THE MONUMENTS MEN (2014)
George Clooney dan Matt Damon bergabung lagi mengumpulkan rang-orang terbaik untuk menciptakan sebuah "super group" dalam sebuah film bertemakan heist dengan setting perang dunia II. Apakah ini Ocean's dalam versi period? Dengan disutradarai oleh George Clooney serta banyaknya bintang yang bermain mulai dari Clooney dan Damon, lalu ada Bill Murray, John Goodman, Jean Dujardin hingga Cate Blanchett, The Monuments Men nampak seperti sebuah film yang sudah pasti mendapat keberhasilan pada award season termasuk Oscar. Hal tersebut juga terlihat dari jadwal rilis filmnya yang semula dijadwalkan pada Desember 2013, yang berarti bertepatan dengan award season. Namun tiba-tiba jadwal rilisnya mundur sampai bulan Februari 2014 dengan alasan terjadi sedikit permasalahan pada proses editing. Apakah ini berarti pihak studio tidak percaya diri untuk merilis film ini pada bulan-bulan penghargaan karena kualitasnya yang tidak terlalu baik? Apapun itu, sebuah film yang disutradarai oleh Clooney dan diisi nama-nama besar yang penuh sesak sudah pasti masuk daftar wajib tonton saya. Setelah menonton film ini saya pun amat sangat memaklumi pemunduran jadwal rilisnya. Bukan hanya tidak punya kualitas untuk bersaing di ajang Oscar, The Monuments Men juga punya kualitas yang mengecewakan secara general.
Alkisah pada perang dunia II, terjadi sebuah kekhawatiran bahwa peperangan tersebut akan menghancurkan berbagai macam benda seni bersejarah milik para seniman ternama pada masa lalu. Kekhawatiran lain juga muncul berkaitan dengan rencana Hitler untuk mencuri semua benda seni yang ada untuk membangun sebuah musem miliknya yang akan diberi nama Fuhrer Museum. Atas dasar itulah Letnan Frank Stokes (George Clooney) meminta pembentukan sebuah tim yang bertujuan untuk mengamankan benda-benda seni dari kehancuran sekaligus mencari dan mengembalikan karya-karya yang telah dicuri oleh Hitler dan para Nazi. Setelah permintannya disetujui oleh Presiden, Frank pun mulai mengumpulkan orang-orang yang ia rasa layak untuk tergabung dalam tim tersebut. Bersama teman lamanya, Letnan James Granger (Matt Damon), Stokes pun membentuk tim bernama "The Monuments Men" yang akhirnya terjun ke medan perang dengan mengusung misi menyelamatkan benda seni sebanyak mungkin termasuk yang dicuri oleh Hitler untuk dikembalikan pada tempat asalnya. Tapi tentu saja misi ini tidak akan mudah karena The Monuments Men diisi oleh orang-orang yang kurang berpengalaman di medan perang atau mereka para veteran perang yang tentu saja sudah tidak lagi fit untuk bertempur di bawah desingan peluru dan ledakan bom. Disisi lain Granger juga tengah berusaha menggali informasi dari Claire Simon (Cate Blanchett) seorang kurator yang diyakini tahu tempat para Nazi menyimpan benda seni yang mereka curi.
The Monuments Men sesungguhnya punya semua aspek untuk menjadi sebuah film yang bagus bahkan merajai award season. Mulai dari dasar cerita yang berdasar kisah nyata menyangkut perang dunia bercampur dengan heist serta tentunya deretan pemain yang sudah akrab dengan nominasi Oscar. Tapi sayangnya naskah tulisan George Clooney dan Grant Heslove yang merupakan adaptasi dari buku The Monuments Men buatan Robert M. Edsel gagal memaksimalkan segala potensi yang dipunyai. Sebagai sebuah heist movie, kisah yang ditawarkan hampir tidak menarik sama sekali. Film bertemakan heist seperti Ocean's Eleven misalnya harus punya alur yang menarik dalam menyampaikan usaha karakternya dalam menjalankan misi yang dibebankan pada mereka dengan berbagai jalan yang cerdik. The Monuments Men gagal menampilkan itu. Alurnya terasa tidak rapih, berbelit-belit dan hanya terasa seperti potongan demi potongan scene yang dipaksakan menjadi satu. Hal ini membuat filmnya terasa membingungkan dan menghilangkan ketegangan yang seharusnya menjadi salah satu keunggulan utama film macam ini. Sedangkan sebagai sebuah film tentang kepahlawanan, film ini pun terasa kurang maksimal, tanpa adanya aspek emosional yang mendukung. Pada akhirnya saya sama sekali tidak merasakan kesan heroik yang harusnya terasa saat melihat perjuangan tim pengaman benda seni ini.
