REVIEW - DEATH ON THE NILE

3 komentar

Death on the Nile membawa Kenneth Branagh kembali memerankan detektif ciptaan Agatha Christie, Hercule Poirot, setelah Murder on the Orient Express lima tahun lalu. Dia pun masih duduk di kursi sutradara. Tercipta paralel menarik, saat sebagai sutradara, Branagh juga terasa bak detektif dengan kejelian mengobservasi. 

Sedangkan penonton diposisikan layaknya murid, yang diarahkan mesti melihat ke mana. Seolah kita dilatih untuk menumbuhkan kepekaan (atau obsesi?) dalam memperhatikan perkataan karakter, maupun tindak tanduk mereka hingga detail terkecil. 

Tapi bukan berarti ia menyuapi penonton. Saat ada karakter mengeluhkan hilangnya sebuah barang, kamera tidak berfokus padanya, tapi Branagh memastikan keluhan itu terdengar. Menganggapnya informasi penting atau tidak, sepenuhnya diserahkan pada kita. Itulah mengasyikkannya Death on the Nile. Sebuah film detektif di mana penonton dilibatkan secara aktif.

Kasus kali ini berlatar di Mesir, tepatnya di atas kapal S.S. Karnak yang melintasi sungai Nil, membawa kerabat-kerabat Linnet (Gal Gadot) dan Simon (Armie Hammer), yang baru menikah dan tengah berbulan madu.

Turut hadir di kapal adalah: Bouc (Tom Bateman), kawan Poirot, bersama ibunya, Euphemia (Annette Bening); Linus (Russell Brand dalam peran serius yang jarang ia lakoni), dokter sekaligus mantan kekasih Linnet; Andrew (Ali Fazal), sepupu Linnet yang juga pengacaranya; Marie (Jennifer Saunders), ibu baptis Linnet yang datang ditemani susternya, Mrs. Bowers (Dawn French); Salome (Sophie Okonedo) yang hadir sebagai penyanyi bersama Rosalie (Letitia Wright), keponakannya. Jacqueline (Emma Mackey), mantan tunangan Simon yang masih menyimpan sakit hati, muncul sebagai tamu tak diundang.

Kita tahu salah satu dari mereka bakal tewas, namun pembunuhan baru terjadi ketika film memasuki pertengahan durasi. Naskah hasil tulisan Michael Green meluangkan waktu memperkenalkan ensemble cast-nya, mengungkap bahwa semua menyimpan motif, yang mayoritas berkutat di persoalan cinta. Selain misteri pembunuhan, Death on the Nile merupakan tuturan romansa pahit. Pengkhianatan, cinta tak terjamah, cinta terlarang, dan lain-lain, mengukir luka di batin tiap karakter.

Tidak terkecuali Poirot. Sebagaimana film pertama, Poirot versi Branagh bukan sekadar detektif eksentrik. Sosoknya dimanusiakan, kerapuhannya ditonjolkan. Akting Branagh mencapai puncak ketika di babak akhir, Poirot yang sedang menyampaikan jawaban kasus, mendadak berhenti bicara. Sang detektif kesulitan membendung emosi. Melalui close-up, kamera menangkap mulusnya transisi emosi Branagh. 

Mesir merupakan latar sempurna, yang menjadikan filmnya tampil bagai tragedi romansa epik. Dibantu Haris Zambarloukos selaku penata kamera, Branagh mampu menyuguhkan tontonan yang terlihat lebih mahal dari bujet sebenarnya (angka 90 juta menjadi kecil bila melihat ensemble cast-nya). Piramida, bentangan sungai Nil, hingga kuil Karnak, takkan semegah ini tanpa pemahaman sutradara, akan bagaimana melahirkan pengalaman sinematik.

Sayangnya Branagh masih lemah dalam membungkus konklusi kasus. Ditambah lagi, walau aktif melibatkan penonton selama investigasi, Death on the Nile tak mempunyai "momen eureka". Momen di mana sang protagonis sadar telah memecahkan segala pertanyaan. Momen yang menjembatani antara kegelapan dan titik terang. Kekurangan itu serupa Murder on the Orient Express, tapi secara keseluruhan, Death on the Nile tetaplah sekuel yang superior.

3 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

duduk dan nikmati saja alur film dan alunan musik lagu sampai berakhir tanpa harus berpikir keras...film keren dengan panorama mesir seperti membaca ensiklopedia...ending yang keren tunggu film Hercule Poirot selanjutnya PART 3...rating 8/10...penampakan Hercule Poirot tanpa KUMIS YANG KHAS itu asyik banget

Review Love 101 Series mengatakan...

Wah kayaknya bagus nih film, harus nonton nih!

selera sinema mengatakan...

Halo, review yang keren...

Memilih Gal Gadot yang lagi naik daun membuat film ini makin menarik saja. Tapi mengingat film sebelumnya Murder on The Orient Express tidak sesolid versi lawasnya, kurasa aku tidak akan terlalu ngebet untuk menonton Death on The Nile :).

Kunjungi www.selerasinema.com ya untuk liat ulasan film-film.