REVIEW - DEAR IMAMKU

9 komentar

Dua tahun belakangan, lebaran terasa berbeda. Banyak orang tidak mudik untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, hanya berkesempatan mengucap "mohon maaf lahir batin" lewat panggilan video. Beberapa yang bisa berkumpul dengan segelintir keluarga pun, mungkin merasa kemeriahannya berkurang. Tapi paling tidak, setelah sama sekali absen tahun lalu, akhirnya film lebaran kembali hadir.

Orang-orang datang ke bioskop, berharap bisa menemukan kehangatan yang hilang, atau minimal terhibur. Terobati kesedihannya akibat lebaran di tengah pandemi. Kemudian lampu studio padam, dan sekitar 30 menit berselang, mereka mendengar Dul Jaelani berkata, "Aku mau hijrah!", lewat akting yang patut membuat Al Ghazali lega, karena ternyata, di antara tiga bersaudara, bukan dia saja yang tidak bisa berakting. Bayangkan. Bagi para penonton, lebaran tidak pernah semenyedihkan ini. 

Jadi penonton bisa mengambil pelajaran apa dari adaptasi novel berjudul sama karya Mellyana Dhian ini? Pertama, bahwa bertobat amatlah mudah. Tidak peduli sebejat apa, dalam waktu singat, tanpa bantuan pihak lain, manusia bisa mengubah dirinya 180 derajat. Perkenalkan, Harris (Dul Jaelani). Pemuda yang lebih sering membasahi mulutnya dengan air vodka daripada air wudu. Bersama pacarnya, Alysa (Tissa Biani), ia membuat konten seputar kemesraan keduanya di Youtube. Kesuksesan pun diraih, termasuk keberhasilan mendapat satu juta subscribers. 

Tapi ada yang kurang. Keduanya belum berbuat zina! Ya, Harris, si tukang mabuk, si ahli maksiat dari ibukota, masih perjaka. Sewaktu keduanya memutuskan merayakan hari jadi dengan seks di hotel, Harris begitu cemas saat hendak memesan kamar. Entah dasar logika seperti apa yang dipakai penulis naskahnya. Oh, saya lupa menyebut bahwa Dear Imamku punya empat penulis, yakni Jujur Prananto (Petualangan Sherina, Ada Apa dengan Cinta?, Pendekar Tongkat Emas), Ferry Lesmana (Danur, Suzzanna: Bernapas dalam Kubur), Surya Gemilang, dan Dian Sasmita (Dealova) yang turut berperan selaku sutradara. Empat penulis, tapi satu pun tak ada yang merasa janggal. 

Malang bagi Harris dan Alysa, sebelum sempat berbuat dosa, mendadak ibu Harris (Deivy Z Nasution) dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis dan harus menjalani operasi. Sinopsis resminya menulis stroke sebagai penyebab, tapi filmnya sendiri tidak pernah menyebut itu. Merasa terpukul, Harris memutuskan hijrah. Motivasinya masuk akal, kalau tidak bisa disebut mulia (satu dari sedikit hal positif film ini selain penampilan Tissa Biani yang solid seperti biasa). Menjadi tidak masuk akal, saat filmnya membuat proses hijrah Harris berlangsung sangat mulus.

Cukup mendatangi sesosok ustaz, dia sudah membulatkan tekad, lalu rajin menjalankan salat, puasa sunah, sepenuhnya berhenti mabuk, dan puncaknya, menolak berpacaran dengan Alysa. Sungguh saya ingin belajar pada Harris. Saya sudah bertemu ustaz, kiai, sampai pak haji, tapi sampai sekarang bibir ini lebih sering terkena basuhan abidin daripada air wudu. 

Sampai suatu malam, tatkala rindu menguasai hati, melalui pengadeganan luar biasa konyol di mana mobil kedua karakternya berhadapan di tengah jalan bak mau berciuman, Dian Sasmita menyediakan panggung bagi Harris dan Alysa untuk menyatakan cinta, lalu memutuskan menikah muda.

Apakah pernikahan itu berjalan mulus? Tentu tidak. Alysa kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan baru sang suami. Dia tidak kuat menjalankan puasa sunah, pula mendapat hujatan akibat pakaian yang dianggap terbuka. Hujatan dari siapa? Apakah ibu Harris? Oh bukan, melainkan dari Bi Umi (Melly Saripah), ART Harris, yang berujar, "Astaghfirullah, kalau ini sudah keterlaluan!". 

Menyusul berikutnya adalah rentetan konflik, yang bertujuan mempertanyakan, bentuk hijrah seperti apakah yang terbaik? Saya akui, ada niat baik mengutarakan bahwa hijrah bukan berarti menolak kompromi. Tapi pada akhirnya semua terasa semu. Tetap Alysa yang harus lebih banyak berkorban. Dia yang lebih banyak mengikuti cara hidup Harris. Sedangkan Harris merupakan satu lagi figur laki-laki mokondo khas film religi tanah air. Laki-laki yang bersenjatakan maskulinitasnya, merasa harus membuktikan kalau dialah kepala keluarga. Kalau dialah si pencari nafkah. Apa pengorbanan yang Harris berikan? Merelakan Alysa menggapai mimpinya? Eat shit dude. 

Dear Imamku adalah film seputar anti-pacaran, di mana seorang marbut masjid (diperankan Fadly Padi), mendukung keputusan Harris berhenti pacaran, lalu malah menyarankannya menjalin hubungan dengan wanita lain yang lebih salihah. Dear Imamku adalah film seputar anti-maksiat, yang mengajari penonton, bahwa ceramah dapat dilakukan di mana saja, termasuk di kelab malam. "Jangan nilai buku dari sampulnya" berlaku di sini. Mungkin suatu hari Boshe bisa beralih fungsi jadi pondok pesantren atau TPQ? 

Tapi Dear Imamku memiliki salah satu quote paling romantis yang pernah saya dengar di film Indonesia mana pun: 

Look at the hidden sеcret, odd eye

Get deeper into it, look at it

Everything is a plausible lie

Overshadowed by sweetness

Eyes that break boundaries

Despair to face me to till end

There will be an end

Back and forth

Here isn't what I've been looking for

No more Utopia

Maaf, ternyata itu lirik lagu Odd Eye-nya Dreamcatcher. Saya terdistraksi karena leader mereka, Kim Min-ji, juga memanggil saya sebagai "imamku".  Sudahlah, jangan pedulikan opini reviewer halu dan ahli maksiat seperti saya. Tonton saja filmnya, dan selamat berhijrah!


9 komentar :

Comment Page:
Chan hadinata mengatakan...

Pokoknya yg pengen hijrah.. jgn nonton film ini.. malah gak jadi nantinya😂

Sapta nur hasan mengatakan...

Jeleeek...!🤣🤣

Pahem14 mengatakan...

Eits jangan salah bang, BOSHE udah dihijrahin sama gus miftah.
Kalo harris ke klub daerah jakarta aja😁😁

Unknown mengatakan...

Tissa biani adalah hal paling menarik di film ini

Roya A'yuni mengatakan...

Hahahha menghibur sekali reviewnya

Rasyidharry mengatakan...

Hahahaha ada yang tahu ternyata

milasulasmaya mengatakan...

Paling tidak bisa lihat Tissa Biani akhirnya peran utama

Anonim mengatakan...

"Al Ghazali lega, karena ternyata, di antara tiga bersaudara, bukan dia saja yang tidak bisa berakting"

Wkwkwk ngakak jir menghibur sekali review kali ini bang

Yolana mengatakan...

Nanya dong bang, yang mana antara ketiga kakak beradik itu yg paling parah aktingnya?? 😁