REVIEW - THE BATMAN

28 komentar

Entah versi gotik Tim Burton, pendekatan campy Joel Schumacher, atau nuansa grounded Christopher Nolan, ada satu sisi Batman yang belum pernah ditangkap oleh adaptasi layar lebar, yakni sebagai detektif jenius. Padahal 83 tahun lalu ia muncul perdana dalam komik berjudul Detective Comics. 

Di bawah arahan Matt Reeves, karakteristik tersebut akhirnya ditampilkan. Kali ini The Caped Crusader bukan menghadapi alien maupun penjahat berkekuatan unik, melainkan mengusut kasus pembunuhan berantai. Premis yang mengingatkan pada Batman: The Long Halloween, walau Batman: Year One juga memberi pengaruh besar terhadap naskah buatan Reeves dan Peter Craig. 

Bruce Wayne (Robert Pattinson) baru memasuki tahun keduanya menjadi vigilante di Gotham. Biar demikian, James Gordon (Jeffrey Wright) dari GCPD (Gotham City Police Department) sudah begitu mempercayainya, aktif melibatkan Batman dalam penyelidikan. Sedangkan para kriminal menaruh rasa takut padanya. 

Batman adalah soal reputasi. Figur yang sanggup menebar ketakutan bahkan sebelum menampakkan diri. Reeves menekankan itu, yang mana belum pernah benar-benar dimaksimalkan film-film sebelumnya. Penonton belajar tentang bagaimana dunia memandang Batman melalui sekuen di awal, ketika penjahat lari tunggang langgang hanya karena melihat Bat-Signal menyala di langit. Musik gubahan Michael Giacchino mengiringi, terdengar bak raungan alarm tanda bahaya bagi pelanggar hukum.  

Tapi lawan Batman kali ini berbeda. Terjadi rentetan pembunuhan, dengan jajaran pemangku jabatan Gotham menjadi korban. Pelakunya, Riddler (dibawakan layaknya teroris sinting oleh Paul Dano), meninggalkan surat berisi teka-teki untuk Batman di tiap TKP. Alih-alih takut, Riddler seolah justru menantang sang vigilante. 

Teka-teki tersebut merupakan pondasi alur filmnya, membawa Batman menginvestigasi motif di balik aksi Riddler, mempertemukannya dengan beberapa figur "dunia bawah", seperti Carmine Falcone (John Turturro) si bos mafia Gotham, Oswald Cobblepot alias Penguin (Colin Farrell), hingga Selina Kyle (Zoë Kravitz), waitress di kelab malam milik Penguin yang punya identitas lain, yaitu Catwoman si pencuri.  

The Batman diberkahi jajaran aktor pendukung mumpuni. Jeffrey Wright menciptakan dynamic duo antara Batman dan Gordon, sementara Zoë Kravitz adalah Catwoman terbaik setelah Michelle Pfeiffer. Fatal sekaligus sensual. Porsi Andy Serkis minim, tapi Alfred berhasil dia bawa melakoni peran yang lebih dari pelayan serta figur ayah, yakni tandem Bruce dalam proses memecahkan misteri.

Di paragraf pertama saya menyebut Batman versi Nolan punya nuansa grounded. Sebenarnya itu kurang tepat. Terasa demikian karena hadir pasca dwilogi campy milik Schumacher. The Batman lain cerita. Inilah sebenar-benarnya "a grounded Batman movie". Tentu beberapa teknologi tetap berperan (kamera berwujud lensa kontak misalnya), sebab tanpa teknologi, Batman bukanlah Batman, namun kuantitasnya ditekan. 

Gelaran aksi tidak dominan apabila berkaca ke durasi 176 menitnya, pun eksekusinya sedikit meninggalkan ganjalan. Demi mereplikasi komiknya, Reeves memposisikan mayoritas baku hantam di bawah pencahayaan luar biasa minim, sedangkan satu-satunya car chase didominasi oleh close up agar tampil atmosferik. Teknik-teknik tersebut menyulitkan penonton menikmati aksi secara utuh, tapi setidaknya itu terjadi bukan karena ketidakmampuan. Semua soal pilihan. Reeves mempunyai visi, walau tak seluruhnya diterjemahkan dengan sempurna.  

Ketimbang blockbuster menghibur, visi sang sutradara adalah membangun dunia sarat teror. Gotham merupakan kota yang dirundung ketakutan. Polisi serta pejabat korup takut akan penghakiman Ridler. Penjahat takut akan pembalasan si Manusia Kelelawar. Rakyat sipil takut bakal menjadi collateral damage. Batman? Ketakutannya mengambil bentuk pergolakan batin. 

Riddler ibarat representasi ketakutan protagonis. The Batman bermain-main dengan gagasan bahwa "Batman adalah simbol". Bagaimana jika ia malah jadi simbol para penebar teror alih-alih rakyat yang tak berdaya? Sayang, esplorasi psikis naskahnya masih berada di area permukaan. Akibatnya, durasi hampir tiga jam terkesan kurang dimaksimalkan, sehingga kala memasuki paruh akhir, The Batman seperti pelari marathon yang mulai kehabisan tenaga. 

Di sini Pattinson berperan besar menyampaikan konflik internal Batman. Layaknya aktor hebat yang menyelami seluk-beluk peran secara mandiri, Pattinson mampu menerjemahkan penderitaan karakternya, saat naskah tertatih-tatih memaparkan itu pada penonton. 

Sinematografi Greig Fraser membuat Gotham bagai gerbang neraka, sementara musik Michael Giacchino memancing perasaan was-was. Ditambah kesabaran Reeves menggulirkan tempo, menonton The Batman lebih dekat ke pengalaman menonton horor atmosferik slow burning daripada film superhero. Kecemasan senantiasa mengikuti, sampai di klimaksnya, yang meski minim aksi, tampil sangat intens. 

