BILL CUNNINGHAM NEW YORK (2010)
Di tengah hingar bingar kota New York Bill Cunningham hanya menaiki sebuah sepeda tua yang butut berkeliling kota. Di tengah kemewahan New York, Bill Cunningham hanya tinggal di sebuah apartemen sempit yang lebih banyak berisikan kabinet kerja daripada perabotan. Di antara glamornya masyarakat New York, Bill Cunningham senantiasa memakai jaket biru yang biasa digunakan tukang sampah atau mantel tipis murah yang selalu ia tambal dengan perekat daripada membeli baru saat sobek. Sekilas dia hanyalah pria tua kecil yang tidak akan dianggap oleh warga New York dengan segala gaya hidup kelas atas mereka. Tapi disaat banyak ikon fashion menilai tinggi dirinya, bahkan Anna Wintour sang editor Vogue berkata "we all get dressed for Bill", maka kita tahu Bill Cunningham bukan pria tua biasa. Jadi siapa Bill yang begitu dipuja ini? Dia adalah fotografer New York Times yang berfokus pada kolom fashion. Bedanya, Bill lebih sering memotret di jalan daripada runway.
Setiap pagi Bill akan terjun ke "medan perang", tepatnya di jalanan kota New York. Disana dia akan memotret siapapun itu mulai dari anak muda sampai orang tua, warga biasa hingga selebritis dan sosialita. Seperti apa yang tergambar dari kalimat Anna Wintour diatas, bagi para pejalan kaki New York, difoto oleh Bill adalah kehormatan besar, karena artinya fashion yang ia kenakan bagus. Bill sudah melakukan ini selama puluhan tahun, sehingga wajar saja saat desainer Oscar de la Renta mengatakan bahwa Bill merupakan orang dengan rekaman sejarah fashion New York terlengkap. Bagi Bill yang amat terobsesi dengan fashion, apa yang orang kenakan adalah jati diri mereka dan karena itu nampak lebih bermakna saat tampak di jalan daripada runway. Semua itu ia rangkum dalam kolom On the street. Sedangkan pada malam harinya ia sibuk berkeliling dari satu ke acara ke acara lain untuk (lagi-lagi) mengambil foto dalam tiap even yang ia gunakan untuk kolom Evening Hours.
Film ini mengingatkan saya pada dokumenter lain yang juga menyoroti kehidupan sosok senior, Elain Stritch: Shoot Me. Persamaan keduanya adalah semangat yang dihadirkan oleh subjek berhasil ditularkan pada saya. Bill dengan kebebasannya, dengan semangatnya, dengan tawanya mampu menjadikan pengalaman menonton dokumenter ini amat menyenangkan. Bukan gelak tawa karena kelucuan yang terasa, melainkan senyum simpul kebahagiaan. Saya senang melihat Bill dengan antusias seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru berlarian kesana kemari dengan kameranya, memotret segala bentuk gaya fashion pejalan kaki New York. Film ini adalah gambaran sempurna tentang sebuah totalitas. Saat sedang bekerja, Bill hanya akan berfokus pada pekerjaannya dan tidak akan berhenti meski hanya untuk meminum segelas wine. Bill Cunningham New York pun jadi sebuah perkenalan memuaskan bagi orang seperti saya yang belum mengenal siapa Bill Cunningham.
Film ini mengeksplorasi kesehariannya secara menyeluruh, memperkenalkan saya pada pandangan hidupnya, mengenalkan saya pada kepribadiannya baik itu lewat observasi maupun wawancara dengan orang-orang di sekitar Bill. Mungkin satu hal yang akan tetap menjadi pertanyaan besar setelah filmnya usai adalah "seperti apa kehidupan pribadi Bill?" dimana kehidupan pribadi yang dimaksud bisa jadi kisah cinta, keluarga, kepercayaan, dan hal-hal lain yang bersifat intim. Saat pada akhirnya semua itu tidak terjawab tuntas bukan karena filmnya kurang dalam saat observasi, tapi lebih karena Bill sendiri yang memang tidak punya waktu untul hal bersifat pribadi. Hampir 100% waktu ia dedikasikan untuk hal-hal berbau fashion photography. Tapi lewat dua pertanyaan singkat yang diajukan sutradara Richard Press menjelang akhir, secara tersirat saya bisa menangkap seperti apa isi hati sang fotografer. Mungkin tidak gamblang, tapi coba perhatikan dan rasakan baik-baik momen tersebut, maka anda akan bisa mengetahui siapa Bill Cunningham itu sebenarnya.
Bill Cunningham New York juga masih sempat membahas sebuah stigma bahwa kita bisa menilai seseorang dari pekerjannya. Mendengar ada orang bekerja di sebuah klub malam, mudah bagi kita langsung memberi cap dia adalah orang tidak bermoral, doyan pesta, dan segala macam anggapan lainnya. Tapi Bill membuktikan hal itu salah. Bill Cunningham memang memuja fashion, mengagumi gaya berpakaian yang unik dan glamor, tapi bukan berarti ia orang yang memuja kehidupan mewah. Justru sebaliknya, Bill tidak menyukai gaya hidup semacam itu, dan lebih memilih menjalani hidup dengan kesederhanaan yang teramat sangat. Tapi lihat bagaimana orang ini begtu dihormati oleh kalangan atas dan para pembesar. Bahkan dalam suatu kesempatan Anna Wintour rela berhenti sejenak di jalan hanya untuk difoto oleh Bill, tapi begitu sang pria tua selesai Anna begitu saja pergi tanpa memberi kesempatan fotografer lain untuk memotretnya. Bagi Anna dan ikon fashion lainnya, adalah kehormatan saat Bill memotret mereka, dan bagaikan sebuah akhir dunia saat sang fotografer memilih berlalu.
Begitu menarik melihat aksi Bill di jalan bukan saja karena sosoknya yang penuh semangat, tapi juga menarik melihat dokumentasi gaya berpakaian para pejalan kaki New York. Begitu banyak fashion style yang mencolok mata dan menjadi surga bagi Bill untuk memotret. Sebagai film tentang fotografer fashion, film ini tetap tidak lupa untuk memberi hiburan visual berupa banyaknya baju dan style menarik di tiap sudut kota. Sedangkan sebagai film tentang Bill Cunningham, film ini juga berhasil menggambarkan bagaimana sosoknya telah menjadi sebuah arsip fashion terlengkap yang bukan tidak mungkin mengalahkan kelengkapan internet sekalipun. Saya pun pada akhirnya berhasil dibuat mengagumi hampir semua aspek dalam diri Bill, dan bisa mengerti kenapa banyak orang mengaguminya. Pertanyaan yang cukup miris adalah, benarkah semua orang itu mencintai Bill? Atau hanya karena Bill menentukan hierarki mereka dalam dunia fashion dimana hierarki merupakan salah satu hal terpenting untuk bertahan hidup di New York? Tidak ada yang tahu, tapi yang pasti Bill Cunningham berhasil mendokumentasikan sejarah perjalanan fashion dengan lengkap, dan Bill Cunningham New York mendokumentasikan proses itu dengan lengkap pula.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar