REVIEW - BELLE
Mamoru Hosoda (The Girl Who Leapt Through Time, The Boy and the Beast, Mirai) memberi twist pada dongeng klasik Beauty and the Beast, membawanya ke era modern, memberi sentuhan coming-of-age khasnya lewat pencarian identitas remaja di era media sosial, sembari melempar komparasi antara kejamnya orang dewasa dan kemurnian hati anak-anak.
Hosoda kembali membuat protagonis gadis remaja, kali ini bernama Suzu (Kaho Nakamura), yang selepas meninggalnya sang ibu, kehilangan rasa percaya dirinya. Suzu tak lagi bisa menyanyi, pun enggan mengungkapkan cinta kepada teman sejak kecilnya, Shinobu (Ryo Narita). Satu-satunya tempat Suzu menemukan kebebasan adalah di U, sebuah dunia virtual di mana para pengguna memakai avatar sebagai persona.
Dibantu si sahabat jenius, Hiroka (Lilas Ikuta), Suzu menciptakan avatar bernama Bell. Sebagai Bell, Suzu mendapati dirinya dapat bernyanyi lagi, dan seketika menjadi idola terpopuler di U. Lupakan perihal dunia virtual canggihnya, maka kisah Suzu akan jadi kisah banyak orang, terutama remaja, yang menemukan safe space di dunia maya, tatkala dunia nyata semakin menampakkan kekejamannya.
Entah forum internet, karakter persona dalam gim, maupun stan account media sosial, semua menyediakan ruang yang bebas. Konsep anonimus dalam ruang-ruang tersebut, memungkinkan para pengguna "menjadi sosok lain untuk menjadi diri sendiri". Tapi biar bagaimanapun, seperti istilahnya, dunia maya bukanlah realita. Suatu saat bakal ada titik di mana individu perlu belajar mengaktualisasi diri secara nyata. Proses itulah yang Suzu alami.
Proses yang sesungguhnya sudah berkali-kali muncul di medium animasi, baik produksi Hollywood atau negara lain termasuk Jepang. Pun kali ini cara bertutur Hosoda tak semulus biasanya, tatkala progres alur acap kali berjalan kurang rapi dan terburu-buru. Tapi sensitivitas sang sutradara yang piawai menemukan keindahan dalam kisah familiar sama sekali tidak luntur.
Nantinya kita diajak menyelami dunia U (yang dibungkus visual imajinatif) secara lebih dalam, lewat kemunculan The Dragon (Takeru Satoh), avatar berwujud naga misterius, yang diburu akibat dirasa merusak tatanan serta mengganggu keamanan U. The Dragon diburu oleh sekelompok viglante, yang dibawah pimpinan Justin (Toshiyuki Morikawa), mengatasnamakan diri mereka sebagai pelindung U.
Di sinilah Hosoda mulai melempar kritik bagi isi kepala orang dewasa yang dipenuhi kebencian dan prasangka. Berlawanan dengan kepolosan anak, orang dewasa dengan obsesi mereka menegakkan nilai yang secara buta mereka anggap (paling) benar, justru kerap menyulut kehancuran.
Sementara dalam hubungan Bell dan The Dragon, Hosoda menggeser kisah ala Belle dan Beast menuju konsep cinta yang lebih luas. Bukan sebatas di tataran romansa, melainkan kemanusiaan. Hubungan dua tokoh utama memang berkembang agak terlalu cepat, tapi berhasil ditambal oleh konklusi kuat, yang turut menyinggung soal parenting. Klimaksnya epik, emosional, indah, tatkala Hosoda mengajak penonton menyaksikan sesosok gadis remaja biasa, membuktikan di hadapan jutaan orang bahwa dirinya luar biasa.
3 komentar :
Comment Page:Ini film jadi salah satu contender best animated feature Oscars 2022, nih, mengingat dari sutradara yang sama, "Mirai" pernah masuk nominasi yg sama juga Oscars di tahun 2019. Dan bakal jadi hal yg mengejutkan kalau bisa menang (walaupun gw prediksi 'Encanto' (yg baru aja menang Golden Globes) atau 'The Mitchells vs The Machines' yg bakal menang).
Menang sih kayaknya nggak ya, apalagi detik ini hype-nya lagi turun & peluangnya masuk nominasi agak mengecil. Tapi jelas pantes buat dapet nominasi 👍
Merujuk pada best animasi oscar yg selalu di dominasi animasi ny hollywood yg mempunyai story b aj rating bwt smua umur . klo dari segi story, Anime g ada tanding smpe skrng soalny variasi story anime itu unik2 & banyak diikutin negara2 laen belakangan ini ( korel,china) mereka (anime) g perlu oscar bwt di kenal luas, toh mereka juga udh terkenal dari taon jadul juga , bahkan hayao miyazaki g dateng(g penting juga) pas karya ny dpet oscar wkwk
Oscar itu amerika banget bukan jadi patokan juga
Posting Komentar