REVIEW - MARRY ME

3 komentar

Mempertemukan dua manusia dewasa berparas rupawan, tampil ringan tanpa selipan isu, mengangkat situasi dengan tingkat kemustahilan tinggi. Marry Me jadi pengobat rindu ke era kejayaan komedi romantis. Sebuah genre yang seolah punah memasuki pertengahan 2010-an. Mungkin lebih tepat disebut "formula klasiknya" yang punah.

Ada masanya komedi romantis bukan dijadikan luapan keresahan individu terpinggirkan yang dianggap tak berkesempatan memadu cinta, melainkan bentuk fantasi romansa. Bermimpi menemukan pasangan sempurna, menikahi milyuner, atau merebut hati idola. Komedi romantis mewujudkan semua itu lewat ketidakterbatasan sinema, kala keterbatasan membayangi realita. 

Diadaptasi dari novel grafik berjudul sama karya Bobby Crosby, Marry Me jelas memerlukan suspension of disbelief agar dapat dinikmati. Bagaimana tidak? Kisahnya menyatukan Kat Valdez (Jennifer Lopez), seorang bintang pop ternama, dengan Charlie Gilbert (Owen Wilson) si guru matematika. Kat sejatinya hendak mengikat janji suci bersama kekasihnya, Bastian (Maluma), di tengah konser selepas menyanyikan lagu duet mereka, Marry Me. 

Tapi tepat sebelum tampil, berita perselingkuhan Basian tersebar. Didorong patah hati, Kat mengambil langkah gila. Tatapannya tertuju pada Charlie, yang datang bersama puterinya, Lou (Chloe Coleman). Diajaknya Charlie ke atas panggung, dan dinikahinya si duda beranak satu. 

Kita tahu aksi impulsif di atas bakal berakhir bahagia. Mudah ditebak. Tapi destinasi bukan pondasi komedi romantis. Bagaimana dua insan melewati rangkaian penghalang adalah poin utamanya. Selain tak saling mengenal, tembok pemisah antara Kat dan Charlie jelas dunia mereka. 

Kat seorang bintang global. Menyaksikannya membawakan lagu Church, ditemani para penari latar berkostum suster seksi, saya sangat memahami popularitasnya. Hidupnya glamor, rutinitasnya padat. Sebaliknya, pribadi Charlie bahkan dirasa membosankan oleh sang puteri. Di tangan sutradara Kat Coiro (juga menggarap serial She-Hulk tahun ini), skenario "menikahi idola" ala fan fiction mampu dijadikan tontonan luar biasa menyenangkan.

Bukan sekadar romantisme kosong, sebab biarpun eksekusinya ringan, naskah buatan John Rogers, Tami Sagher, dan Harper Dill, memastikan tiap momen romantis juga mengandung makna lebih bagi dua protagonis. Kat merekatkan hubungan ayah-anak, pun membawa Charlie mengunjungi kembali kenangan masa lalu akan mendiang ibunya. Sedangkan Charlie mendorong istri barunya lepas dari ketergantungan pada kemewahan. 

Chemistry kedua pemeran utama tentu berdampak signifikan. Wilson yang canggung, dan Lopez yang loveable, selalu berhasil memancing senyum lewat interaksi mereka, lewat aktivitias saling mengenal sembari berusaha saling menyesuaikan. Sayangnya, perihal proses adaptasi ini dipaparkan secara kurang seimbang. Kat benar-benar mencoba kehidupan normal. Kat menyambangi murid-murid Charlie, menghadiri pesta dansa sekolah, bahkan mau meninggalkan acara penting di penghujung cerita. Sementara Charlie, yang lebih sering mengeluhkan perbedaan dunia mereka, hingga akhir tetap tak secara gamblang menyampaikan kesediaan menyesuaikan diri.

Tapi toh saya tetap berharap keduanya selalu bersama. Ditambah jajaran pemain pendukung yang tidak kalah bersinar (John Bradley sebagai Collin si manajer likeable, Sarah Silverman sebagai Parker si guru lucu yang memaksimalkan potensi komedi filmnya), juga beberapa lagu manis (After Love jadi favorit saya), Marry Me jadi semakin solid. Mungkin popularitas komedi romantis takkan kembali ke masa jayanya, tapi selama film-film seperti Marry Me tetap dibuat, selalu ada tempat bagi mimpi-mimpi romansa untuk diwujudkan di ruang khayal sinema.

3 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Kayaknya setipe ama filmnya Julia Roberts Notting Hill?lumayan juga buat mengenang komedi romantis...

Anonim mengatakan...

jelas banget ini film bollywood, eh, film musikal hollywood...lagu dan tarian sepanjang film membuat kita asyik bergoyang di kursi bioskop dan melantunkan nada lagu nyayian yang sedang di jual albumnya oleh J.Lo...OMG, J.Lo keren banget, saking kerennya semoga film Marry Me ini yang jelas lolos sensor...kok bisa ya ada adegan di panggung tidak disensor...semoga dalam tayangan sedang edar di bioskop tidak di tarik peredarannya di layar bioskop ya...ehmmmmm HOT banget...rating 9/10

erika mutiara mengatakan...

baguss