JUNGLEE (2019)
Rasyidharry
Maret 31, 2019
Action
,
Adam Prince
,
Chuck Russell
,
Hindi Movie
,
Lumayan
,
Pooja Sawant
,
REVIEW
,
Thalaivasal Vijay
,
Vidyut Jammwal
1 komentar
Junglee, secara mengejutkan berhasil sebagai dua bentuk. Pertama,
selaku tontonan edukatif guna mengajak anak-anak mencintai hewan, sekaligus
menunjukkan betapa keji para pemburu gading gajah. Kedua, selaku hiburan,
berkat kemampuan fisik impresif Vidyut Jammwal dalam memamerkan jurus-jurus Kalaripayattu
yang jadi ciri khasnya, tersajilah suguhan laga hard-hitting.
Dibuka oleh kutipan pernyataan
Thomas Schmidt yang berbunyi, “No one in
the world needs an elephant tusk but an elephant”, Junglee menuturkan cerita mengenai Raj (Vidyut Jammwal), dokter
hewan yang membuka praktek di Mumbai setelah 10 tahun lalu meninggalkan rumah
setelah kematian sang ibu akibat kanker. Raj menyalahkan ayahnya (Thalaivasal
Vijay), yang ia anggap hanya mempedulikan penangkaran gajah miliknya dan tak
berusaha maksimal menyembuhkan sang istri.
Memperingati 10 tahun kematian sang
ibu, Raj akhirnya bersedia pulang, bereuni dengan sang ayah, berusaha
memperbaiki hubungan keduanya, yang terbukti bukan perkara mudah. Di saat
bersamaan, para pemburu, yang telah menjadi masalah sejak lama, mulai mengincar
gading Bhola, yang diyakini merupakan gading terbesar yang pernah ada. Bhola
sendiri adalah sahabat Raj sejak kecil, dan kini sudah tumbuh menjadi pemimpin
kawanan.
Tidaklah sulit menebak bakal dibawa
ke mana kita oleh naskah buatan Adam Prince (Red Sky, Final Girl). Begitu Raj melancarkan serangan, para pemburu
akan berubah jadi yang diburu. Tapi butuh waktu sebelum Junglee memasuki babak baku hantam. Kita terlebih dahulu diajak
berkeliling hutan, melihat betapa bahagia gajah-gajah di sana, yang memancing
kepedulian kita kepada hewa besar berhati lembut itu.
Pemakaian empat ekor gajah terlatih
alih-alih CGI terbukti ampuh memberi hati, karena apa yang kita saksikan adalah
makhluk hidup, bukan gambar komputer tanpa nyawa. Keempat gajah tersebut juga piawai
beraksi, yang mana melahirkan hiburan tersendiri. Pun mereka tampak menggemaskan,
sehingga tak sulit menarik atensi penonton anak. Alhasil, begitu para pemburu
melancarkan aksi kejamnya, otomatis kita mengutuk perbuatan tersebut.
Junglee takkan menampilkan kekerasan vulgar, mengingat itu akan menghadirkan
kesan eksploitatif, juga bergeser dari intensi mencintai yang diusung. Tapi
beberapa momen menyakitkan tetap diselipkan, sebutlah saat sekilas terlihat
seorang pemburu memotong gading dari mayat gajah menggunakan gergaji mesin. Bukan
pemburu saja yang film ini jadikan target kritik, pula kolektor maupun konsumen
produk yang terbuat dari gading, serta tak ketinggalan deretan polisi korup. Sebab
tentu saja bisnis kotor berdarah ini takkan berjalan lancar andai tanpa
keterlibatan pihak berwajib.
Mencapai separuh durasi, tiba
waktunya Vidyut Jammwal unjuk gigi. Sebagai praktisi bela diri sungguhan, sang
aktor sanggup memamerkan beragam gerakan luar biasa yang mampu membuat saya terpana.
Pada satu sekuen laga, Raj, dengan tangan diborgol, menghajar beberapa polisi memakai
gerakan-gerakan akrobatik sambil memanfaatkan benda-benda di sekitarnya. Dibumbui
sedikit humor, aksi Vidyut Jammwal itu niscaya bakal membuat Jackie Chan
bangga. Penyutradaraan Chuck Russell (A
Nightmare on Elm Street 3: Dream Warriors, The Mask, The Scorpion King), meski masih membutuhkan bantuan
penyuntingan plus gerak lambat, setidaknya tetap berusaha menangkap detail gerakan
Vidyut Jammwal sebanyak mungkin, sehingga deretan aksinya tak pernah kehilangan
dampak.
Apabila ada aspek yang pantas
disayangkan, itu adalah kurang dimanfaatkannya Pooja Sawant sebagai Shankara.
Banyak cara bisa dipakai untuk memaksimalkan kemampuan Shankara sebagai pawang
gajah agar karakternya dapat tampil setangguh Raj. Tapi keluhan itu berhasil
ditutupi oleh fakta bahwa Junglee
sukses menjalankan tugas berat berupa menghadirkan pesan edukatif bagi anak
tanpa harus membuat penonton dewasa kebosanan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:test
Posting Komentar