ONE CUT OF THE DEAD (2018)
Rasyidharry
Desember 04, 2018
Comedy
,
Japanese Movie
,
REVIEW
,
Sangat Bagus
,
Shinichiro Ueda
7 komentar
Ketika saya menghabiskan sekitar
tujuh tahun menggeluti dunia teater mahasiswa, satu wejangan yang sering
ditekankan adalah “Show must go on”
(kelak jadi slogan komunitas kami), bahwa walau terjadi kesalahan sekalipun,
semua harus (seolah) tetap berjalan lancar. Penonton tidak tahu naskahnya,
sehingga kesalahan takkan jadi kesalahan kecuali penonton menyadarinya akibat tingkah
kebingungan para penampil.
Sebagai ode bagi sinema One Cut of the Dead melangkah ke ranah
yang jarang, atau bahkan belum dijamah “surat cinta” lain. Dibuat dengan
jajaran aktor tanpa nama pasca sutradara Shinichiro Ueda (Tamae no su pa harawata) mengikuti seminar, One Cut of the Dead bukan coba menjustifikasi film buruk, melainkan
mengajak kita lebih mengapresiasi dengan
menyelami proses pembuatannya, sembari menghantarkan narasi luar biasa segar
guna menciptakan salah satu zombie flick
terbaik sekaligus komedi terlucu dalam beberapa tahun belakangan.
Seperti banyak dari anda sudah
ketahui, 37 menit awal film ini dibuat dengan teknik single take, mengisahkan jajaran pemain dan kru film zombie murah
yang diserang zombie sungguhan. Dan sungguh sebuah 37 menit buruk yang
memperlihatkan “don’ts” perihal
pembuatan film single take. Terlalu
banyak momen penting, khususnya adegan kematian, terjadi di luar layar, belum lagi
deretan kecanggungan filmmaking lain
yang melucuti esensi teknik rumit tersebut, yakni menyerap penonton ke dalam
realita film.
Tapi sungguh saya telah
berprasangka buruk. Empat puluh menit berlalu, filmnya banting setir menuju
jalur yang sejatinya tak seberapa mengejutkan, namun terkesan segar karena
tujuan yang hendak dicapai. Naskah buatan Ueda amat memperhatikan detail.
Segala keburukan paruh awal rupanya disengaja. Ueda mengorbankan lebih dari
setengah jam durasi demi payoff
komedi yang turut berperan selaku eksplorasi menggelitik mengenai alasan
terciptanya film jelek.
Seperti disinggung sebelumnya, One Cut of the Dead bukan membenarkan
karya berkualitas buruk, tapi menunjukkan, betapa dalam pembuatan film, tidak
peduli seberapa matang perencanaan dilakukan, kesulitan tak terduga berujung
kesalahan bakal senantiasa datang. Film ini menggarisbawahi pentingnya
kreativitas untuk mengakali masalah dalam penciptaan karya seni melalui cara
yang luar biasa efektif memancing gelak tawa. Entah sudah berapa lama saya tak
tertawa sekeras ini di bioskop.
Ini akan menjadi review yang amat singkat, sebab semakin
sedikit anda tahu, semakin besar kepuasan yang didapat. Film ini tidak butuh
ulasan (kecuali esai panjang mempresentasikan cerita soal proses pengambilan
gambar) dan bakal bicara dengan sendirinya. Setidaknya saya bisa menyebut jika One Cut of the Dead menampilkan definisi
“magic of cinema”, yang melibatkan “seni
transformasi”, baik dari perspektif teknis maupun sumber daya manusianya
(terkhusus akting).
Secara mengejutkan, Ueda masih
menyisakan ruang bagi paparan drama menyentuh, di mana film berperan sebagai
media penghubung antara anggota keluarga, menambah satu lagi elemen surat
cintanya. Perencanaan panjang tokoh-tokoh filmnya mungkin gagal berjalan
lancar, tetapi perencanaan orang-orang nekat penuh semangat juga kecintaan akan
sinema di balik film ini jelas berhasil. Anda merasa review ini kurang menjabarkan filmnya? Well, because you don’t need one. Just go see this damn masterpiece!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
7 komentar :
Comment Page:Sayangnya cinemaxx dikendari gk dpt layar,, lebih milih tayangin film sampah macam nyai / wengi anak mayit😤
baru saja nonton ini di cinemaxx yang baru buka di Batam dan puas :D
memang bagi yang belum baca sinopsis atau review, bakalan bingung di 30 menit awal.
tiba2 kok malah habis. ditambah akting2nya juga kok kaku gitu hhe.
setelah after credit, barulah filmnya mulai nge gas.
mereka tidak berniat melucu, namun jatuhnya lucu. puas terbahak2 nontonnya :D
Bang Rasyid, berminat review CAM (2018) ?
Puas nontonnyo udah lama g nonton yg bikin ngakak kayak gini thanks info dan reviewny bang
Baru aja liat kmrn. stuju banget ma mas Rasyid,film ini ga perlu direview terlalu banyak. Karena akan mengurangi kesenangan itu sendiri.
Ga nyangka film low budget dan sesederhana itu, bisa dieksekusi sebagus itu. Saluttt
Hahaha ini film bener bener ngepunch komedinya dan ternyata gak gampang ya buat film itu, apalagi kalau ngebuat film Yang temanya gore atau slasher
Sperti ironi ganda.kameramennya banyak banget.
Posting Komentar