REVIEW - JUST MOM
Just Mom beberapa kali memakai close-up untuk menangkap wajah sang protagonis. Tapi close-up terpenting adalah yang muncul pertama kali, di menit-menit awal. Saat itu, sadar atau tidak, penonton sudah dihipnotis, ditarik memasuki penjiwaan Christine Hakim bermain peran. Mata sang aktris menangkap hati kita. Sehingga, tatkala filmnya menampakkan ketidaksempurnaannya pun emosi tetap tersampaikan. Ikatan antara penonton dan karakter telah terjalin.
Christine Hakim memerankan Siti, yang tinggal bersama si putera angkat, Jalu (Toran Waibro), dan Mbak Sum (Dea Panendra) selaku asisten rumah tangga. Kondisi fisik Siti mulai melemah akibat kanker, namun baginya, penyakit fisik itu masih tak seberapa dibanding kerinduan akan kedua anaknya, Damar (Ge Pamungkas) dan Pratiwi (Niken Anjani), yang jarang pulang akibat kesibukan masing-masing.
Mungkin kerinduan itu yang mendasari keputusan Siti membawa pulang Murni (Ayushita), wanita hamil penderita gangguan jiwa yang ia temui di jalanan. Kehadiran Murni yang acap kali mengamuk memicu pro-kontra. Pratiwi menentang keras. Demikian pula Mbak Sum, meski penolakan sang ART cenderung dipakai untuk memancing tawa lewat reaksi-reaksi konyol Dea Panendra, yang sekali lagi jadi scene stealer.
Mengadaptasi novel Ibu, Doa yang Hilang karya Bagas D. Bawono, pasti ada satu pertanyaan yang menyelimuti kepala banyak penonton Just Mom, yakni tentang pemicu kondisi mental Murni. Kenapa jiwanya terguncang?Siapa yang menghamilinya? Kenapa ia berada di jalan? Kenapa ia sangat takut kepada gunting? Tentu mudah menarik kesimpulan lewat beberapa "petunjuk", namun ketiadaan penjelasan itu bukannya kealpaan.
Ditulis oleh sang sutradara, Jeihan Angga, bersama Nadhifa Firyal dan Carine Regina, naskahnya mendefinisikan "keluarga" secara lebih luas. Bahwa keluarga bukan cuma mereka yang punya ikatan darah. Menjaga ambiguitas mengenai masa lalu Murni makin memperkuat pesannya. Serupa Siti, penonton diminta tidak memedulikan latar belakang si gadis malang, memotretnya sebagai sesama manusia yang pantas menerima kasih sayang.
Di film bertema keluarga, meja makan kerap dipakai menggambarkan wajah sebuah keluarga, baik itu keharmonisan maupun perpecahan. Just Mom pun sama, hanya saja, komposisinya menarik. Saat tokoh-tokohnya makan bersama, praktis hanya Siti, Damar, dan Pratiwi yang sedarah. Murni entah siapa, Jalu adalah anak angkat, bahkan Mbak Sum selaku ART tidak dibiarkan makan secara terpisah. Saat itulah definisi keluarga versi Just Mom terpampang jelas.
Saya yakin banyak penonton terkejut mengetahui Jeihan Angga, yang melakoni debut layar lebarnya melalui Mekah, I'm Coming (2020), kini menggarap melodrama. Jeihan terbukti serba bisa, memiliki sensitivitas yang nampak dari pilihan shot-nya, meski kerap berlebihan memanipulasi emosi. Sedikit saja intensitas sebuah adegan meningkat, musik mengharu biru langsung ia jejalkan ke telinga penonton. Akibatnya, begitu separuh durasi berlalu, pendekatan tersebut membuat filmnya cukup melelahkan.
Tatkala Just Mom mengalami penurunan, di situlah departemen akting unjuk gigi. Tidak perlu lagi rasanya membahas detail kehebatan Christine Hakim. Segala yang ada pada dirinya berbicara. Sementara Ayushita (yang untungnya tak diberi riasan stereotipikal "orang gila") dengan "kehampaan yang tidak kosong" miliknya juga patut diberi apresiasi.
Tapi sekali lagi, pada dasarnya Jeihan punya sensitivitas. Banyak momen yang andai tak dibarengi musik pun tetap bakal menyentuh. Misalnya, saat pasca suatu peristiwa mengejutkan (sekaligus mengerikan), Jalu, Damar, dan suami Pratiwi (Haru Sandra) menemui sang ibu. Siti duduk, berlinang air mata, sedangkan si menantu bersimpuh di hadapannya. Posisi itu, ditambah pemakaian low-angle, menekankan pada betapa ditinggikannya sosok ibu, terutama di budaya Jawa yang jadi latar film ini. Pun ending ditambah kredit penutupnya, jelas ampuh mengoyak perasaan, selaku penekanan bahwa Just Mom dibuat berdasarkan kerinduan penuh hormat kepada ibu.
(JAFF 2021)
1 komentar :
Comment Page:Bakal tayang di bioskop gak sih bang film ini,
Posting Komentar