REVIEW - BACKSTAGE
Di suatu kesempatan, Robert Ronny selaku produser sekaligus penulis naskah (bersama Vera Varidia, Monty Tiwa, dan Titien Wattimena), menyampaikan bahwa salah satu inspirasi Backstage berasal dari kasus Milli Vanilli, yang memenangkan Grammy Award, tanpa menyanyikan satu pun lagu di album mereka. Penyanyi bayangan (ghost singer) mengisi suara duo tersebut.
Backstage pun mengangkat soal penggunaan penyanyi bayangan, yang didasari ambisi akan uang serta popularitas, yang tentu saja melibatkan akal-akalan pelaku industri. Bedanya, karakter film ini bukan semata didorong oleh ambisi personal, pula demi keluarga.
Alkisah, Elsa (Vanesha Prescilla) rutin mengikuti audisi guna menggapai mimpi menjadi aktris. Sedangkan bagi kakaknya, Sandra (Sissy Priscillia), mimpi adalah kemewahan yang coba ia pendam. Bakat menyanyinya luar biasa, namun demi membantu sang ibu (Karina Suwandi) menyokong finansial keluarga, Sandra memilih berpaling ke realita.
Pintu kesempatan terbuka, saat Bayu (Verdi Solaiman), seorang produser, berniat menjadikan Elsa penyanyi, pasca menyaksikan video audisinya. Rencana Bayu adalah, mengorbitkan nama Elsa sebagai penyanyi dengan memakai suara Sandra. Baru setelah pamornya melambung, peran di film layar lebar bisa didapat.
Meski Sandra sempat ragu, mengingat ini sama saja membohongi publik, rencana itu rupanya berjalan mulus. Video Elsa viral, lagunya meledak di pasaran, bahkan Elsa kini bisa menjalin kedekatan dengan idolanya, Michael (Achmad Megantara), penyanyi yang popularitasnya tengah redup. Keuangan keluarga pun seketika membaik. Ketika single perdana baru di tahap awal kesuksesan, rasanya peruntungan yang berubah 180 derajat ini (rumah baru, mobil baru, segalanya baru) terjadi terlampau cepat. Apalagi berkaca pada kondisi Elsa sekeluarga sebelumnya.
Tapi lubang itu hanyalah gangguan minor dibanding keunggulan yang Backstage tawarkan. Naskahnya masih berkutat di beberapa keklisean, baik di progresi alur maupun pilihan kata, namun juga menyimpan banyak ide kuat. Terutama terkait caranya menghantarkan emosi. Contohnya ucapan "Aku berharap Tuhan mindahin suara aku ke Elsa" yang keluar dari mulut Sandra, selaku kalimat dengan daya bunuh terampuh.
Pastinya akting pemain berperan besar dalam keberhasilan ekspresi emosi Backstage. Walaupun status sebagai saudara sungguhan tentu memberi pengaruh, tapi itu bukan satu-satunya faktor kesuksesan Vanesha dan Sissy menjalin chemistry kuat. Keduanya memang pelakon berkualitas yang sanggup menyuntikkan realisme di tiap interaksi. Khususnya sang kakak, yang mampu mengubah perasaan-perasaan rumit jadi momen menyentuh. Kata-kata bernada dukungan darinya bak pelukan hangat, tangisan sakit hatinya terasa meremukkan. Tambahkan Karina Suwandi, dan Backstage pun memiliki trio yang sangat bisa diandalkan.
Izinkan pula saya memberi pujian khusus untuk Megantara. Aktingnya belum layak disebut "luar biasa", tapi jelas lompatan drastis dibanding sebelumnya. Tidak ada lagi usaha sok keren dengan memberat-beratkan suara. Entah karena ia menyadari kekurangan, atau berkat arahan Guntur Soeharjanto selaku sutradara, mana pun tak masalah. Peningkatan adalah peningkatan.
Terkait penyutradaraan, seperti biasa Guntur ahlinya mengkreasi adegan agar terlihat mahal. Dibantu tata kamera Hani Pradigya, bukan cuma di adegan-adegan yang melibatkan aksi panggung, peristiwa sederhana pun dibuat memanjakan mata. Kekurangan Guntur sejak dulu masih sama, yakni soal belum mulusnya penyampaian emosi (kadang artificial, kadang timing-nya meleset, kadang pilihan shot-nya kurang mendukung), yang untungnya berhasil ditambal oleh departemen lain.
Klimaksnya jadi puncak pencapaian hampir seluruh departemen. Vanesha dan Sissy bertukar rasa secara luar biasa lewat nyanyian (menekankan pesan "mendapatkan kekuatan melalui kebersamaan"), naskahnya jeli mengolah keintiman kedua tokoh utama saat memberi jeda sebelum memasuki puncak lagu (you'll know it when you see it), sementara musiknya jadi amunisi yang efektif.
Terdapat beberapa nomor familiar, sebutlah Seberapa Pantas, Terbaik Untukmu, hingga I Remember, tapi yang paling menonjol adalah original soundtrack berjudul Melangkah gubahan Andi Rianto dan Monty Tiwa. Langsung menempel di kepala, kuat menyentuh hati. Sama seperti filmnya sendiri.
2 komentar :
Comment Page:gak hapal, Ahmad Megantara sebelum ini pernah main film apa aja, tapi yg kulihat di sini, aktingnya aneh masih kurang pas. 😌
Gk review film makmum 2 kah?
Posting Komentar