HOW TO TRAIN YOUR DRAGON 2 (2014)
Film pertama How to Train Your Dragon jelas merupakan kejutan yang menyenangkan dari DreamWorks. Disaat studio yang satu ini biasanya lebih banyak menelurkan animasi-animasi konyol yang hanya bisa dinikmati anak-anak saya tidak menyangka bakal mendapat sebuah film yang tidak hanya seru tapi juga punya cerita bagus dengan perasaan di dalamnya, sesuatu yang selama ini lebih identik dengan film-film Pixar. Kemunculan film pertama HTTYD juga hadir di saat yang tepat, karena pada saat itu franchise andalan DreamWorks yakni Shrek mulai mengalami penurunan kualitas meski disaat hampir bersamaan muncul Kung Fu Panda, tapi tentu saja itu tidak cukup. Dengan keberhasilan meraih $494 juta, HTTYD juga menjadi game changer bagi DreamWorks yang kini jadi punya media untuk menghadirkan animasi yang lebih dewasa dan gelap setelah selama ini hanya berfokus pada membuat animasi yang kekanak-kanakan. Cukup mengejutkan memang pasca kesuksesan luar biasa film pertamanya butuh waktu empat tahun sampai sekuelnya rilis, tapi toh itu menandakan bahwa DreamWorks tidak ingin asal-asalan dalam membuat film keduanya. Jelas merupakan sinyal positif karena hal itu berarti How to Train Your Dragon 2 bukan sekedar sekuel yang dibuat untuk menambah pundi-pundi uang tapi juga untuk mengembangkan ceritanya.
Film keduanya ini ber-setting lima tahun setelah akhir film pertamanya. Desa Berk kini sudah semakin tentram dimana para Viking dan naga telah hidup bersama daam harmoni serta kebahagiaan. Hiccup sendiri kini bukanlah remaja payah yang lemah dan diremehkan. Dia kini sudah berummur 20 tahun dan bersama Toothless, naga night fury peliharaannya, Hiccup telah menjadi pengendali naga terbaik di desanya. Bahkan sang ayah kini sudah berpikir untuk pensiun menjadi kepala suku dan mempersiapkan Hiccup untuk menggantikannya sesegera mungkin. Hiccup sendiri merasa tidak siap karena baginya kehidupan sebagai kepala suku bukanlah hal yang cocok bagi dirinya. Hiccup hanya ingin terbang bersama Toothles menelusuri tempat-tempat baru yang selama ini belum sempat dijamah olehnya maupun bangsanya. Sampai dalam sebuah penelusurannya Hiccup bertemu dengan para pemburu naga yang mengaku sebagai anak buah dari Drago Bludvist. Drago adalah seorang pria kejam yang ingin menguasai semua naga dan menjadikan naga-naga sebagai miliknya sendiri. Bagi Drago, ia adalah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan naga-naga tersebut. Untuk itu Drago berniat menyerang Berk untuk mendapatkan naga-naga yang ada disana termasuk Toothless. Tentu saja Hiccup tidak akan membiarkan hal itu, dan bersama teman-temannya ia kembali bersatu untuk menggagalkan rencana Drago. Tidak hanya itu, kali ini Hiccup juga mendapat bantuan dari seseorang yang telah lama menghilang dari kehidupannya.
