REVIEW - CAVEAT

1 komentar

Pernah merasa ingin sekali menyukai sebuah film, entah karena dibuat dengan niat baik, potensi besar, atau momen-momen berkualitas yang sesekali tampak? Caveat membuat saya merasakan itu. 

Damian Mc Carthy selaku sutradara sekaligus penulis naskah, jelas berbakat. Kelak, seiring bertambahnya pengalaman dan modal, ia bisa saja berada di jajaran sineas horor papan atas. Caveat yang merupakan debutnya ini belum membawa Mc Carthy ke posisi tersebut, namun cukup untuk membuka jalan sebagai batu loncatan.  

Kisahnya berpusat pada Isaac (Jonathan French), yang ditawari pekerjaan oleh Barret (Ben Caplan), untuk menjaga ponakannya, Olga (Leila Sykes), yang tinggal sendirian di daerah terpencil. Ibunya menghilang, ayahnya bunuh diri, sedangkan Olga mengalami gangguan psikis, yang bisa tiba-tiba membuatnya berada di kondisi katatonik. 

Sesampainya di lokasi, Isaac terkejut karena ada beberapa informasi yang sebelumnya tidak Barret bagikan. Pertama, rumah Olga bukan terletak di sembarang daerah terpencil, melainkan di tengah pulau kosong. Kedua, karena Olga tidak nyaman atas kehadiran orang lain, Isaac wajib memakai rompi yang terikat rantai. Bayaran menggiurkan serta rasa iba pada Olga membuat Isaac akhirnya bersedia, walau sempat ragu.

Menit-menit awal dipakai oleh Mc Carthy guna menanamkan informasi. Ada ruang apa saja di sana? Lokasi dan barang apa saja yang berpotensi menebar teror? Seberapa jauh rantai yang mengikat Isaac membatasi pergerakannya? Temponya lambat, namun sebagaimana judul filmnya, efektif memberi peringatan bagi penonton. Antisipasi pun terbangun. 

Boneka kelinci mekanik buruk rupa yang sering tiba-tiba memukul drum yang dibawanya, lukisan wanita mengerikan, ruang bawah tanah gelap, rumah tak terawat, semua bekal yang dibutuhkan untuk menghasilkan formula teror khas horor rumah hantu sudah tersedia, dan Caveat berjalan mulus di awal. 

Isaac pelan-pelan menyadari ketidakberesan di sana. Saat akhirnya ia (dan kita) menyaksikan pemandangan mengerikan secara nyata untuk kali pertama, Caveat terasa akan menjadi horor terbaik tahun ini. Saya takkan membocorkan detail adegan, pastinya, Mc Carthy piawai menakut-nakuti. Dibiarkannya kamera beberapa saat menyorot sebuah objek (lebih lama dari kebanyakan jump scare) supaya penonton melihat jelas apa yang muncul di layar. Karena objek itu memang mengerikan. Mc Carthy tidak perlu memanipulasi pikiran penonton, agar kita salah mengartikan "kaget" sebagai "takut".

Lalu setelah beberapa saat, teror berikutnya tak kunjung muncul, dan saya menyadari betapa Mc Carthy dihadapkan pada keterbatasan biaya. Dia punya banyak ide brilian terkait set-piece. Saya bisa jamin itu. Terbukti, tiap jump scare, penampakan, atau segala bentuk teror lain hadir, eksekusinya selalu menyeramkan. Tapi teror mistis, sesederhana apa pun, membutuhkan biaya (efek spesial, tata rias, dll.). Tanpanya, seperti Isaac dengan rantainya, Mc Carthy seolah terkekang. 

Di sinilah pengalaman bermain. Sineas horor dengan jam terbang tinggi, akan tahu cara mengolah intensitas di tengah keterbatasan. Mc Carthy bukan anak kemarin sore. Sejak 2009, ia telah menelurkan enam film pendek. Tapi film panjang adalah medium berbeda. Terdapat puluhan menit durasi yang harus diisi, dan Mc Carthy keteteran melakukannya.

Menambah elemen misteri jadi cara yang ia pilih. Dibuatlah Isaac meragukan kebenaran di rumah itu. Benarkah ayah Olga bunuh diri? Benarkah Barret merupakan teman lamanya? Apakah Olga seorang gadis malang sekaligus korban, atau justru sosok berbahaya? Menarik atensi penonton lewat pertanyaan di antara jeda teror sejatinya keputusan tepat. Sayang, Caveat gagal tampil menarik, akibat lemahnya naskah. 

Naskah tak menyediakan investigasi memadai. Alih-alih diajak terlibat menyelidiki misterinya, penonton cuma dibiarkan menunggu, sementara flashback muncul secara berkala, guna menyediakan jawaban. Flashback yang membawa kita keluar dari rumah Olga, sehingga melucuti atmosfer klaustrofobik filmnya. Sewaktu Caveat mencoba tampil ambigu, saya tidak cukup peduli untuk terdorong berpikir lebih keras, karena tak dilibatkan dalam misterinya. 

Paruh keduanya membawa Caveat bergerak ke ranah kucing-kucingan, menjadikannya terasa seperti punya dua cerita berbeda yang dipaksa menyatu. Bukan memperkaya, malah terkesan mengesampingkan teror utama. Tapi sekali lagi, tiap Mc Carthy menampakkan wajah mistisnya, Caveat senantiasa berhasil membuat bulu kuduk berdiri. 


Available on SHUDDER

1 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Good recommendation as always otw donload hehehe request review "in the earth" mas hehee