THE POST (2017)
Rasyidharry
Februari 18, 2018
Bagus
,
Bruce Greenwood
,
Drama
,
John Williams
,
Josh Singer
,
Liz Hannah
,
Meryl Streep
,
REVIEW
,
Steven Spielberg
,
Thriller
,
Tom Hanks
13 komentar
Jika Alfred Hitchcock adalah master of suspense, maka gelar master
of emotion layak disematkan kepada Steven Spielberg. Tidak peduli betapa
rumit konspirasi dan investigasi dalam The
Post, sang sutradara bakal menyoroti kehidupan personal tokoh-tokohnya guna
menitikberatkan gejolak batin mereka. Karakter Spielberg adalah manusia dengan
perasaan yang tengah berusaha mengatasi kekurangan miliknya demi kebaikan. Alhasil,
walau name-dropping maupun gempuran
beruntun fakta-fakta kompleks memusingkan anda, filmnya tak pernah terasa
kosong. Karena The Post tidak pernah
sepenuhnya soal konspirasi pemerintah.
Kita sesekali terpapar beberapa hasil riset rahasia mengenai keterlibatan
Amerika Serikat di Perang Vietnam, yang telah disembunyikan dari publik sejak
era Harry S. Truman sampai Richard Nixon. Namun, ini bukan Spotlight apalagi All the
President’s Men. Investigasi jurnalistik memegang peran besar, tapi
pergolakan personal karakter lebih diutamakan. Pergolakan yang memicu berbagai debat
ideologi. Ben Bradlee (Tom Hanks), pimpinan redaksi The Washington Post, merasa wajib mempublikasikan riset di atas
setelah The New York Times—media
pertama yang mengungkap konspirasi itu—diperintahkan pengadilan untuk berhenti
memuat berita tersebut karena dianggap membahayakan keberlangsungan pemerintah.
Larangan ini tentunya melanggar amandemen pertama soal kebebasan
pers. Ketika Ben berhasrat, Katharine Graham (Meryl Streep) si pemilik surat
kabar justru meragu, sebab The Washington
Post sedang berada dalam proses penjualan saham guna mengatasi permasalahan
finansial. Sedikit saja timbul masalah, para investor bisa kabur. Belum lagi pria-pria
di jajaran direksi kerap mengatur Katharine yang memang kurang tegas
dan minim pengalaman. Pun sahabatnya, Robert McNamara (Bruce Greenwood)
termasuk salah satu pihak yang paling dirugikan atas terbongkarnya konspirasi.
Seberapa besar seseorang bersedia berkorban demi kebenaran?
Dalam pertukaran ideologinya, Spielberg terkadang membiarkan
para aktor memainkan intensitas adegan. Sebab, menyatukan Hanks dan Streep di
layar sudah lebih dari cukup. Seperti tampak di momen pertama Katharine dan Ben
bersama, saat Spielberg tak menggerakkan kamera dalam satu take panjang. Dinamika suasana tumbuh secara alamiah seiring
keduanya saling melempar opini dan lelucon. Hanks, sebagaimana biasa, memancarkan
pesona magnetis, tapi Streep lebih memukau. Penuh rasa ragu, bicara yang
terbata dengan suara seolah mengawang tak tentu. Begitu ia mampu mengatasi
kekurangannya, Streep bukan menunjukkan “perubahan mendadak”, melainkan transformasi
alamiah yang tak berkontradiksi dengan karakterisasi.
Perlahan mendekatkan kamera menuju objek (track-in) untuk menguatkan intensitas
adalah strategi mendasar pengadeganan. Berulang kali Spielberg menerapkannya untuk menangkap emosi di mata pemain, dan tidak banyak sutradara dengan kepekaan timing
sekuat dirinya. Di tangan Spielberg, adegan Tom Hanks menjajarkan koran di meja
saja bisa begitu emosional. “It’s not a
party, it’s a war”. Demikian ucap seorang tokoh. Spielberg memang
menjadikan thriller politik bernuansa
jurnalistik ini bak tontonan epic.
Musik John Williams sesekali menyeruak di sela-sela kantor surat kabar yang
riuh rendah akan bunyi mesin ketik, sedangkan penyuntingan gambar taktis
Michael Kahn dan Sarah Broshar acap kali berjasa menyusun ketegangan.
The Post memakai formula bercerita yang
familiar, seperti halnya penindasan Nixon terhadap pers menjadi pemandangan
familiar bagi publik Amerika di tengah kekuasaan Trump kini. Sepanjang film terdengar
rekaman pembicaraan telepon Nixon yang bermuara pada salah satu skandal paling
menghebohkan, apalagi kalau bukan Watergate. Skenario buatan Liz Hannah dan Josh
Singer menjadikan Watergate sebagai penutup The
Post tak lain selaku pengingat, betapa pemerintah mungkin selalu
menyembunyikan rahasia lain, yang bisa jadi lebih besar dari sebelumnya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
13 komentar :
Comment Page:Meryl streep bagus banget ya bang disini? Belum nonton sih bagusan mana bang sama Jessica chastain di mollys game gue sih lebih milih jessica di nominaso oscar tp gatausih kalo meryl lebih layak hehe.
Bagus banget. Lebih pilih Streep. Tuntutan emosinya lebih kompleks. Belum kalau ngomongin detail kayak gestur dan sebagainya
Gara-gara nonton Bridge of Spies..... ane jd kurang gitu tertarik ma filmnya Steven Spielberg...... and The Post ....... it's so Bridge of Spies.... hehehe.... atau mungkin gara-gara ane gk punya perasaan kali...... LOL
Unsur political thriller aja yang mirip. Lagian Spielberg kan bukan cuma Bridge of Spies
Di salah satu artikel yang pernah saya baca, film ini adalah film terlemah yang akan bersaing di kategori Best Picture nanti. Gimana menurut kang Rasyid?
dan gelar untuk master of review film dari indonesia ini layak disematkan kepada mas rasyid hehe
btw skrng udah gak review tv series lg ya mas ?
Wow thanks a lot!
Udah nggak sempet, review film yang nggak tayang di bioskop aja nggak bisa hehe
bang. kalau suka sama spotlight apa udah pasti seneng sama The Post?
Nggak pasti, tapi kemungkinan besar. Walaupun pendekatannya beda
buat penonton awam lebih mudah mencerna the post atau spotlight bang ?
@Kevin sama aja sih. Bedanya, Spotlight fokus ke intensitas case revealing, kalau The Post ke emosi & sisi personal karakter. Tapi ciri jurnalisme investigasi yang banyak name/fact dropping tetep ada
Sebenernya ini film keren banget disanjikan dengan camerawork yg megah dan betapa hebatnya para aktor portraying karakter mereka, tiap karakternya juga diperdalam dengan penyajian keseharian dan cara mereka menentukan pilihan. Tapi menurut saya sih sayang sekali untuk penonton awam bakalan nerka2 banget karna tema press yg diangkat. Bahasa dan situasi yg gak familiar bikin penonton jadi kebingungan haha.
@Rayhan Ya bukan hal yang disayangkan dong itu. Jurnalistik kan emang rumit, penonton yang mesti berusaha keep up :)
Posting Komentar