BAD TIMES AT THE EL ROYALE (2018)
Rasyidharry
Oktober 29, 2018
Bagus
,
Chris Hemsworth
,
Cynthia Erivo
,
Dakota Johnson
,
Drew Goddard
,
Jeff Bridges
,
Jon Hamm
,
Lewis Pullman
,
Michael Giacchino
,
REVIEW
,
Seamus McGarvey
,
Thriller
,
Xavier Dolan
15 komentar
Banyak film bermasalah akibat menjadikan
“kebetulan” sebagai jalan pintas malas. Karakter-karakter kebetulan bertemu,
terlibat masalah yang dipicu serta diakhiri oleh kebetulan. Tapi melalui Bad Times at the El Royale, Drew Goddard
(The Cabin in the Woods) selaku
sutradara merangkap penulis naskah, justru sengaja memainkan kondisi tersebut.
Bagaimana jika kebetulan (atau nasib sial) membawa sekelompok orang yang
masing-masing menyimpan intensi rahasia, saling bersilangan jalan di saat yang
kurang tepat? As the title suggests, what
a bad time indeed at the El Royale.
El Royale merupakan hotel yang
terletak di perbatasan, di mana sebelah sisi berada di California, sementara
sisi lainnya di Nevada (terinspirasi Cal Neva Resort & Casino). Empat tamu:
Seymour Sullivan (Jon Hamm) si salesman rasis, Daniel Flynn (Jeff Bridges) si
Pendeta Katolik, Darlene Sweet (Cynthia Erivo) si penyanyi berbakat, dan gadis hippie bernama Emily
(Dakota Johnson); plus seorang karyawan hotel bernama Miles Miller (Lewis Pullman).
Mereka menyimpan niatan terselubung juga masa lalu kelam, yang satu demi satu
terungkap di antara title cards
bertuliskan nomor kamar tempat masing-masing tokoh menginap (atau nama atau
lokasi bagi tokoh tanpa kamar).
Kisahnya mulai menyusuri arah tak
terduga tatkala rahasia El Royale terbongkar, yang akhirnya turut membongkar
rahasia karakternya. Saya takkan menyebut rahasia seperti apa (trailer-nya telah membongkar beberapa
poin), namun satu hal yang bisa saya beri tahu, bahwa titik balik alurnya
ditandai momen pembuktian Goddard terkait kapasitas penyutradaraannya. Momen
tersebut berupa single take melibatkan
mise-en-scène memikat yang
memperlihatkan situasi dalam 2 ruangan terpisah, disusun dengan intensitas
ketat, sinematografi memukau garapan Seamus McGarvey (Atonement, The Avengers, Nocturnal Animals) di mana pemakaian
pantulan cermin jadi highlight, pula
cerdiknya pemakaian musik Goddard. Bicara soal musik, pilihan lagu-lagu Goddard
plus iringan scoring gubahan Michael Giacchino (Up, Spider-Man: Homecoming, War for the Planet of the Apes) bakal
membuatmu tanpa sadar menghentakkan kaki, terhipnotis oleh alunan musik dari
era 1950-1960an.
Tapi Bad Times at the El Royale bukan sebatas gaya. Beberapa penonton
mungkin bakal menganggapnya sekedar sajian Tarantino-esque berdurasi sama
panjang (141 menit) namun dengan dialog kalah tajam untuk menjaga atensi
penonton mengarungi perjalanan nyaris 2,5 jam. Tidak sepenuhnya keliru. Durasinya
bisa saja dipangkas, meski sejatinya, perjalanan panjang itu memang harga yang
harus dibayar dalam upaya menghadirkan kekayaan penokohan. Dan sungguh harga
yang setimpal.
Pemakaian flashback menghasilkan kejelasan pemahaman bagi motivasi tiap
individu, sekaligus memberi mereka karakterisasi unik yang saling berlainan.
Bahkan peran kecil juga memiliki pengaruh, contohnya Buddy Sunday (Xavier
Dolan) si produser musik, yang berfungsi membangun kecurigaan serta
ketidaknyamanan Darlene kepada pria, khususnya pria pemilik kuasa dan pemegang
otoritas. Elemen tersebut berguna pula menciptakan pertarungan psikologis di
paruh akhir, yang menghantarkan Bad Times
at the El Royale menuju konklusi.