Dengan berjubelnya nama besar yang membentuk sebuah grup, The Monuments Men juga gagal memaksimalkan aspek super group yang mereka miliki. Dalam sebuah film tentang super group, masing-masing karakternya harus bisa digali hingga memiliki keunikan serta daya tarik masing-masing yang berimbang. Pada akhirnya ada karakter yang hanya numpang lewat tanpa terasa menarik seperti yang dimainkan oleh John Goodman dan Jean Dujardin, bahkan karakter yang punya porsi besar seperti yang dimainkan oleh Clooney dan Damon pun tidak terasa menarik. Sangat disayangkan khususnya untuk Dujardin yang punya potensi besar sebagai seorang pria Prancis yang flamboyan dan punya "mulut" yang jago melontarkan kata-kata menarik. Untungnya ada Bill Murray dan Bob Balaban yang sanggup mencuri perhatian lewat pertukaran dialog yang lucu serta chemistry yang kuat. Kita bisa merasakan kesan love/hate relationship diantara keduanya. Adegan yang menampilkan mereka berdua selalu menarik. Ya, jika film anda punya Bill Murray dia setidaknya bisa sedikit menyelamatkan film dari kehancuran secara menyeluruh. Cate Blanchett sendiri punya porsi yang begitu minim namun berkat aura yang ia pancarkan serta aksen uniknya dia selalu bisa mencuri perhatian saya.
Dialog dalam film ini sendiri sesungguhnya cukup kuat khususnya dengan selipan humor yang cukup efektif. Tapi sayangnya dari dialognya juga saya merasakan ada kelemahan lain, yaitu beberapa momen repetitif yang mengolok-olok Hitler. Saya tidak mempermasalahkan sebuah film yang anti-Nazi atau anti-Hitler, tapi cara yang digunakan oleh film ini terlalu gamblang kalau tidak mau dibilang terlalu dangkal. Untuk film sekelas The Monuments Men (baca: disutradarai oleh Clooney) saya rasa tidak seharusnya untuk menunjukkan kebencian pada seseorang harus ditampilkan dengan mengucapkannya secara langsung dan berulang-ulang. Satu hal lagi yang berusaha dituturkan dalam film ini adalah betapa pentingnya benda seni dan sejarah yang seringkali dilupakan bahkan dianggap tidak berharga. Pertanyaan yang dilontarkan adalah "apakah harga satu benda seni setimpal dengan harga nyawa seseorang?" Bagi saya ini adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan langsung "ya" atau "tidak". Untuk memberikan jawabannya, dibutuhkan kepintaran dalam mengemas jawaban tersebut, dan The Monuments Men gagal memberikan jawaban yang memuaskan karena disatu sisi mereka berniat memberikan jawaban abu-abu yang lebih mengarah pada "ya", tapi di akhir film tetap saja jawaban yang terasa adalah "tidak".
Pada akhirnya The Monuments Men diisi dengan banyak ketidak maksimalan termasuk dalam merangkum plot utama dan beberapa subplot yang ada. Sebagai contoh kisah antara Granger dan Claire yang sama sekali tidak berasa gregetnya. Tapi setidaknya film ini sanggup membuat berbagai macam replika benda-benda seni dengan begitu memikat. Mulai dari lukisan sampai patung-patung yang ada terlihat begitu indah. Tapi diluar itu, film ini diisi dengan banyak kekecewaan Yang paling utama tentu saja bagaimana film ini menyia-nyiakan potensi besar yang dimiliki mulai dari aspek cerita sampai menyia-nyiakan bakat yang terlibat di dalamnya. Bukan sebuah film yang sangat buruk, tapi dengan segala ekspektasi dan potensi di dalamnya wajar saja jika saya begitu kecewa pada hasil akhir yang diberikan film ini. Mungkin film terburuk yang disutradarai oleh George Clooney sampai saat ini.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar