingga membuat Shadow Dancer menjadi sebuah sajian thrller yang melempem meski terlihat indah secara visualnya.

Tidak ada komentar :

Comment Page: