BROTHER OF THE YEAR (2018)
Rasyidharry
Juli 27, 2018
Comedy
,
Drama
,
Lumayan
,
Nickhun
,
REVIEW
,
Sunny Suwanmethanont
,
Thai Movie
,
Urassaya Sperbund
,
Vithaya Thongyuyong
6 komentar
Awalnya, Brother of the
Year tampak seperti dramedi tentang perselisihan sepasang saudara kebanyakan
yang mengetengahkan proses terjal menuju kerukunan. Protagonis mengacau,
menyulut pertengkaran demi pertengkaran, memuncak pada perpecahan, menyadari kesalahannya,
lalu berujung third act yang dihabiskan
untuk memperbaiki segalanya guna mendapatkan maaf saudaranya (juga simpati
penonton). Ternyata tidak. Protagonis kita mengacau hingga mendekati titik
penghabisan, dengan perubahan hati terjadi benar-benar di ujung. Karena Brother of the Year rupanya bukan soal
usaha memperbaiki diri, melainkan penyesalan. “Mengapa selama ini, saat
kesempatan terbuka lebar, aku enggan bersikap lebih baik?”. Penyesalan semacam
itu.
Saya menangis di penghujung kisah. Walau tak memiliki saudara
kandung, saya (dan sebagaimana semua orang) pernah mengacau, menyakiti hati
orang terkasih, sehingga tahu sesakit apa penyesalan itu. Konklusi film karya
sutradara Vithaya Thongyuyong (The Little
Comedian, My Girl) ini pun menusuk. Tapi sebelumnya, Brother of the Year total berkomedi terlebih dahulu, bahkan saat
menyentuh masalah serius dalam momen serius, humor segera menyusul. Mungkin
banyak pihak menganggap itu wujud ketidakseimbangan. Saya pun sempat berpikir
demikian. “Mana dramanya? Mana usaha memubuat si tokoh utama simpatik?”.
Sebab lebih mudah membenci Chut (Sunny Suwanmethanont). Dia
pemalas kelas satu, membiarkan seisi rumah berantakan, piring kotor menggunung,
mengganti lampu saja enggan. Belum lagi kebiasaannya membawa pulang banyak
wanita walau telah mempunyai pacar. Sewaktu adiknya, Jane (Urassaya Sperbund)
pulang dari studinya di Jepang dan kembali menghuni rumah itu, pertengkaran
langsung pecah sejak menit pertama mereka bertemu. Berkebalikan dengan Chut,
Jane adalah gadis cerdas pula rajin. Keunggulan yang sejak kecil menumbuhkan
kecemburuan dalam hati Chut. Saat Jane menjalin asmara dengan rekan kerjanya,
Moji (Nickhun), sudah tentu Chut tidak tinggal diam.
Kalau ia dilarang seenaknya membawa pulang wanita, maka Jane
pun tak berhak berpacaran. Begitu pikir Chut. Komedinya berguna sebagai alat
presentasi seluruh perilaku Chut yang seenaknya, dan itu terus berlangsung. Film
ini tak berniat memunculkan kepedulian kita kepada Chut. Sebaliknya, film ini
berniat memperlihatkan betapa menyebalkan dan kelewatan perilakunya, betapa besar kesalahan yang ia perbuat
terhadap Jane. Alhasil, saat tiba waktunya Chut menyadari kekeliruan itu lalu
menyesalinya, kita tahu betapa besar rasa sesal tersebut. Sebab semakin besar
kesalahan, semakin besar pula sakit yang mengiringi penyesalan seseorang.
Sunny, si aktor langganan GDH sejak masih bernama GTH, memainkan
perannya dengan apik, bertingkah sejorok dan sengawur mungkin, namun Urassaya
a.k.a.Yaya yang paling bersinar. Dia lancar melucu sebagai adik “bossy” yang dibuat jengah oleh sang
kakak tapi selalu menemukan cara untuk membalas. Pun di balik senyum simpulnya,
Yaya punya cukup sensitivitas guna memaksimalkan momen dramatis. Sementara
Nickhun, bersenjatakan “wajah malaikat” miliknya, jelas cocok memerankan sosok
kekasih sempurna.
Dibuat oleh tim berisi 4 penulis termasuk Vithaya Thongyuyong,
naskahnya menampilkan komedi absurd, serupa komedi-komedi terbaik Thailand—atau
tepatnya GDH—lain, yang berkat ketepatan timing
dari penyutradaraan Vithaya, sanggup memberi kelucuan mendadak yang efektif
memancing tawa. Selalu ada hook di
tiap humornya, yang menyengat di momen tepat seperti seharusnya sketsa mumpuni
dibuat. Walau saya yakin, mengurangi sedikit porsinya takkan melukai kualitas
film, karena durasi 124 menit agak terlalu lama. Tonton, kemudian tanamkan di kepala, jika lain kali
terlibat konflik dengan orang yang kita sayangi, entah itu saudara, kekasih,
orang tua, maupun anggota keluarga lain, ingat-ingat segala memori indah yang
pernah dihabiskan bersama, sambil berusaha memahami mereka. Karena bisa jadi,
mereka sangat mencintai kita dan melakukan berbagail hal namun urung memberi
tahu kita. Bukankah cinta kasih terbesar seringkali ditunjukkan tanpa
kata-kata? Sebelum penyesalan menghampiri.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:nonton di mana ini mas?
Kemarin di premier, tayang regulernya 1 Agustus.
Kirain ga diputer di sini. Ternyata belom reguler yah hehe..
Btw mas rasyid nonton film horrornya Rudi Sujarwo gak?
Film thailand selalu menjadi film favoritku, humornya itu lho sesuai dengan seleraku
Gimana gan kualitas humornya? Baguskah?
Mewekkk cuyyy endingnya.scara ane jg punya saudara jg,jadi kena messagenya. Anyway i think this movie is highly recommended. Humor pas,drama juga ga terlalu menye2 tapi pas
Posting Komentar