REVIEW - TOM & JERRY

1 komentar

Tahukah kalian bahwa seri Tom and Jerry yang menghiasi masa kecil kita dahulu, mengantongi tujuh piala Academy Awards untuk kategori Best Animated Short Film? Raihan yang menjadikannya seri kartun pemenang piala terbanyak bersama dengan Silly Symphony (1929-1939) milik Disney. Rata-rata durasi tujuh menit memang wadah sempurna bagi rangkaian slapstick imajinatifnya. 

Selang 29 tahun pasca film layar lebar berdurasi panjang perdananya (yang membuat Tom dan Jerry berbicara, mendapat respon negatif kritikus, serta flop di pasaran), hadirlah animasi hybrid karya sutradara Tim Story (Barbershop, Taxi, Fantastic Four) ini, yang meski belum menandingi kreativitas 114 judul animasi pendek buatan William Hanna dan Joseph Barbera, pula takkan meramaikan ajang penghargaan apa pun, mampu sedikit mengembalikan kenangan para penggemar. 

Tentu aksi kejar-kejaran Tom dan Jerry, yang kali ini menciptakan kekacauan di New York, tidak cukup mengisi durasi 101 menitnya. Sehingga naskah buatan Kevin Costello (Brigsby Bear) menambahkan karakter Kayla (Chloë Grace Moretz), gadis muda yang berambisi meraih kesuksesan di kota besar. Demi impiannya, Kayla sampai mencuri CV orang lain, lalu nekat mendaftar sebagai bagian tim Hotel Royal Gate, dalam merencanakan pernikahan mewah dua selebritas, Ben (Colin Jost) dan Preeta (Pallavi Sharda), yang bakal melibatkan drone, gajah, harimau, dan sebagainya.

Rencana pernikahan gila-gilaan hingga ketidaksukaan Terence (Michael Peña) selaku atasannya, rupanya bukan akhir rintangan. Kayla masih harus mengurusi pertengkaran Tom dan Jerry, yang berpotensi menimbulkan kekacauan di Hari-H. Kisah Kayla sekilas tidak cocok bersandingan dengan dunia Tom & Jerry, yang umumnya, nyaris tanpa karakter manusia, apalagi sebagai sentral cerita. Tapi Moretz adalah aktris serbabisa, yang mampu meleburkan diri di kejenakaan dunia kartun. Bukan cuma Moretz, seluruh penampil termasuk Peña, piawai soal interaksi dengan figur-figur animasi. 

Selain talenta pemain, gaya hybrid-nya turut membantu mulusnya penyatuan dua dunia. Story menetapkan "aturan", di mana semua hewan ditampilkan dalam bentuk animasi, menciptakan pemahaman bahwa memang demikian perwujudan hewan di dunia filmnya. Animasi hybrid-nya colorful, atraktif, dan ketika energi sang sutradara (selaku penggemar serialnya) ditambahkan, mata penonton dibuat terus menempel pada absurditas-absurditas di layar, sebutlah "animal tornado" khas "kartun Minggu pagi". 

Pada titik tertentu, bahkan setelah mendapat tambahan kisah mengenai Kayla, alurnya memang mencapai titik jenuh. Wajar, mengingat tidak banyak variasi atau bahan eksplorasi. Pesan anti-kebenciannya pun bakal cukup sulit disampaikan pada penonton anak, mengingat tidak peduli berapa kali keduanya berdamai, pada akhirnya Tom dan Jerry bakal kembali bermusuhan. 

Tapi rangkaian aksi bermodalkan slapstick sarat kekerasan yang dahulu kerap menyulut kontroversi, menginjeksi cukup tenaga. Sementara beberapa pemandangan familiar, seperti kemunculan sosok setan dan malaikat di samping telinga Tom, maupun tokoh-tokoh pendukung seperti Spike si buldog (Bobby Cannavale) sampai Butch si kucing liar (Nicky Jam), akan membangkitkan nostalgia penonton lama. Alhasil, serupa keawetan franchise-nya, meski ada kalanya tampak melelahkan sekaligus repetitif, pesonanya tidak pernah benar-benar mati. 


Available on HBO MAX & CINEMAS

1 komentar :

Comment Page:
F1ZR mengatakan...

Mesin pencari sangat menyukai website yang memiliki banyak tautan yang berkaitan, baik dalam website atau antar website. Ada banyak teknik untuk membangun tautan dan membangun tautan tidak boleh sembarangan, maka dari itu hadirlah Oasis Me dengan jasa SEO-nya. Pengukur pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk yang diiklankan dibandingkan dengan Biaya Iklan. Semakin tinggi Syair Sydney Hari Ini nilai Efektivitas Langsung, semakin baik. Pengukur jumlah omzet penjualan dari produk yang diiklankan dalam 7 hari setelah iklan diklik.