BLOODSHOT (2020)
Rasyidharry
Maret 12, 2020
Action
,
David S. F. Wilson
,
Eiza Gonzales
,
Eric Heisserer
,
Guy Pearce
,
Jeff Wadlow
,
Jelek
,
REVIEW
,
Science-Fiction
,
Talulah Riley
,
Vin Diesel
13 komentar
Vin Diesel merupakan salah satu aktor
paling membosankan. Bukan cuma akting dan pilihan
peran, dandanannya pun selalu tipikal. Hanya beberapa menit setelah membuka
film dengan atribut tentara lengkap, Diesel langsung menanggalkannya, untuk lagi-lagi
memperlihatkan singlet putih kegemarannya, yang tak kuasa menutupi otot-otot
besarnya. Merupakan kewajaran jika di beberapa titik, anda lupa bahwa Bloodshot
adalah satu lagi adaptasi komik pahlawan super.
Diesel
memerankan Ray Garrison, seorang tentara yang hidupnya berakhir tragis. Sang
istri, Gina (Talulah Riley) tewas di depan matanya. Ray sendiri dibunuh oleh
orang yang sama tidak lama kemudian. Anehnya, Ray hidup kembali. Dia terbangun
di laboratorium milik Dr. Emil Harting (Guy Pearce) tanpa satu pun memori
tertinggal. Rupanya, jasad Ray disumbangkan oleh Angkatan bersenjata Amerika
Serikat guna dijadikan bahan eksperimen nanoteknologi.
Berkatnya,
Ray punya kemampuan penyembuhan super cepat terhadap luka. Singkatnya, dia
(nyaris) tidak bisa mati. Efek lainnya adalah peningkatan kekuatan fisik yang
jauh di atas manusia normal. Hingga akhirnya ingatan Ray kembali, menjadikannya
mesin pembunuh yang digerakkan oleh satu tujuan: balas dendam. Tapi kisah Bloodshot
tidak sesederhana itu. Dalam satu lagi tuturan berisi subteks “kemerdekaan
diri” yang acap kali dipakai film berpremis serupa, Jeff Wadlow (Kick-Ass 2.
Fantasy Island) dan Eric Heisserer (Arrival, Bird Box) selaku
penulis naskah, melempar kejutan di akhir first act yang sepenuhnya
mengubah arah cerita.
Kejutan yang harus
diakui cukup pintar, khususnya mengingat Bloodshot merupakan “film-superhero-Vin-Diesel”.
Pintar, karena twist tersebut mampu mengecoh tanpa menipu, dan secara
meyakinkan menggiring persepsi penonton. Bukan kecurangan, sebab sejak menit
awal, kita melihat semuanya lewat kacamata Ray. Kita tidak lebih tahu dari sang
protagonis. Mudah pula menerima kemustahilan di baliknya, sebab Bloodshot secara
jelas menegaskan statusnya sebagai suguhan fiksi-ilmiah yang mengedepankan penggunaan
berbagai teknologi canggih.
Sayangnya
tidak semua teknologi itu berhasil dimanfaatkan. Banyak potensi alat/senjata
terbuang percuma akibat lemahnya sutradara debutan David S. F. Wilson mengarahkan
adegan aksi. Sebagai film penuh kecanggihan, deretan aksi Bloodshot tampak
medioker dan miskin kreativitas. Apalagi rating PG-13 miliknya menghalangi pemaksimalan
premis tentang jagoan yang tidak bisa mati. Filmnya butuh lebih banyak momen
seperti saat wajah Ray remuk dihantam peluru. ‘Bloodshot’ needs more
blood.
Penyuntingan kilat
yang memudarkan koreografi, gerak lambat membosankan yang memudarkan intensitas,
sampai klimaks penuh pemaksaan eksploitas CGI buruk sekelas video game,
membuat Bloodshot bahkan tidak cukup menyenangkan sebagai film popcorn
sekali tonton. Dan sewaktu ketangguhan Eiza GonzΓ‘lez sebagai prajurit
wanita bernama KT gagal dieksplorasi, sementara Vin Diesel hanya meyakinkan kala memperdengarkan suara dan ekspresi "gahar" sedangkan permainan emosi lainnya tampak menggelikan, semakin sedikit pula alasan
meluangkan waktu demi film ini.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
13 komentar :
Comment Page:Kaget, karena target film yang akan ditonton, setelah sekian lama tidak ada film menarik, ternyata di beri label "jelek" πππ
Parah sekali ga nyampe 2 bintang.. hehehe..
Mungkin vin diesel keliatan mending aktingnya cuma di pacifier dan a man apart.atau malah di guardian of galaxy?π
Strays & Boiler Room. Di situ Vin Diesel paling beda
Hahaa... Komen yg sama soal singlet putih. Gw bilang sm temen gw, ini Vin Diesel main film apa aja kok bajunya sama terus kek gitu π
vin diesel sih 11 12 sama Dwayne Johnson..apapun filmnya ya karakternya hampir mirip semua
vin diesel sih 11 12 sama Dwayne Johnson..apapun filmnya ya karakternya hampir mirip semua
Dwayne masih mending seenggaknya range aktingnya lebih luas & berbobot
Vin Diesel udah nyaris sejajar sama om Steven Seagel
Duh singlet putih. Ga belajar akting ama konsep branding kali ya ni orang. Disini The Rock lebih unggul
Nih mah Toretto numpang bentar di film superhero...kok bisa bisa nya dia pake singlet putih dimana mana...
Bikin ngntuk
film ini memang bener bener bikin tegang, dari opening awal sampai ke conflik tidak sedikitpun membiarkan penonton beristirahat hahahah
Posting Komentar