REVIEW - MASTER

1 komentar

Sampai ulasan ini diunggah, Master masih merupakan film berpendepatan tertinggi di dunia sepanjang tahun 2021, dengan perolehan sekitar $34 juta, memberinya status sebagai film India pertama yang memuncaki daftar box office dunia. Penonton berbondong-bondong datang, khususnya di bioskop Tamil Nadu, yang beberapa saat sempat mengembalikan 100% kapasitas studio, sebelum akhirnya dikurangi lagi menjadi 50% akibat maraknya kontroversi. Apakah animo tersebut semata karena kerinduan akan bioskop di tengah pandemi?

Faktor itu berperan, namun di kondisi normal pun, saya yakin Master bakal meraih sukses besar. Keberadaan Vijay, salah satu bintang terbesar sinema Tamil yang dijuluki "Thalapathy" alias "Komandan" oleh para penggemarnya, merupakan alasan utama. Vijay memerankan J.D., seorang dosen eksentrik dari Chennai. J.D., yang dipanggil "master", begitu diagungkan oleh mahasiswa karena teknik mengajar unik, juga kesediaan berpihak pada mereka. Pun ia terbukti sukses mengontrol sikap anak-anak nakal. Tapi gaya tersebut membuatnya dibenci pengajar lain. Apalagi J.D. adalah alkoholik.

Di kutub berseberangan ada Bhavani (Vijay Sethupathi), pemimpin kelompok kriminal dengan masa lalu kelam. Modus operandinya adalah, melimpahkan segala aksi kejahatan yang ia lakukan kepada bocah-bocah penghuni penjara anak, tempat Bhavani dahulu pernah mendekam. Jalan J.D. dan Bhavani mulai bersinggungan, saat sang master ditugaskan selama tiga bulan mengajar di penjara itu. 

Mungkin banyak dari anda telah mendengar prestasi film ini, namun ragu untuk menjajalnya akibat durasi yang mencapai 179 menit, alias nyaris tiga jam. Bukan asal panjang, sebab naskah yang ditulis sutradara Lokesh Kanagaraj bersama Rathna Kumar dan Pon Parthiban, menghabiskan sekitar sejam pertama sebagai ajang perkenalan dua tokoh utamanya. Sejak sekuen pembuka yang menjabarkan masa lalu Bhavani, Master sudah penuh sesak. Penuh akan konflik dan aksi, bahkan dialognya pun sempat tumpang tindih. 

Status "jagoan" kedua karakter dipertegas. J.D. yang melempar botol miras untuk menghalangi pintu kereta tertutup, Bhavani si "one punch man" yang mampu menghabisi nyawa manusia cuma lewat sekali pukul, semua diperkenalkan. Inilah hal yang tidak berani dilakukan sinema Barat, termasuk Hollywood. Metode penceritaan di mana tiap sisi protagonis dikupas habis alih-alih jadi latar belakang yang hanya numpang lewat, membuat perjalanan hidupnya tampil bak legenda. Sebuah mitologi, ketimbang kisah biasa. 

Suatu mitologi tentu kaya akan unsur bersifat "WAH", yang sesuai dengan pendekatan over-the-top khas sinema daerah India (non-Bollywood), termasuk Tamil. Paling nampak pastinya dalam hal aksi. Aksi seperti apa? Master adalah film di mana protagonisnya diperlihatkan berkeliling kota menghajar musuh memakai ember stainless. Rasanya saya tidak perlu menuliskan deskripsi lebih lanjut.

Lokesh Kanagaraj merangkai deretan aksi masif nan bertenaga, termasuk klimaks yang tak meninggalkan sedikitpun ruang bagi kekecewaan, kala J.D. dan Bhavani akhirnya beradu jotos. Aura bintang Vijay melancarkan tugasnya menghidupkan karakter utama badass yang gampang disukai meski punya banyak kekurangan, sedangkan Vijay Sethupathi merupakan villain intimidatif, yang kepalan tangannya saja bisa membuat semua orang bergidik ngeri. 

Walau over-the-top (konyol bagi sebagian orang), ancaman yang protagonisnya terima, pula apa yang ia pertaruhkan, tidaklah main-main. Kematian tragis bukan pemandangan langka di sini. Seperti biasa, kritik terhadap sosial tak lupa dilempar. J.D. tak pernah menyalahkan bocah-bocah itu, senakal apa pun mereka. Sistem korup, juga pelaku penyalahgunaan kekuatan dan kekuasaan adalah sasaran tembaknya. Tentu pidato inspiratif yang secara ajaib menghapus kenakalan para bocah tetap bisa ditemukan.

Satu poin plot agak mengganggu saya. Dikisahkan, Bhavani menyusupkan enam anak buahnya di penjara anak. Mereka semua berumur di atas 18 tahun. Tidak satu pun curiga (termasuk J.D.), biarpun paras mereka jelas jauh lebih tua dari bocah lain. Salah satu dari mereka bernama Das. Dia diperankan oleh Arjun Das, yang menarik perhatian publik lewat suara bas-bariton miliknya. Ditambah wajah penuh berewok, bukankah siapa pun pasti segera menaruh kecurigaan? Tapi biarlah. Telan segala keanehannya, dan nikmati hiburan tinggi milik Master. Durasinya memang agak terlalu panjang (beberapa momen bisa dipersingkat), namun jauh dari melelahkan.


Available on PRIME VIDEO

1 komentar :

Comment Page:
Meuthia Nabila Pratiwi mengatakan...

Emang yah, biar bisa menikmati film yg over the top khas india, emang harus mengenyampingkan logika 😅 konyol tapi lucu n seru juga