REVIEW - F9

8 komentar

Kita sudah terlatih untuk berharap bahwa di tiap sekuelnya, seri Fast & Furious akan tampil lebih bombastis, lebih gila, lebih tidak masuk akal. Di The Fate of the Furious (2017), F. Gary Gray melawan kemustahilan, dengan membawa Dominic Toretto (Vin Diesel) dan tim menghadapi pasukan "zombie mobil", kemudian kapal selam. Penggemar pun berandai-andai, kapan bakal diajak pergi ke luar angkasa. Karena di titik ini, rasanya cuma itu cara meningkatkan skala. Memasuki film kesembilan, harapan tersebut dipenuhi. 

Gagasan membawa Fast & Furious ke luar angkasa sudah didengungkan selepas Furious 7 enam tahun lalu. Dan tanpanya, baik film kedelapan maupun Hobbs & Shaw selaku spin-off, masih sanggup membelalakkan mata. Artinya, terpenting bukan cuma "seberapa mustahil", namun bagaimana kemustahilan itu dikemas. 

Apa yang muncul di F9 sejatinya cukup gila. Film mana lagi berani menampilkan Pontiac Fiero melayang di angkasa? Tapi sekali lagi, kita sudah terlatih untuk mengharapkan kegilaan di titik tertinggi. Sewaktu adegan luar angkasa tadi tampil bak selipan humor belaka, yang lebih mirip parodi dalam sebuah iklan atau sketsa (walau tetap ada ledakan dan semacam aksi kebut-kebutan), yang muncul adalah kekecewaan. Fast & Furious seperti telah kehabisan ide, lalu membuat film terbaru berdasarkan tebakan mengenai apa saja yang penggemar harapkan. 

Apa lagi yang penggemar harapkan selain luar angkasa? Tentu saja kebangkitan Han (Sung Kang) dari kubur. Kampanye "Justice for Han" dijadikan salah satu energi penggerak marketing filmnya. Han memang kembali, dan Sung Kang masih sekeren dulu, tapi bila menginginkan keadilan baginya, bersiaplah kecewa. Penjelasan bagaimana ia bertahan hidup menunjukkan kemalasan naskah buatan Daniel Casey dan Justin Lin (Chris Morgan absen sebagai penulis untuk pertama kali sejak 2 Fast 2 Furious, demi mengerjakan Hobbs & Shaw), untuk memberi alasan layak tanpa perlu terdengar masuk akal. Han pun tak diberi waktu bersinar dalam deretan aksi, dan jika menanti keadilan terkait kematiannya di tangan Deckard Shaw (Jason Statham), silahkan bersabar sampai film kesepuluh (credits scene-nya menjanjikan itu).

Tapi bukan Han saja yang kembali. Sekali lagi, pembuatnya menduga penonton menyukai reuni, saat wajah-wajah lama muncul lagi, meski cuma sebatas glorified cameo. Alhasil F9 tampil bak sekumpulan reuni, yang diperpanjang jadi bermenit-menit adegan, kemudian disatukan sebagai film berdurasi 145 menit. Bagaimana bisa demikian? Mari bahas dulu alurnya. 

Adegan pembuka menampilkan flashback kala Dom muda (Vinnie Bennett) melihat kematian sang ayah di lintasan balap. Justin Lin, yang duduk di kursi sutradara seri ini untuk kali kelima (terakhir di Fast & Furious 6), mampu membuat sekuen intens nan bombastis, namun lebih "membumi" guna menguatkan nuansa tragis momen itu. Memori kala Fast & Furious masih murni soal balapan muncul lagi. Begitu pun di flashback lain, sewaktu Dom muda menantang sang adik, Jakob (Finn Cole), beradu dalam balapan liar. 

Ya, Dom ternyata memiliki adik. Setelah terpisah bertahun-tahun, Jakob (versi dewasa diperankan John Cena) muncul lagi di hadapan Dom, kali ini sebagai lawan. Seperti biasa, rencana si antagonis masih melibatkan peralatan canggih sebagai MacGuffin, yang mampu meretas apa pun. Ares namanya. Jakob berusaha mengumpulkan dua keping Ares, dan somehow Cipher (Charlize Theron) turut terlibat. Meski awalnya ragu karena telah memilih kehidupan damai, Dom akhirnya bersedia mengumpulkan timnya lagi, mengunjungi berbagai negara di dunia, untuk.....untuk apa?

