THE DISAPPEARANCE OF ELEANOR RIGBY: THEM (2014)

Tidak ada komentar
Debut penyutradaraan Ned Benson ini penuh dengan gimmick yang sesungguhnya tidak perlu. Judul sekaligus nama karakter utamanya mengambil dari judul lagu The Beatles. Eleanor Rigby adalah lagu tentang kesepian dan sesuatu yang terabaikan. Karakter Eleanor Rigby (Jessica Chastain) memang mengalami kedua hal itu. Sebuah tragedi membuat dia menelantarkan segalanya. Menghilang tiba-tiba dari sang suami, Conor Ludlow (James McAvoy) lalu mencoba bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan. Tapi apapun nama yang diberikan tidak akan mempengaruhi kandungan cerita sedikitpun. Beberapa dialog selipan tentang Beatles tidak akan bisa dimasukkan, tapi hanya itu. Benson melakukannya seolah hanya untuk memberikan keunikan atau menarik perhatian para fans Beatles. The Disappearance of Eleanor Rigby sendiri terdiri dari tiga paket film dengan sub-judul Him (sudut pandang Conor), Her (sudut pandang Eleanor) dan Them (sudut pandang keduanya).

Saya hanya menonton versi Them, dan mungkin memang benar dengan menonton ketiganya penonton bisa menapatkan cakupan kisah lebih lengkap dari berbagai sudut pandang. Tapi bukankah hal itu bisa dilakukan hanya dengan satu film? Siapa yang bersedia menonton tiga film dengan total durasi lebih dari lima jam dengan inti cerita sama? Pastinya saya tidak akan melakukan itu kecuali filmnya luar biasa, dan meski tidak buruk, The Disappearance of Eleanor Rigby jelas masih jauh dari tingkatan tersebut. Kesemuanya berakhir sebagai gimmick yang tidak diperlukan. Bahkan keputusan Benson itu membuat filmnya kehilangan banyak potensi yang terkandung dalam kekuatan dramanya. Them berusaha menggabungkan dua sudut pandang tapi saya merasa ada yang hilang. Serasa ada lubang yang tertinggal karena upaya Benson membuat Them jadi suguhan seimbang, menyimpan beberapa detail eksplorasi untuk dua versi lainnya.
Berbagai gimmick diatas memang memperlemah keseluruhan kisah, padahal sesungguhnya film ini bisa saja menjadi drama romansa-tragedi dewasa yang lebih low-profile tapi tetap kuat. Ned Benson sebagai sutradara sekaligus penulis naskah memaksimalkan dua perannya tersebut. Naskahnya merupakan penelusuran kuat akan cinta dan duka, memiliki dan kehilangan. Secara status Conor dan Eleanor masihlah sepasang suami istri, tapi tragedi yang hadir tidak lagi masuk pada tahap menguji hubungan mereka, tapi menghancurkan semuanya, membawa mereka pada titik nadir. Eleanor memang secara literally sempat menghilang dari Conor, tapi lebih jauh lagi kata "menghilang" disini merujuk pada rasa. Pada awal film kita secara sekilas melihat bagaimana romantis dan bahagianya mereka berdua. Sampai terjadilah tragedi tersebut dan Eleanor pun menghilang dari kehidupan Conor.
Sebagai sutradara, Benson sanggup mengemas film ini dengan indah tanpa perlu eksploitasi sinematografi yang megah ataupun dramatisasi berlebihan. Perasaan hampa setelah kehilangan orang terkasih menjadi fokus utama, dan Benson sanggup menghadirkan kehampaan itu entah dari sisi sang pria maupun wanita. Sekali lagi saya menyayangkan penggunaan berbagai gimmick di atas. Hal itu menutupi jati diri sekaligus keunggulan utama film ini sebagai drama romansa-tragedi yang dewasa. Ada percintaan, ada pula kehilangan, tapi semuanya hadir dengan elegan dan penuh kedewasaan. Benson mampu menghadirkan perasaan dalam ceritanya tanpa perlu terasa berlebihan. Dinamika mengalir begitu lancar. Tidak banyak naik dan turun tapi begitu hidup. Satu hal yang mengganjal adalah durasi yang terlalu panjang. Bukan masalah "terlalu lama", tapi filmnya yang hampir dua jam tidak sebanding dengan seberapa jauh Benson menggali sisi terdalam dua karakter utama.

Tidak digali sedalam yang seharusnya, tapi film ini beruntung punya Jessica Chastain dan James McAvoy. Nama yang disebut terakhir sejatinya tidak terlalu spesial, tapi sang aktor setidaknya sanggup memberikan penampilan solid, menghidupkan sosok Conor yang berusaha mati-matian memperbaiki hubungan dengan wanita yang ia cintai tanpa harus memaksanya untuk kembali lagi. Sedangkan Jessica Chastain adalah bintang disini. Saya percaya dengan segala penderitaan Eleanor berkat penampilan sang aktris. Selain adegan flashback segala hal yang terpancar dari karakternya penuh duka, bahkan senyumannya sekalipun. Akting bagus ditambah sosoknya yang disini bagaikan the prettiest woman in the world membuat saya dengan mudah ikut merasakan kehampaan yang ada, termasuk rasa kehilangan akan Eleanor yang dialami Conor. The Disappearance of Eleanor Rigby adalah drama sederhana yang kuat. Romantis sekaligus kelam, saya juga menyukai adegan terakhirnya yang menyiratkan harapan romantisme meski di ranah keabu-abuan. Gimmick-nya sendiri sedikit disayangkan. Suatu kisah memang punya banyak sudut pandang, tapi apakah perlu mengemasnya sebagai satu film tiap sudut pandang? Saya rasa tidak.

Tidak ada komentar :

Comment Page: