AMERICAN SNIPER (2014)
Chris Kyle adalah seorang legenda
dalam sekaligus pahlawan dalam dunia kemiliteran Amerika Serikat. Mengabdi
selama 10 tahun tepatnya dari 1999 hingga 2009, Chris sempat bertugas pada masa
perang Irak. Disanalah namanya mulai dikenal sebagai sniper paling mematikan
sepanjang sejara Amerika. Selama di medan perang dia telah menghabisi nyawa
musuh sebanyak 160 orang, dan itu baru yang tercatat secara resmi. Bahkan konon
jika menambahkan jumlah tidak resmi, angkanya bisa mencapai lebih dari 200 orang.
Karena itulah ia mendapat julukan The
Devil of Ramadi. Rekan-rekannya di militer sendiri memanggil Chris dengan
sebutan Legend. Membawa kisah
patriotik ditambah pesan anti peperangan dan memasang kata “American” dalam judulnya memang membuat
film ini seolah berteriak “minta Oscar”. Tapi dengan track record Clint Eastwood yang tengah menurun, apakah American Sniper memang layak mendapat
nominasi Best Picture?
Chris Kyle (Bradley Cooper)
dibesarkan dengan ajaran dari sang ayah untuk tidak menjadi domba yang lemah
maupun serigala yang gemar memangsan, tapi anjing penjaga yang bersedia dengan
berani menolong mereka yang tertindas. Penanaman moral itu ditambah keinginan
Chris untuk menjadi “someone”
mendorongnya untuk bergabung dengan Navy SEAL. Berbekal bakat alam dan
pelatihan sewaktu kecil yang didapat dari berburu bersama sang ayah, Chris pun
menjadi seorang penembak jitu paling handal dalam timnya. Dia tidak hanya
membuat lawan gentar, tapi juga memberikan rasa aman diantara teman-temannya.
Seperti kebanyakan prajurit lainnya, masa paling ditunggu-tunggu adalah saat
penugasan usai dan mereka bisa berkumpul kembali dengan keluarga di rumah.
Begitu pula dengan Chris yang selalu dinanti kepulangannya oleh sang istri,
Taya (Sienna Miller). Tapi pada kenyataannya tidak mudah bagi Chris untuk hidup
tenang di rumah. Pikirannya selalu tertuju pada medan perang. Apalagi ia masih
belum berhasil menghabisi target yang telah banyak melukai bahkan membunuh
rekan-rekannya.
Tidak mudah membuat film anti-war, karena salah sedikit saja akan
merubah pesannya 180 derajat menjadi memuja peperangan entah karena “keseruan”
yang hadir dalam filmnya atau karena kesan bahwa perang beserta segala
kerugiannya memang diperlukan untuk menjaga kedamaian dunia. Lewat filmnya ini
Clint Eastwood memilih pendekatan yang aman cenderung klise. American Sniper jelas bukan Apocalypse Now yang menyuguhkan horror
peperangan ataupun Full Metal Jacket
yang berfokus pada kerusakan psikologis prajurit untuk meneriakkan anti
peperangan. Filmnya memang berfokus pada proses perubahan sosok Chris yang
tadinya riang dan humoris menjadi seolah kehilangan sisi kemanusiaannya. Film
ini memperlihatkan bagaimana medan perang mampu merubah kepribadian seseorang,
merusak psikisnya. Saya tidak bermaksud begitu saja membandingkan film ini
dengan Full Metal Jacket, tapi
perbandingan perlu dilakukan untuk mengupas kenapa American Sniper masih terkesan klise meski berfokus pada degradasi
psikis karakternya.
Dalam filmnya Stanley Kubrick total
berfokus pada segala siksaan dan kegilaan yang harus dialami karakternya hingga
akhirnya ia terseret dalam kegilaan pula. Tidak ada “distraksi” lain dalam
plot-nya kecuali horror psikologis saat secara bertahap dan mendetail kita
dibawa melihat sang karakter kehilangan akal sehat. Karena itulah penonton bisa
dibuat mengutuk perang yang sanggup merusak kemanusiaan seorang manusia. American Sniper tidak seperti itu. Kita
mellihat transformasi Chris, kita tahu kenapa itu terjadi, tapi tidak diajak
menengok secara jauh lebih mendalam akan prosesnya. Lalu bagaimana cara
Eastwood membuat penonton membenci perang? Dia menggunakan cara paling simple
kalau tidak mau dibilang standar. Berikan tokoh prajurit itu sosok orang
tercinta yang menunggu kepulangannya. Penonton diajak untuk berada pada posisi
Taya yang terganggu dengan perubahan Chris. Kita juga diajak untuk seperti Taya
yang selalu cemas apakah sang suami akan pulang dengan selamat. Dengan begitu
kita akan bersimpati pada Taya lalu mengutuk peperangan. Karena simpati itu
juga kita akan peduli pada keselamatan Chris, dan dari situlah tercipta
ketegangan.
Menyelipkan unsur cinta untuk
mengangkat kedua aspek itu (anti-war
dan ketegangan). That’s the oldest trick
in the book. Tapi jangan salah, dengan pernyataan diatas termasuk
perbandingan dengan Full Metal Jacket
bukan berarti saya mengkritisi pemilihan cara bertutur Eastwood. Memang cara
itu sudah jauh dari kata baru, tapi bukan berarti ketinggalan jaman dan tidak
efektif. American Sniper tidak
memberikan dobrakan tapi masih terasa kuat baik pada drama dengan segala
pesannya sampai ketegangan yang hadir di medan perang. Mungkin tidak sampai
pada tahap yang begitu tinggi, tapi film ini tetap berhasil memercikkan
kebencian akan perang dalam diri saya, meski sesungguhnya efek itu terbantu oleh
fakta bahwa rasa benci tersebut sudah sedari awal saya miliki. Saya bersimpati
dan peduli pada nasib karakternya, ketegangan pun berhasil disajikan dalam
setiap baku tembak atau tarikan pelatuk Chris yang seringkali penuh keraguan.
Ada alasan kenapa suatu formula termasuk yang ada disini menjadi standar alias
sering dipakai, yakni karena keefektifannya.
Para pemainnya sendiri menyajikan
akting yang bagus. Bradley Cooper yang lewat perannya dalam film ini berhasi
mengantongi nominasi Oscar untuk tiga kali secara berturut-turut berhasil
menghidupkan Chris dengan segala “gangguannya” namun belum dalam tahapan
kegilaan total. Chris Kyle jelas berbeda dengan Michael Sheen di Apocalypse Now yang totally out of “it”. Chris masih ada dalam proses menuju dan tidak
pernah sampai pada tingkatan itu. Cooper bagus karena transformasinya dari
Chris yang cerah menjadi gloomy.
Tanpa perlu berkata-kata kita sudah bisa membedakan dua sisi tersebut hanya
dari tatapan matanya. Sienna Miller mungkin tidak mendapat porsi yang membuatnya
berakting sekelas Cooper, tapi itu sudah cukup membuat karakternya terasa
simpatik. Pembawaannya yang tak berdaya membuat kita bersimpati, tapi simpati
lebih besar lagi hadir saat Miller mampu menunjukkan seorang wanita yang begitu
sabar dan mencintai sang suami tanpa perlu terasa berlebihan. American Sniper adalah film saat Clint
Eastwood kembali ke “jalan yang benar”. Belum sampai pada tingkatan terbaiknya
tapi jelas pencapain memikat bagi seorang sutradara berusia 84 tahun. Memang
pilihan tepat disaat Eastwood mengemas filmnya dengan sederhana tapi efektif.
Salah satu adegan favorit saya adalah saat Bradley Cooper (dengan tatapan
kosong memendam horror) duduk memandang televisi yang mati tapi terdengar suara
mencekam dari medan perang.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
7 komentar :
Comment Page:admin gak bahas nominasi Oscar tahun ini? udh pada nonton filmnya?
Udah tuntas dibahas di medsos soalnya hehe
Belum semuanya ketonton kalo nominasi Best Picture :)
Masa Gone Girl cuma Rosamund Pike aja yang dapat nominasi
Buat saya senggaknya best adapted screenplay harusnya dapet nominasi
Setuju
Emang seru film sniper terbaik di atas om. saya sudah nonton berulang kali tapi ndak bosen-bosen. Manteb dah!!!
Kebetulan banget, gue lagi nyari film sniper terbaik buat tontonan waktu luang. Thanks gan!
Posting Komentar