REVIEW - THE WORST PERSON IN THE WORLD

2 komentar

"Kalau besar cita-citanya mau jadi apa?" merupakan salah satu pertanyaan yang paling sering kita dapat sejak kecil. Konon agar kita paham ke mana mesti melangkah. Tapi bahkan setelah memantapkan pilihan kemudian menyusun rencana, apakah kita benar-benar selalu tahu yang kita mau? Apakah keinginan bersifat absolut, atau relatif, senantiasa bergeser seiring perubahan fase kehidupan, pengalaman, dinamika emosi, hubungan interpersonal, dan hal-hal lain yang mendefinisikan manusia?

Julie (Renate Reinsve) awalnya mengambil jurusan kedokteran, sebelum banting setir ke psikologi. Ketika sedang membuka galeri foto, seketika ia tertarik menekuni fotografi. Tidak ada faktor eksternal di balik perubahan-perubahan tersebut. Segala keputusan adalah pilihan pribadi Julie. Dia melakukan yang ia mau. Tapi mengapa ketidakpuasan enggan pergi?

Beberapa hubungan pernah ia jalani. Terkini, Julie memacari Aksel (Anders Danielsen Lie) yang 15 tahun lebih tua darinya. Julie pun menunjukkan ketertarikan menulis. Sekali waktu ia membahas perihal feminisme dan oral seks lewat tulisannya. Bagaimana bisa ia, dengan karya seperti itu, jatuh hati pada komikus underground yang kreasinya acap kali dikritik akibat nuansa seksisme? 

Naskah yang dibuat sang sutradara, Joachim Tier (Oslo, August 31st), bersama Eskil Vogt, membagi narasi ke dalam 12 babak plus prolog dan epilog. Masing-masing membahas kegamangan para tokoh menentukan pilihan, atau sebaliknya, keyakinan mereka akan suatu gagasan, hanya untuk kemudian hari melakukan hal yang berlawanan dengan gagasan itu. Kesan episodik mungkin sulit dihilangkan, namun ditambal oleh kuatnya benang merah antar tiap babak. Alurnya pun tampil variatif berkat aneka ragam peristiwa yang muncul. 

Salah satu konflik batin Julie adalah seputar anak. Di usia kepala empat, Aksel menginginkan buah hati. Julie tidak menampik bahwa ia juga mendambakan itu, namun bukan sekarang. "Apa kamu sedang menunggu sesuatu?", tanya Aksel. Tapi Julie tak kunjung melempar jawaban pasti. Dia yakin akan keputusannya, namun terkait alasan di baliknya, itu lain cerita. Kalau demikian, apakah berarti Julie tahu yang dia mau? 

Babak kedua (berjudul Cheating) mempertemukan Julie dan Eivind (Herbert Nordrum) di suatu pesta. Keduanya merasakan ketertarikan, tapi keengganan mengkhianati pasangan masing-masing membuat mereka "cuma" menghabiskan malam mendorong garis-garis perselingkuhan sampai ke batas terjauhnya. Julie dan Eivind berpisah di pagi hari, tapi tentu itu bukan pertemuan terakhir. Nantinya Tier membawa hubungan keduanya lebih jauh, lewat sekuen imajinatif yang bakal terus diingat di tahun-tahun mendatang. 

Sekuen tersebut membuktikan kreativitas naskah, yang nyatanya juga mampu sesekali mengundang tawa. Babak keenam (Finnmark Highlands) murni berbentuk komedi, mengetengahkan bagaimana liburan Eivind dan kekasihnya, Sunniva (Maria Grazia Di Meo), menciptakan perubahan tak terduga. "The sum of Western guilt sat beside him on the couch" jadi kalimat komedik paling brilian di filmnya.

Renate Reinsve menyabet piala Best Actress di Festival Film Cannes 2021 berkat penampilannya. Penampilan Reinsve begitu kuat hingga mampu mewakili gejolak siapa pun yang menyaksikannya. Gejolak bernama "kegamangan", yang tak jarang membuat keyakinan serasa ilusi. The Worst Person in the World tidak menyediakan jawaban atas setumpuk tanda tanya karakternya. Karena jawaban itu mungkin memang tidak ada, dan kita hanya bisa terus berlari tanpa bisa menghentikan waktu, tanpa benar-benar tahu apa yang kita mau. 

(Klik Film)

2 komentar :

Comment Page:
Sapta nur hasan mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Maris mengatakan...

Barusan selesai nonton di aplikasi KF.
Dan memang benar, film ini gak memberikan jawaban. Apakah keputusan julie itu benar atau keliru, gak ada jawabannya. Selepas nonton ini, membuat saya jadi bertanya : apakah saya benar-benar tau apa yang saya mau ? Apakah setiap keputusan penting yang dipilih adalah sesuai kesadaran dan bukan pelarian ? Karena di film ini julie seringkali tidak menyelesaikan keputusan yang ia ambil. Entah itu studi atau hubungan.

Selain memberikan pertanyaan kepada penonton, film ini juga memberikan gambar pemandangan yang indah. Ditambah juga adegan pas julie lari ke taman , yang menurut saya bagus.
Memang bagus film ini.