Jadi apakah penantian empat tahun dari film pertamanya memang sepadan? Bagi saya jawabannya "ya". Sutradara Dean DeBlois yang menjadi co-director pada film pertamanya tahu benar apa saja yang menjadi kelebihan HTTYD untuk kemudian kembali menampilkan segala kelebihan tersebut dalam sekuelnya. Saat dulu menonton HTTYD, saya ingat betul bahwa adegan aksi di udaranya memang seru, tapi satu hal yang paling memukau adalah bagaimana animasi yang begitu bagus dalam menggambarkan berbagai jenis naga yang ada. Tidak hanya satu atau dua, ada puluhan naga dengan bentuk serta warna yang total berbeda satu sama lain. Tentu saja dalam sekuelnya jumlah naganya akan bertambah, dimana yang paling mencuri perhatian adalah sosok naga alpha yang berukuran raksasa. Jelas gelontoran bujet besar yang mencapai $145 juta tidaklah sia-sia disini. Kelebihan berikutnya yang kembali berhasil dimaksimalkan dalam film keduanya ini adalah aspek emosional yang dibungkus dalam atmosfer yang cukup kelam. Tentu saja saya masih ingat bagaimana film pertama HTTYD begitu baik dalam menyatukan kisah persahabatan, coming-of-age hingga hubungan ayah dan anak menjadi satu rangkaian kisah besar yang cukup mengharukan. Belum lagi keberanian mengambil suasana yang dewasa dan jauh lebih kelam daripada mayoritas film DreamWorks lainnya. Film animasi mainstream mana yang berani memotong kaki karakter utamanya yang masih remaja?
Disini atmosfer kelamnya masih dipertahankan. Jika di film pertamanya ada kaki yang terpotong, maka disini ada tangan yang diamputasi (no spoiler). Banyak juga momen-momen emosional yang mengharukan termasuk salah satu momen paling manis saat Stoick pertama berteu lagi dengan sang istri. Disaat iringan musik dramatis itu tiba-tiba berhenti dan berubah menjadi sunyi, Stoick pun mengucapkan rangkaian kalimat yang terasa begitu manis dan mengharukan. Tidak hanya itu, bahkan ada sebuah momen tragis nan emosional yang bahkan Pixar pun mungkin tidak akan dengan mudah melakukan itu. Yang membuat film ini spesial adalah, disaat banyak hal-hal emosional serta kedewasaannya, masih banyak suntikan-suntikan komedi yang efektif disini. Diluar dugaan karakter Ruffnut jadi penyumbang tawa paling besar disini dengan kisah "cinta"-nya. Perpaduan sisi emosional dan komedi yang berimbang itu menjadikan filmnya cukup dinamis. Tapi walaupun punya banyak emosi, jalan cerita HTTYD 2 bagi saya masih kalah jika dibandingkan dengan yang pertama. Tidak banyak pesan-pesan yang dikonversi menjadi satu rangkaian cerita besar. Alurnya sangat biasa, hanya saja pengemasan adegan-adegannya yang maksimal mampu menjadikan film ini tidak terasa biasa-biasa saja.
Tentu saja salah satu aspek yang turut mendukung intensitas serta sisi emosi film ini adalah musiknya. Sama seperti film pertamanya, John Powell masih bertanggung jawab atas scoring sekuelnya ini. Musiknya sanggup membuat beberapa adegan yang sebenarnya tidak begitu luar biasa menjadi semakin terasa kekuatannya. Ambil contoh adegan pertama yang menampilkan Hiccup terbang bersama Toothless. Adegan itu sudah terlihat di trailer, tapi berkat iringan lagu yang bagus, momen yang tidak lagi baru itu masih terasa begitu indah. Yah, andai saja klimaksnya punya lagu yang se-epic Kings & Queens milik 30 Seconds to Mars yang muncul di trailer-nya itu Kenapa? Karena jujur saja klimaks film ini tidaklah se-epic yang saya bayangkan bahkan masih kalah dibanding film pertamanya meski sudah memunculkan naga dengan ukuran raksasa. Tapi sedikit di bawah film pertamanya, How to Train Your Dragon 2 jelas masih merupakan tontonan yang bagus dan salah satu yang terbaik dari DreamWorks. Ada banyak tawa tapi juga air mata disini. Saya harap seri ketiga yang rencananya akan rilis tahun 2016 akan menjadi penutup (atau setidaknya penutup trilogi pertama jka akan ada film keempatnya) yang memuaskan dan epic baik secara skala, tingkat keseruan maupun sisi emosionalnya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar