REVIEW - WEREWOLF BY NIGHT

3 komentar

Ketika banyak orang memberi cap "terlemah" ke Phase Four, saya berbeda pendapat. Martial arts di Shang-Chi, pendekatan artsy milik Eternals, No Way Home yang mendobrak batas crossover, Multiverse of Madness sebagai suguhan horor murni perdana, WandaVision dengan homage ke sitkom lintas dekade, hingga aspek kultural Islam dalam Ms. Marvel. MCU belum pernah bereksplorasi seluas ini. 

Werewolf by Night jadi eksplorasi teranyar, melalui sentuhan ala film-film monster klasik produksi Universal. Dilabeli "Special Presentation", meski durasinya memenuhi kategori feature (53 menit), Werewolf by Night tak terikat pakem suguhan layar lebar MCU. Termasuk cerita yang sederhana. Sangat sederhana. Naskah buatan Peter Cameron (WandaVision, Moon Knight) dan Heather Quinn (Hawkeye) cuma berlatar satu lokasi, satu malam, tanpa basa-basi, tanpa perkenalan, langsung membawa penonton masuk ke menu utama.

Selepas kematian Ulysses Bloodstone (disuarakan Richard Dixon), sebuah organisasi rahasia beranggotakan para pemburu monster berkumpul di Bloodstone Manor, guna melakoni kompetisi untuk memilih penerus Ulysses sebagai pemimpin organisasi. Pemenang kompetisi pun bakal dihadiahi batu sakti kepunyaan Ulysses. 

Di antara para peserta, dua sosok tampak menonjol. Pertama Jack Russell (Gael Garcia Bernal), yang tak nampak seperti pemburu berdarah dingin. Kedua, Elsa Bloodstone (Laura Donnelly), puteri Ulysses yang pulang pasca bertahun-tahun pergi, karena didorong ketidaksukaan pada tradisi keluarganya. Bernal dengan kecanggungan yang menutupi rahasia besar karakternya, adalah protagonis yang tepat bagi Marvel, sedangkan Donnelly mulus melempar sinisme dan sarkasme khas Elsa Bloodstone. 

Penunjukkan Michael Giacchino di kursi sutradara agak mengejutkan, tapi tugasnya terbukti mampu dijalankan dengan baik, termasuk perihal membawa estetika berbeda ke semesta Marvel. Homage-nya mungkin belum total. Werewolf by Night masih nampak modern, entah dari pilihan shot, kualitas gambar, gaya akting, maupun jenis humor. Pun walau dibungkus memakai visual hitam putih, tidak sulit menebak kalau proses pengambilan gambarnya dilakukan dengan warna (baru dipoles ketika pasca-produksi). Selipan beberapa cue mark (noda hitam di sudut kanan atas selaku penanda rol film segera habis) tetap tak bisa menyembunyikan itu. 

Werewolf by Night ibarat persinggahan sementara ketimbang revolusi total, namun tidak masalah, sebab ia memang dijual demikian. Sebuah "presentasi spesial". Bukan pengubah wajah MCU, melainkan tambahan variasi. Variasi yang menyegarkan, apalagi saat Giacchino tak membiarkan satu pun kematian berlalu tanpa kebrutalan. Cipratan darah, bagian tubuh yang terpotong, aksinya tampil menyenangkan berkat semua itu. 

Satu lagi keunggulan Werewolf by Night terletak pada keseimbangan efek praktikal dan CGI. Efek praktikal dipakai untuk menghidupkan sosok manusia serigala, yang punya desain serupa Larry Talbot dari seri film The Wolf Man. Pilihan itu sesuai dengan era yang dirujuk sebagai referensi. Sementara CGI bagi karakter Man-Thing (Carey Jones) pun terlihat solid. Ketika belakangan kualitas efek spesial MCU makin sering dikritik, dua hal di atas merupakan angin paling menyegarkan. 

(Disney+ Hotstar)

3 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

ada petunjuk : vampire alias blade..

Anonim mengatakan...

hitam putih namun satu-satunya yang berwarna adalah blood stone warna merah sebagai artefak pengganti batu dikoleksi thanos

Anonim mengatakan...

otw nonton