THE WITCH (2015)
Rasanya dewasa ini sulit menemukan horror yang punya kapasitas menakut-nakuti penonton ketika jump scare makin jadi primadona. Sehingga tidak mengherankan tiap kali suguhan macam itu hadir, pujian setinggi langit senantiasa mengiringi. Setelah The Babadook dan It Follows, giliran The Witch karya sutradara debutan Robert Eggers mencuri perhatian, memunculkan harapan bahwa masih ada horror filmmaker dengan kemampuan membangun kengerian atmosfer secara efektif tanpa harus berusaha keras menjadi "critics darling" namun mengalienasi penonton awam karena filmnya terlampau berat untuk dinikmati. The Witch akan membawa anda kembali jauh menuju abad 17, menjelajah hutan belantara New England guna menyibak rahasia menyeramkan di dalamnya.
William (Ralph Ineson) beserta keluarganya baru saja diusir dari sebuah komunitas Kristen puritan akibat dituduh menentang aturan Gereja. Mereka pun pindah menetap di samping hutan sembari membangun kebun jagung demi memenuhi kebutuhan pangan. Beberapa bulan kemudian keluarga tersebut dirundung duka kala bayi mereka, Samuel mendadak hilang. William berasumsi Samuel dimangsa oleh serigala, tapi istrinya, Katherine (Kate Dickie) menyalahkan sang puteri sulung, Thomasin (Anya Taylor-Joy) yang saat itu tengah bertugas menjaga Samuel. William tetap berusaha meyakinkan keluarganya bahwa Tuhan akan selalu memberikan perlindungan, namun iman mereka semakin terkikis, menghadirkan perpecahan tanpa tahu teror penyihir setia mengintai dari dalam hutan.
Sepanjang 88 menit durasinya, The Witch memang berjalan lambat, tapi bukan berarti Robert Eggers betah membuat penonton berlama-lama menunggu tanpa satu pun hal signifikan terjadi. Berbeda dengan arthouse horror di luar sana yang menghabiskan waktu cukup lama membangun atmosfer supaya penonton bisa merasakan kesunyian mencekam setting-nya, film ini hanya butuh sekitar tujuh menit sampai keanehan pertama muncul hilangnya Samuel dan kita berkesempatan "mengintip" ritual disturbing sang penyihir. Daripada bertahap, pembangunan atmosfer, eksplorasi karakter, serta pameran kengerian dilakukan secara bersamaan sehingga kita tak usah lebih dulu terjebak kebosanan menanti filmnya tancap gas.
The Witch tidak bergantung pada jump scare hanya muncul 2-3 kali melainkan pemanfaatan kolektif dari scary imagery lewat sinematografi Jarin Blaschke, creepy atmosphere hasil musik gubahan Mark Korven, juga eksplorasi cerita melalui naskah tulisan Robert Eggers. Rangkaian gambar film ini terasa mencekam tanpa perlu mengeksploitasi gore ataupun penampakan hantu berwajah mengerikan. Adegannya didominasi twisted situation berisi tingkah aneh hewan atau manusia yang mengacaukan logika nalar kita, membuatnya justru semakin mengerikan. Terlebih Robert Eggers piawai merangkai gambar-gambar tersebut supaya tidak bertebaran acak sekaligus menciptakan timing sempurna bagi terornya. Sedangkan musik karya Mark Korven selaku scoring film horor paling eerie selama beberapa waktu terakhir bak menyiratkan teror mencekam yang perlahan mencengkeram.
Ditinjau melalui sudut pandang cerita pun, The Witch menyimpan kekuatan sebagai folktale menyeramkan penuh aura kejahatan tentang goyahnya iman manusia tatkala iblis mulai menyodorkan tipu daya memanfaatkan kelemahan kita. Bukan hal mudah menyaksikan bagaimana William dan keluarganya mulai terpecah belah mencurigai satu sama lain. Terasa begitu jahat karena The Witch tidak (langsung) melukai fisik tokoh-tokohnya, melainkan menjatuhkan psikis mereka terlebih dahulu. Paparan unsur agamanya tak berusaha menjelekkan satu pihak, murni eksplorasi lemahnya keimanan seseorang saat barisan doa sekedar terucap di mulut tanpa merasuk dalam hati, atau sebagai topeng guna menyembunyikan kelamahan dan ketidakberdayaan seseorang macam William yang nyatanya hanya jago membelah kayu. This movie shows how the devil drags us human into joining their side in a fucked up and eeriest way.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
5 komentar :
Comment Page:Bang....review film SIMPLE LIFE. Film andy lau... bagusss....
Haha segera kalo ada waktu nonton. Daftarnya masih panjang euy
menurut saya film ini lebih enak di pandang sebagai film thriller mystery krn jujur saya gak terlalu merasakan kengerian di ceritanya disamping arasemen music nya yg lumayan merinding..dari awal penonton sdh di buat pertanya tentang apa yg terjadi dan ending nya mantap juga jadi kejutan gtu. ..
Ngerinya lebih di cerita & pikiran sih, like "anjir tragis banget" begitu :)
iya kalau dilihat lihat lagi emang tragis ceritanya apalagi ending nya yg nendang banget....mungkin saya terlalu berharap lebih pada kengerian nya jdi agak kecewa jga..
Posting Komentar