London, Edinburgh, Köln, hingga Tokyo disambangi, sebab guna menghentikan Jakob, beberapa hal diperlukan, dan hal-hal tersebut cuma bisa didapat dengan mendatangi beberapa kenalan Dom yang tersebar di kota-kota tadi. Mayoritas adalah wajah lama yang muncul sebagai cameo atas nama nostalgia, termasuk Queenie, yang memberi Helen Mirren kesempatan unjuk gigi di tengah kebut-kebutan. Tapi secara keseluruhan, di luar dugaan, perjalanan keliling dunia ini minim aksi.

Setiap kota memiliki pertemuan, setiap pertemuan diperpanjang lewat obrolan-obrolan membosankan, sebelum penonton dibawa beralih ke kota berikutnya, guna menyaksikan obrolan lain, yang terkadang diselipi humor tidak lucu. Duet Roman (Tyrese Gibson) dan Tej (Ludacris) masih menggelitik, namun praktis cuma mereka berdua saja yang mampu mengubah humor kering naskahnya jadi tontonan renyah. 

Setiap aksi yang ditunggu akhirnya datang, Lin dan tim kentara sudah sekuat tenaga memeras otak, memikirkan kegilaan baru apa yang mesti ditampilkan. Tapi tanpa Chris Morgan, eksplorasinya terkesan stagnan. Beberapa masih memukau, sebutlah saat mobil Dom dan Letty (Michelle Rodriguez) berayun bak Spider-Man, ketika akhirnya Ramsey (Nathalie Emmanuel) akhirnya duduk di balik kemudi, mengendarai truk baja berisi alat elektromagnet yang sanggup menarik paksa sebuah mobil, atau momen singkat sewaktu Dom menggunakan cara ekstrim guna menangkap Jakob yang melayang di udara. 

Sisanya? Medioker. Merupakan pencapaian luar bisa bila dimunculkan di film lain, namun kembali lagi, kita sudah terlatih mengharapkan kegilaan di titik tertinggi dalam seri Fast & Furious. Meski rasanya mayoritas akan sepakat, bahwa potensi John Cena gagal dimanfaatkan. Jika dibandingkan Dwayne Johnson, debut Cena di franchise ini bak kekurangan suntikan testosteron. Bahkan sosoknya kalah badass dibanding debutan lain, yakni Elle (Anna Sawai), yang mencuri perhatian baik dalam hand-to-hand combat, maupun kala berdiri di belakang senapan mesin.

F9 merupakan film terlemah sejak.....entahlah, mungkin Fast & Furious (2009). Sulit mengingatnya, karena sejak Fast Five membawa seri ini ke arah baru satu dekade lalu, tiap installment selalu sukses menyajikan hiburan mengesankan. Setidaknya kali ini Dom tidak berkata "one last ride", dan menyadari bahwa sampai kapan pun ia takkan bisa meninggalkan kehidupan berbahaya ini. Well, minimal sampai film kesebelas selaku penutupnya dirilis (film kesepuluh masih dijadwalkan rilis tahun depan, namun jangan kecewa kalau akhirnya mundur).

8 komentar :

Comment Page:
Anon mengatakan...

Buseettt wkwkwk emang udah feeling bakal kena bom ama bang rasyid wkwkwkwk soalnya emang banyak bgt hujatan fantastis di situs review kuning onoh

Mr. LA mengatakan...

Lah, akhir saganya sampai ke-10 atau ke-11 sih mas Rasyid? Apa nanti Gal Gadot dikontrak lagi? Biar makin ensemble cast 🤣

adnanman mengatakan...

Iya nih. Bahkan yg 2 fast 2 furious rasanya lebih bagus

Rasyidharry mengatakan...

Karena alasan yang beda. Kalo mereka karena felemnya makin bodoh (ya harusnya emang gitu), kalo saya malah karena kurang gila 😁

Rasyidharry mengatakan...

Sampai 11. Baru tadi Vin Diesel estimasi, rilisnya 2023 & 2024. Bukan mustahil sih Gal Gadot balik, walaupun cuma glorified cameo

Yongky mengatakan...

kata nya yang 10 itu di bagi dua part mas, Jadi gak sampai 11,kurang tau lagi sih, apalagi ada rumor rencana mau crossover sama Jurassic Park

Rasyidharry mengatakan...

Ya itu macem Infinity War & Endgame. Babak akhir yg dibagi jadi 2 part. Soal penjudulan emang masih tentatif, tapi so far masih pake FF10 & FF11

Mukhlis mengatakan...



Saya udah yakin, ini film bakal dikritik sama Mas Rasyid Entah kenapa, reuni yang dihadirkan kaya agak Maksa banget.
BTW untuk 2 film terakhir, kira-kira kegilaan apa lagi ya yang di suguhkan?
Entah kenapa Gue pernah berpikiran, lama-lama kegilaan Fast Furious sampai ketahap menembus ruang dimensi, wkwk.