THE SPY WHO DUMPED ME (2018)
Rasyidharry
Agustus 02, 2018
Action
,
Comedy
,
Cukup
,
David Iserson
,
Justin Theroux
,
Kate McKinnon
,
Mila Kunis
,
REVIEW
,
Susanna Fogel
6 komentar
The Spy Who Dumped Me adalah 2 hal: 1) Film dengan materi
sangat lemah sehingga sepenuhnya bergantung pada penampilan cast, dan 2) Aktris dengan talenta luar
biasa sehingga mampu mengangkat kualitas film, melakukan yang terbaik supaya
filmnya dapat bekerja di materi terlemah
sekalipun. Sambutlah Kate McKinnon, salah satu anggota terlucu Saturday Night
Live (SNL) masa kini yang masih mencari breakthrough
movie pasca reboot Ghostbusters (2016)
remuk di pasaran. McKinnon amat memikat, bisa jadi anda terkekeh hanya karena
melihat ekspresinya, bahkan dalam lelucon yang tidak lucu.
McKinnon memerankan Morgan (nama belakangnya bakal jadi
amunisi humor nantinya), wanita dengan perilaku eksentrik yang juga sahabat
Audrey (Mila Kunis), yang dalam buddy
comedy ini berperan sebagai “si normal”. Dialah gadis yang dicampakkan oleh
seorang mata-mata, yakni agen CIA bernama Drew (Justin Theroux), yang suatu
hari mendadak hilang dari kehidupan Audrey. Drew kembali bersama serombongan
pembunuh, juga jajaran MI6, yang semuanya mengincar flash drive yang disembunyikan Drew. Bisa ditebak, flash drive itu jatuh ke tangan Audrey, dan
membawanya bersama Morgan terlibat kucing-kucingan berskala internasional,
sebagaimana James Bond selalu lakukan.
Tentu flash drive
itu sebatas MacGuffin dengan
satu-satunya fungsi yaitu membawa kedua tokoh utama menuju petualangan gila di
beragam lokasi. Penulis naskahnya, Susanna Fogel (juga sebagai sutradara) dan
David Iserson pun tak berusaha menyamarkan peran tersebut. Kita hanya tahu, isi
flash drive tersebut dapat membobol
jaringan internet di seluruh dunia lewat “pintu belakang”. Cara pastinya,
pembuatnya, serta segala detail lain seutuhnya dikesampingkan. Terpenting,
Audrey dan Morgan tak boleh membiarkannya jatuh ke tangan musuh, agar alurnya
sendiri bisa terus bergerak menuju tempat-tempat berikutnya. Apa yang terjadi
setelah tiba di destinasi tidak penting, bukan mustahil, sepanjang petualangan,
anda akan melupakan eksistensi flash
drive itu.
Menu utama petualangannya adalah kebodohan. Hampir semua
tokoh film ini punya kebodohan. Dari agen CIA yang selalu membanggakan status
sebagai alumni Harvard, sampai si pembunuh berdarah dingin yang (nyaris) selalu
tanpa ekspresi turut memperoleh porsi humor. Tapi materinya lemah, takkan
memberi dampak walau sekedar sebersit senyum andai tidak ada McKinnon yang
memberi dorongan daya. Serupa komedian-komedian terbaik di luar sana, McKinnon
tahu bagaimana menjadikan tiap bagian dirinya aset kelucuan, lalu mengerahkan
segalanya, mulai mata, senyum, sampai gerakan-gerakan eksentrik sebagai wanita
yang bersikap bak cuma didasari intuisi gila. Saya pun yakin kalau beberapa
momen terbaik merupkan hasil dari improvisasinya. Sementara Kunis cukup sukses
mengimbangi agar tak tenggelam di balik pesona lawan mainnya.
Bahkan setelah menerima injeksi energi dari McKinnon, pula chemistry solidnya bersama Kunis, The Spy Who Dumped Me hanya berhenti di
taraf “layak tonton”. Filmnya malah lupa melucu kala mengeksekusi porsi aksi,
yang secara mengejutkan tampil brutal dan kental kekerasan. Pria yang terlontar
dari sepeda motor, wanita paruh baya yang tangannya tertusuk pisau dapur, menjadi
beberapa contoh usaha Susanna Fogel (Life
Partners) membuktikan bahwa komedi-aksi dengan wanita selaku pemeran utama
tidak kalah “gahar” dibanding yang menampilkan aktor pria. Sedikit berlawanan
dengan tujuan menciptakan hiburan ringan, keberhasilan penyutradaraan Fogel
merangkai aksi high octane membuatnya
tak lagi jadi masalah.
Tingkat kekerasan itu sejatinya sudah cukup menghadirkan
pesan subtil, tapi Fogel dan Iserson bagai kurang puas kalau belum berpesan melalui
alurnya. Audrey digambarkan tidak pernah menyelesaikan apa pun yang ia mulai.
Apa tepatnya? Kita tak pernah melihat Audrey enggan menyelesaikan sesuatu. She even finished so many lives with her gun
and driving skil. Sedangkan Morgan terganggu atas cap “aneh” yang
disematkan padanya dan ingin membuktikan anggapan itu keliru. Tapi The Spy Who Dumped Me jelas
memanfaatkan, mengeksploitasi keanehan itu, sengaja menjadikannya seabsurd mungkin.
Film ini rupanya juga bermuka dua, seperti beberapa tokohnya yang menyimpan
identitas rahasia guna melangsungkan pengkhianatan. Begitu usai, mayoritas
kontennya akan terlupakan kecuali McKinnon yang sepadan dengan harga tiketnya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:so...kalau butuh hiburan ketawa ketiwi, mending nonton spy atau titans??
Kalau demen komedi meta, self-refference ala Deadpool & The Lego Batman, pilih Teen Titans.
kalau mau belajar soal kritik film dimana yah bang?. apakah ada referensi atau website untuk belajar basicnya. kayak kata MacGuffin,exposition gitu
@Ryan Cukup banyakin baca review & artikel film yang penulisnya bagus aja. Personally, dari dulu selalu baca tulisan Roger Ebert, sampai sekarang setelah dia meninggal pun masih rutin baca.
Jadi filmnya ini lucu gak Bang..
Emang agak garing sih
Posting Komentar