Kita terbiasa dengan suguhan superhero konvensional yang memberi rasa aman, memberi keyakinan bahwa penonton tengah menyaksikan aksi jagoannya menuju kejayaan. The Batman menghilangkan zona nyaman itu. Apakah kita sedang mengikuti satu lagi proses kebaikan mengalahkan kejahatan? Ataukah di dunia yang kacau ini tiada lagi ruang bagi cahaya? 

Membumi, mengerikan, tidak nyaman. Menariknya, walau mengandung semua itu, The Batman sejatinya adalah cerita yang hopeful. Kegelapan di dalamnya bukan wujud perspektif pesimistis kedua penulis, melainkan bagian dari proses. Bruce yang baru memasuki tahun kedua memakai topeng kelelawarnya, digiring untuk mencari cara menyalurkan luka dan amarah, lalu memahami bahwa jika ingin menjadi suar dalam kegelapan, ia sendiri tak boleh tenggelam dalam kegelapan itu. 

28 komentar :

Comment Page:
begins mengatakan...

nice review bang 👍 thanks

Anonim mengatakan...

gilaaaaa

Rizky mengatakan...

thank you bang review nya, bagus bgt!

Anonim mengatakan...

Gokil reviewnya!
Terimakasih bang rasyid

Anonim mengatakan...

Bang, The Riddler di sini kaya John Doe, gak?

Rasyidharry mengatakan...

Yaah ada dikit-dikit pengaruh Se7en & Zodiac. Setelah ditonton lagi emang di beberapa titik ada rasa Fincher

Anonim mengatakan...

Emang sekali2 film superhero dibikin out of the box ya bang.... Barangkali nanti sutradara model Wes Anderson atau Tarantino bakal dikasih kerjaan sama DC atau Marvel (barangkali).

Unknown mengatakan...

Gelap banget sumpah nih film, kagak ada PLN apa yak di Gotham. Btw bagus sih emang filmnya.

Rasyidharry mengatakan...

Huehe kalo yang udahmasuk kategori auteur gitu susah sih. Lebih ke sutradara indie muda macem Chloe Zhao kemaren

Anonim mengatakan...

Menampilkan Kawanan Penjahat Terkenal yang benar-benar brutal dalam film THE BATMAN yaitu : Wayne, Falcone, Batman, Penguin, Riddler, Catwoman, Pumpkins...dan Joker

this is THE BATMAN tayang hari ini pertamakali di dunia khusus di layar bioskop Indonesia...

THE BATMAN benar-benar jadi Vigilante di EARTH-2 dunia alternatif...

ingat kata sutradara : "ini bukan film superhero, ini film detektif"...Yup, benar, THE BATMAN adalah drama korea telenovela mafia itali, full drama banget 100%, ampun...

3 jam hanya sekedar nonton film di balut drama korea telenovela mafia itali yang melelahkan...itulah THE BATMAN, mahkluk aneh di sekitar manusia normal di sekelilingnya, hanya THE BATMAN yang tidak normal...penjahat lainnya normal...

duduk dan nikmati alunan lagu AVE MARIA di film THE BATMAN, apalagi riddler yang bernyanyi...

jangan lupa, perhatikan sosok di rumah sakit jiwa...bagi fans berat THE BATMAN, jangan beranjak dari kursi apalagi meninggalkan ruang studio bioskop...ada kejutan di akhir penghujung film sebelum layar di tutup

skor film THE BATMAN 5/10, film THE BATMAN mirip detektif Hercule Poirot dalam film DEATH ON THE NILE

Ilham Qodri mengatakan...

Ini film dari segi kualitas 11-12 sama Batman Begins. Slow tapi menarik di bagian awal, puncak keseruannya di bagian tengah, dan mulai loyo di bagian akhir. Semoga The Batman 2 bisa 11-12 sama The Dark Knight dari segi kualitasnya.

Arkam mengatakan...

Itu kalau penjahatnya ga menyerahkan diri ga bakalan ketangkap... payah Batman

Rasyidharry mengatakan...

Unpopular opinion:

The Batman >>>> TDK

Mansuréssa mengatakan...

gila siih ini gelap parah dari awal sampe akhir... 10/10

Anonim mengatakan...

Walo Batman detektif..tp saya tetap merindukan film nya keren berantemnya.dari era Keaton(era Adam West ga dah��)...sampe Pattinson masih lbh suka Affleck...

Erlanggahari88@gmail.com mengatakan...

Bang, udah ikutan mecahin riddler-nya di website www.ratalada.com?

Andrew mengatakan...

TDK > The Batman = Batman Begins > TDKR. Still TDK is the best Batman Movie.

Chan hadinata mengatakan...

Batman anak emo vibes😂

Unknown mengatakan...

Entah knp selalu melihat vampir di diri Robert Pattinson

Jackob mengatakan...

spider-man-streaming-vf

Jackob mengatakan...

vostfr-the-batman-vf

Jackob mengatakan...

The-batman-zh-fullmovie
The-batman-zh-fullmovie
The-batman-zh-fullmovie
The-batman-zh-fullmovie
The-batman-zh-fullmovie
The-batman-zh-fullmovie
The-batman-zh-fullmovie
The-batman-zh-fullmovie

Alvi mengatakan...

Unpopular opinion: The Batman >>>>> No Way Home

Anonim mengatakan...

The Batman >>>>> TDKR

Mikael Mahija A.B.B mengatakan...

Bukan unpopular opinion itumah wkwkwk

Cinema Paradiso mengatakan...

Untung ada Batman, jd ga becek2 amat

Anonim mengatakan...

Agreeeee

Anonim mengatakan...

Batman paling mati lampu. Meresahkan, tapi menyenangkan. hahaa