FANTASTIC BEASTS AND WHERE TO FIND THEM (2016)
Meraup lebih dari 7 milyar dollar dalam delapan film, mudah dipahami mengapa Warner Bros dan J.K. Rowling enggan meninggalkan dunia sihir "Harry Potter". Bahkan jika itu berarti harus mengadaptasi "Fantastic Beast and Where to Find Them", buku pegangan siswa Hogwarts tentang deskripsi 85 spesies makhluk magical. Bukan perkara mudah membangun cerita berdasarkan suatu textbook, tapi apabila Hollywood mampu menyulap lego menjadi sebuah kisah bermakna, kenapa buku pegangan yang diisi makhluk ajaib tidak? Terlebih J.K. Rowling yang tentu paham betul seluk beluk mitologi dunianya bertindak selaku penulis naskah. David Yates sang sutradara empat film terakhir "Harry Potter" pun kembali.
Penyhir asal Inggris bernama Newt Scramander (Eddie Redmayne) baru saja tiba di New York membawa koper berisikan makhluk-makhluk ajaib miliknya. Berbeda dengan Inggris, di Amerika terjadi ketegangan antara penyihir dengan No-Maj (sebutan Amerika untuk muggle), di mana kelompok NSPS (New Salem Philanthropic Society), dipimpin Mary Lou Barebone (Samantha Morton) ingin mengungkap eksistensi penyihir, guna menangkap lalu memusnahkan mereka. Situasi tersebut membuat kaburnya beberapa makhluk dari koper Newt menyulut masalah besar, memaksanya bersama Jacob Kowalski (Dan Fogler) seorang No-maj dan anggota MACUSA (kongres peyihir Amerika), Tina (Katherine Waterston) melakukan pencarian.
Ironis mendapati naskah J.K. Rowling justru merupakan titik terlemah "Fantastic Beast and Where to Find Them". Rowling memang cakap membangun, atau lebih tepatnya melebarkan mitologi setting-nya. Dunia di mana film ini bertempat adalah dunia yang telah kokoh terbangun, memiliki struktur jelas tentang siapa saja penghuninya beserta posisi masing-masing. Rowling pun seperti biasa menyelipkan berbagai pesan mulai perbedaan antar umat manusia sampai perihal environment (the beasts feel like the representation of rare animals in our world). Namun lain halnya dengan penceritaan.
Alur film khususnya di setengah pertama durasi begitu kosong, tanpa drama engaging maupun ketegangan karena memang nyaris tak ada ancaman. Karakter Newt diperkenalkan minim kedalaman, membuat usaha Redmayne menciptakan sosok adorable melalui mata berbinar dan senyum simbul plus poni rambut kurang berhasil. He's cute but lacks of personality. Saya justru lebih terpikat pada Kowalski. Begitu mulus Dan Fogler mentransformasikan sosoknya dari clueless No-maj yang jenaka menjadi reliable supporting character berperasaan. Senyumnya sebelum melangkah ke arah guyuran hujan di paruh akhir terasa penuh kehangatan, sanggup menyentuh emosi.
Mencapai hitungan 40 menit, barulah kita dibawa menelusuri dunia magis dalam koper Newt, mengamati detail makhluk-makhluk ajaibnya. Konsep berbagai jenis lokasi (hutan, padang pasir, hamparan salju) menarik, begitu pula desain makhluk yang memiliki keunikan tersendiri. Tapi momen ini pun tak seberapa "menyihir" mengingat pemandangan serupa telah cukup sering dijumpai pada film fantasi lain. Kemudian alur bergerak menuju pencarian yang dilakukan karakter utamanya, sebuah petualangan yang menyenangkan disimak namun minim dinamika (practically just catch-and-run with gags all over), tak ubahnya perburuan monster dalam "Goosebumps" hanya saja tanpa selipan komedi konyol tak lucu. Bergerak cepat namun kosong, tipis, minim kreatifitas yang semestinya jadi kelebihan utama seorang J.K. Rowling.
Daya pikat meningkat kala protagonis harus menangkap Occamy (hybrid burung dan naga) berkat keseimbangan aksi seru dan penampakan masif sang makhluk. This kind of outta-this-world giant creature is the main reason I watch this movie. Kisah makin kompleks kala ancaman utama mulai diperkenalkan, ditambah sekilas penelusuran terhadap karakter Credence Barebone (as usual, Ezra Miller perfectly nailed a twisted and mysterious teenager) dan kekerasan yang ia terima dari sang ibu. Klimaks berakhir datar, namun konklusinya memberi tease akan bahaya jauh lebih besar, membuat penonton entah suka atau tidak dengan film ini bersedia menantikan sekuel. Overall, "Fantastic Beast and Where to Find Them" memang bak prolog, menanam benih menarik bagi installment mendatang namun filmnya sendiri agak hambar. Fun, but less-magical.
Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
8 komentar :
Comment Page:Satu sisi saya menyukai nya krn J.K rowling bisa mengembalikan kesenangan dunia sihir nya meski daya magic nya tak sekuat di era harry potter dulu.Mungkin krn ini baru jilid pertama jadi di jalan cerita nya tdk terlalu ada ancaman besar yg membuat cerita nya lebih menarik.
Indeed, fun, tapi cuma semacam prolog
Saya juga bingung ketika teman nonton bilang awal filmnya hambar banget, tapi saya ingatnya malah ketawa terus dengan kocaknya si platipus ajaib itu :))
Namun saya bisa paham kok, setiap buku JKR yang saya baca selalu dragging dan boring di awal :3
Newt....gimana ya, saya memang dapat kesan dia bukan karakter yang pingin menonjol dengan keengganannya menatap mata orang lain. Sedangkan si no-maj adorable dan kisah cintanya... fiuh, sip memang karakternya.
Bener banget.. film ini diselamatkan oleh karakter Jacob si no-maj dan cintanya..
Endingnya yang keluar di bawah hujan juga satu2 nya yg bikin merinding
Sisanya so-so
Jacob menang banyak .....
film ini mengalirnya terlalu cepat, bagi yg blm baca novel nya kadang bingung dengan pengenal karater.
bagus nya, aksi sihir nya lebih banyak.
Please add spoiler alert please..
Posting Komentar