REVIEW - BLOOD RED SKY

4 komentar

Poster Blood Red Sky mengingatkan saya pada Nightmare at 20,000 Feet (1963), salah satu episode dari The Twilight Zone. Membawa premis soal "kemunculan vampir dalam pesawat yang dibajak", film karya sutradara Peter Thorwarth ini memang berpotensi menghadirkan tontonan seru, mengerikan, sekaligus mindblowing layaknya serial tersebut. Potensi yang seketika lenyap akibat kurang piawainya Thorwarth menggarap horor. 

Beberapa menit awal Blood Red Sky terasa seperti film straight-to-DVD. Mungkin karena pemandangan ala suguhan aksi-thriller kelas B mengenai pembajakan pesawat, atau karena Dominic Purcell memerankan pimpinan teroris pelaku pembajakan itu. 

Kesan familiar itu berlanjut setelah kita bertemu Nadja (Peri Baumeister) dan puteranya, Elias (Carl Anton Koch), yang hendak terbang dari Jerman ke New York, di mana Nadja akan menjalani pengobatan untuk leukemia yang ia derita. Beberapa flashback menyiratkan bahwa suami Nadja telah tiada akibat kecelakaan. 

"Protagonis yang belum bisa melepas duka akibat ditinggal orang tercinta" memang terdengar formulaik. Hingga setelah pesawat yang dinaiki Nadja dan Elias jadi korban pembajakan, terungkap bahwa Nadja menyimpan rahasia, baik tentang penyakitnya, maupun kematian sang suami. Dia adalah vampir (bukan spoiler, mengingat hal ini sudah dimunculkan di trailer). 

Nadja bertransformasi, dan seketika kondisi berubah 180 derajat begitu ia mulai memburu para pembajak. Sosok "vampir Nadja" tampak hidup berkat tata rias meyakinkan. Seperti gabungan Count Orlok di Nosferatu (dan banyak film lain di mana vampir tak dipercantik atau tampil sensual) dengan Dren dari Splice (2009). 

Beringas, berkekuatan di atas rata-rata, pula bisa menahan luka tembak. Apakah ini bakal jadi pertarungan satu sisi? Untungnya tidak. Pertama, Nadja berusaha menahan agar tidak lepas kontrol di depan Elias. Pun ia bukan vampir berpengalaman yang sudah bertahun-tahun memburu manusia. Kedua, di antara pembajak ada Eightball (Alexander Scheer) si psikopat yang tak segan melakukan tindakan ekstrim. Kedua pihak sama-sama pemburu sekaligus mangsa.

Konsep menarik, yang andai dieksekusi maksimal, bisa menutupi gagalnya upaya naskah garapan Thorwarth dan Stefan Holtz untuk mengkritisi perihal stereotip "muslim adalah teroris", yang tampil sebagai pernak-pernik tanpa signifikansi. Masalahnya, Thorwarth, yang menghabiskan sebagian besar karir menggarap aksi berbumbu komedi, masih amat lemah menangani elemen horor. 

Bahkan banyak adegan tersaji konyol tanpa disengaja, seolah Thorwarth kesulitan menahan dorongan untuk melucu. Sewaktu seorang gadis menangis sembari memanggil ibunya begitu melihat wajah Nadja, atau saat di salah satu flashback Nadja mendesis ke arah Elias yang masih bayi, hanyalah segelintir contoh. Tidak ada tanda bahwa Blood Red Sky memang berniat membubuhkan bumbu komedi, sehingga kelucuan itu murni akibat buruknya pengadeganan. 

Sungguh sulit menganggap serius film ini setelah kekonyolan-kekonyolan di atas. Belum lagi kecanggungan sang sutradara menangani pertumpahan darah. Film ini terlalu "jinak" untuk ukuran tontonan dengan rating TV-MA (setara rating R di rilisan bioskop), pun minim kreativitas soal menyajikan kekerasan. Semua terjadi begitu saja dan ala kadarnya.

Kelemahan lain adalah penokohan Elias. Karakter bocah bisa menambah bobot emosi bila ramuannya tepat, sebaliknya, bisa menghancurkan jika penanganannya keliru. Elias merupakan kasus kedua. Dia menyebalkan. Bukan salah Koch, melainkan naskah. Elias menyebalkan, karena kerap melakukan kebodohan nekat yang mustahil dilakukan anak seusianya. Bahkan tindakan berguna dari Elias pun selalu berujung memicu masalah baru. 


Available on NETFLIX

4 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Ternyata bukan saya saja yang kesal sama anaknya

Fajar mengatakan...

Bikin kecewa nih filmnya.


Spoiler..... Spoiler..... Spoiler


Aku kira di akhir film, vampir Nadja berhasil mengalahkan teroris dan menyelamatkan penumpang. Lalu penumpang yg tadinya takut jadi berterima kasih. Tapi akhirnya malah jadi kayak wabah vampir dalam pesawat.

Anon mengatakan...

Wkwkwkwkwkwk anaknya pas ending deket sama pintu pesawat yang kebuka dengan kecepatan terbang yang tinggi gitu kok bisa kaga kesedot keluar juga tanpa pegangqn wkwk padahal musuhnya abis kesedot juga, itupun pegangan..Factual/continuity error nya lumayan parah2 wkwkwk saya berbaik hati ngasih 3/5 karena terpenuhinya ekspektasi saya ini filmnya bakal horor aksi "just for fun". Berhubung mas rasyid ngasih 2 bintang, saya turunin juga deh 2.5/5 hahahaha

riozacky mengatakan...

Gak review Ashin kh mas Rasyid?