Selama 141 menit, Goddard
senantiasa punya cara mempertahankan antusiasme penonton. Misalnya saat muncul flashback di tengah klimaks, yang
otomatis memangkas intensitas, sebelum Goddard berhasil membawanya kembali
dengan memberi salah satu karakter momen paling badass sepanjang film. Pun menyaksikan jajaran penampilnya saling
mengolah peran terasa amat menyenangkan. Bridges seperti biasa menjadi pria tua
bersuara growly yang lelah oleh
kehidupan; Erivo sebagai penyanyi bersuara emas yang sulit mempercayai dunia;
Johnson si wanita tangguh yang tak segan memberantas semua penghalang; Hamm sang
mesin kharisma; dan Chris Hemsworth sebagai Billy Lee, pemimpin cult kejam sarat pesona yang gemar
memamerkan perut six pack guna
memikat para pengikut wanitanya.
Kejutan terbesar dalam Bad Times at the El Royale adalah
keberadaan alegori keagamaan. Sejak kemunculan pertama Billy Lee yang terlihat
bak kedatangan sesosok messiah, hingga bagaimana filmnya memasang perspetif
mengenai Tuhan yang tidak mengenal Pendeta palsu atau Nabi palsu. Hanya ada
manusia baik dan buruk, dan Tuhan akan dengan senang hati mengulurkan bantuan bagi sisi baik,
meski bantuan itu hadir melalui jalan yang misterius.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
15 komentar :
Comment Page:Thx ripiunya.
Saran gan, di ujung ripiunya sebaiknya kasih rangkumam secara keseluruhan.
Dikasih rangkuman mungkin bisa lebih membantu, tapi resiko makin sedikit yang baca tulisan secara menyeluruh sih.
Se7, eh ikutan aja gw😂
btw ngga review hunter killer bg? jawab ya hehe🙈
Memakai formula "kebetulan" di film ini jadi terasa ada mirip ama pendekatan2 yang dipakai Coen Brothers di film2nya ya kang Rasyid?
Baru aja nonton yang jam 22.00
Ini film keren abis haha. Mirip2 h8full 8 sih. Tapi lebih keren menurut sy
Bakal menang oscar ga ya kira2?
@Totti Nope, not interested at all. Dari pemain, review, premis, nggak tertarik.
@hergia Ada kemiripan vibe, tapi nggak seekstrim itu.
@Rahmad Nggak akan. Bahkan buat nominasi (kategori apa pun), berani bilang kemungkinannnya mendekati 0%.
Kok perolehan Box Ofiice Amerikanya rada-rada Flop ya bang? Padahal rating imdb-nya cukup tinggi.
Simply karena nggak ada korelasi pastinya sih, rating (penonton atau kritikus) dengan perolehan BO. Durasi panjang & gaya yang nggak terlalu "bersahabat" jadi faktor flopnya.
SPOILER!!
jadi tu film isinya apaan ya?
Hahahahaa saya juga penasaran nih. Kirain mo disetel,malah main buang aja ke api. Bang Rasyid ada pencerahan?
Cukup yakin kalau itu video affair JFK & Marilyn Monroe sih.
Goddard mungkin bisa dibilang pintar memainkan intensitas alur permainan dan ketegangan dalam film. Diawal, mungkin dari prolog sebelum judul bisa saya kira bakal menjadi vibe-vibe dark comedy ala coen brother. Namun, makin lama makin kesini mulai terlihat tuh menggeser komedi-komedi gelap mulai dari babak Room emily sudah terkesan vibe ketegangan khas film-film thriller. (pendapat audiens yang tidak nonton trailer terlebih dahulu, hahaha)
pgn nntn,tp kyknya berat.takut g mudeng.��
Baru nonton tadi malam. Bagus nih film. Feel nya berasa seperti nonton The Hateful Eight. Meskipun THE sedikit lebih baik, tapi Bad Times benar-benar film yg menyenangkan dan saya tidak keberatan menonton ulang di lain waktu. :)
Posting Komentar