REVIEW - LUDO
Pernah merasa
hidup anda dipenuhi takdir-takdir misterius, seolah Tuhan sedang bermain gim di
mana manusia merupakan bidaknya? Film antologi yang disutradarai sekaligus
ditulis naskahnya oleh Anurag Basu ini, menerjemahkan situasi tersebut secara
metaforikal, mengibaratkannya sebagai permainan Ludo, di mana para pemain
menggerakkan bidak-bidak dalam perjalanan menuju ke “rumah”.
Ludo memiliki empat
segmen yang saling terkoneksi secara tak terduga, layaknya suratan takdir yang
aneh. Penghubung tiap segmen adalah obrolan dua pria. Satu berpakaian hitam
selaku perwujudan Yamraj (Anurag Basu), satunya berpakaian putih selaku
perwujudan Chitragupta (Rahul Bagga). Keduanya mengawasi seluruh kejadian,
sembari bermain Ludo dan membicarakan soal kehidupan, kematian, serta takdir.
Sebagaimana sebuah
dadu, Sattu (Pankaj Tripathi), seorang gangster paling ditakuti yang dianggap
tidak bisa mati, menentukan nasib semua bidak. Pun serupa Ludo, masing-masing
cerita direpresentasikan oleh warna. Sisi merah adalah cerita Bittu (Abhishek
Bachchan), mantan tangan kanan Sattu, yang baru keluar dari penjara saat mendapati
mantan istrinya sudah menikahi pria lain, sementara puterinya yang masih kecil
menganggap pria itu sebagai ayah kandungnya.
Di sisi kuning ada
Akash (Aditya Roy Kapur) dan Shruti (Sanya Malhotra), yang berusaha mencari
pelaku penyebaran video seks mereka, sebelum calon suami Shruti mengetahuinya,
sebelum pernikahan yang tinggal hitungan hari. Rahul (Rohit Suresh Saraf) ada
sisi biru. Setelah tidak sengaja menyaksikan pembunuhan yang dilakukan oleh
Sattu, ia dan seorang perawat bernama Sheeja (Pearle Maaney), malah berpeluang
mendapatkan harta yang disembunyikan oleh gang Sattu. Terakhir adalah sisi
hijau, yang mengisahkan soal penjahat kampung bernama Alu (Rajkummar Rao), yang
rela mengorbankan segalanya demi Pinky (Fatima Sana Shaikh), termasuk
membebaskan suami sang pujaan hati yang dituduh melakukan pembunuhan.
Biarpun
masing-masing segmen punya konflik serta tone
berlainan, semuanya terhubung lewat benang merah, berupa perjuangan
karakternya memperbaiki hidup, di mana dalam tiap perjuangan, selalu diwarnai
ambiguitas moral, juga pengorbanan demi orang-orang tercinta. Semua karakter
melakukan kekeliruan, bahkan kriminalitas, baik bersifat kecil maupun besar
(pembunuhan). Tapi begitu menyentuh konklusi, akan sulit menetapkan mana benar
dan salah. Apalagi jika dibenturkan dengan bahasan religiusitas. Siapa pantas
masuk surga? Siapa yang mesti berakhir di neraka?
Ludo bakal mengingatkan
pada deretan hyperlink cinema bertema kriminalitas (saya yakin banyak komentar
terkait fillm ini menyebut nama Quentin Tarantino dan Pulp Fiction), namun selipan religiusitas tadi memberinya identitas
tersendiri, yang hanya bisa dilahirkan sineas India. Merangkai antologi,
apalagi ditambah gaya hyperlink, di
mana setiap segmen saling berkaitan langsung dalam struktur alur multilinear, tentu
bukan perkara gampang. Walau akhirnya kerap membuat dampak emosi tidak sekuat
harapan, Anurag Basu sanggup menciptakan ikatan luar biasa rapi di naskahnya. Meski
diisi begitu banyak tokoh serta konflik, tidak sulit memahami alur penuh
konflik, twist, dan koneksi-koneksi
tak terduga milik filmnya.
Satu elemen
berisiko adalah terkait penggambaran karakter wanita, yang hampir seluruhnya
merupakan sosok oportunis yang enggan memedulikan perjuangan sang pria, bahkan
memanfaatkan itu sebagai alat manipulasi. Sebaliknya, obsesi karakter prianya
diglorifikasi sebagai bentuk heroisme. Apakah Anurag Basu pernah disakiti
sedemikian parah oleh seorang wanita? Beruntung, konklusinya mampu dibawa ke
ranah heartful, dalam penutup
memuaskan penuh haru yang mempresentasikan buah manis atas perjuangan demi
cinta. Baik cinta bagi pasangan, atau keluarga sebagaimana kisah mengenai
Bittu, yang hadir begitu kuat hingga pantas dijadikan film panjang tersendiri.
Berdurasi 150
menit, Ludo memang berlangsung agak
terlalu panjang akibat beberapa perhentian tak perlu, namun berkat penceritaan
mulus Anurag Basu, pula performa memikat ensemble
cast-nya (Abhishek Bachchan si “pria bermuka preman berhati Hello Kitty”
dan Pankaj Tripathi si gangster intimidatif jadi dua penampil paling berkesan),
tidak satu momen pun dari Ludo terasa
membosankan.
Available on NETFLIX
5 komentar :
Comment Page:Jangan lupakan si kecil yg membuat orang tua "sibuk" nya panik, keren loh dia hehehe
Sanya Maholtra, "anak baba Aamir Khan" yg semakin menanjak karirnya.
Film2nya unik Pataakha, The Photograph, Badhaai Ho,Ludo
Tau dr mana dia anak aamir khan ?
Ulasan paling masuk untuk film ludo mnrtku.
Anak Amir Khan di film Dangal
Posting Komentar