KESEMPATAN KEDU(D)A (2018)
Rasyidharry
Oktober 13, 2018
Agasyah Karim
,
Awi Suryadi
,
Comedy
,
Cut Meyriska
,
Khalid Kashogi
,
Kurang
,
Marsha Aruan
,
Raffi Ahmad
,
REVIEW
,
Romance
,
Zizan Razak
1 komentar
Saya bisa membayangkan bagaimana
banyak orang memandang sebelah (bahkan menutup) mata Kesempatan Kedu(d)a begitu tahu filmnya diproduksi RA Pictures,
bahkan menampilkan Raffi Ahmad sebagai salah satu pemeran utama. Bisa dipahami
melihat rekam jejak rumah produksi satu ini. Tapi saya memberinya kesempatan,
sebab kursi penytutradaraan ditempati Awi Suryadi (Danur Universe) yang kembali menggarap komedi setelah sekian lama.
Awi pun menulis naskahnya bersama duet Agasyah Karim-Khalid Kashogi (Madame X, Badoet, Reuni Z), yang memiliki
filmografi lumayan baik. Dan terlihat, meski masih dibarengi setumpuk
kelemahan, Kesempatan Kedu(d)a
merupakan produk terbaik RA Pictures sejauh ini.
Dua kawan lama, Abi (Raffi Ahmad)
dan Ken (Zizan Razak) bereuni di pengadilan agama, ketika keduanya bercerai di
saat bersamaan. Walau awalnya bersedih, mereka sadar, status duda memberi
kesempatan kedua untuk menggapai mimpi yang tertunda akibat tentangan para
mantan istri. Abi ingin membuka cafe, sedangkan Ken coba merintis ulang
karirnya sebagai aktor. Tapi kesuksesan tak semudah membalikkan telapak tangan.
Cafe Abi sepi pengunjung, dan Ken selalu gagal mendapat peran kecuali di audisi
obat pencahar, yang ia tolak mentah-mentah.
Suatu hari, Syafa (Cut Meyriska), puteri produser ternama (Diky Chandra), datang ke cafe bersama temannya, Dianti (Marsha Aruan), si penggemar drama Korea. Keduanya datang dalam kondisi memiliki masalah, dan masalah itu memberi Ken ide untuk menyelesaikan masalahnya dan Abi.
Suatu hari, Syafa (Cut Meyriska), puteri produser ternama (Diky Chandra), datang ke cafe bersama temannya, Dianti (Marsha Aruan), si penggemar drama Korea. Keduanya datang dalam kondisi memiliki masalah, dan masalah itu memberi Ken ide untuk menyelesaikan masalahnya dan Abi.
Di sini masalahnya. Rencana licik
Ken tidak simpatik, yang mana bukan masalah besar, andai secara bertahap (bukan
tiba-tiba di akhir), ia mampu membuktikan kelayakannya untuk menutupi kesalahan
tersebut. Sayangnya tidak, ketika sepanjang waktu, ia hanya bertingkah bodoh,
kebingungan menangani situasi yang diciptakan sendiri, sehingga romansa yang
dipaksa hadir antara dia dan Syafa berlangsung kurang meyakinkan. Kelebihan Ken
adalah keberhasilannya memancing tawa Syafa. Namun meski punya ayah yang memintanya terjun ke dunia hiburan alih-alih bersekolah serta mantan menyebalkan
(Bastian Steel), hidup Syafa tak seberapa merana sampai menjadikan tawa suatu
hal langka yang hanya bisa diberikan Ken. Apalagi, dibanding tipu daya Ken,
gelak tawa beberapa hari jelas tidak sebanding.
Romansa mereka tidak bekerja,
tetapi sebagai komedi, cukuplah memberi hiburan. Razak masih kurang mumpuni
menyokong beban film selaku pemeran utama, walau sang aktor asal Malaysia bisa
diandalkan dalam memancing tawa, khususnya dibandingkan kecanggungan
penghantaran humor Raffi. Khusus bagi Raffi, jika perannya diberikan pada aktor
dengan sensibilitas tinggi dalam melakoni momen dramatis, niscaya Kesempatan Kedu(d)a bakal jauh lebih
baik.
Mengapa khusus Raffi? Karena kisah
Abi, tanpa diganggu kebodohan-kebodohan Ken, dapat membuat film ini lebih
manis, lebih menyentuh, mengenai usaha seorang pria mengumpulkan lagi
keping-keping hatinya yang berantakan demi sang buah hati, sampai di kemudian
hari, menemukan cinta yang baru (sewaktu Ken mencintai Syafa, Abi pelan-pelan
kepincut pada Dianti). Saya suka ketika naskahnya membuat hubungan Abi dan
puterinya terjadi 2 arah, di mana mereka ingin dan coba saling membahagiakan. Sementara
keberhasilan Marsha Aruan memainkan peran love
interest yang manis dan kadang jenaka, menambah keasyikan menyaksikan sisi romansanya.
Awi jelas menunjukkan sisi lainnya
sebagai sutradara komedi-romantis bertalenta yang banyak pihak mungkin lupa
setelah ia banyak berkutat di horor beberapa tahun belakangan. Comedic timing-nya solid, pun Awi mampu
memberi momen romantis menjelang akhir lewat reka ulang sebuah momen manis drama
Korea, Oh My Venus (2015). Momen itu
terasa manis karena Awi tak berusaha keras membuatnya romantis sekaligus
dramatis, memilih tetap menyuntikkan humor. Andai saja Kesempatan Kedu(d)a lebih mengutamakan kisah kekeluargaan dengan
bumbu percintaan ketimbang buddy comedy.....
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:Min, mau review film dancing in the rain nggak? Soalnya buat pertimbangan mau nonton filmnya atau nggak. Terima kasih
Posting Komentar