REVIEW - THE WOMAN KING

2 komentar

Mengangkat soal Agojie, prajurit wanita dari kerajaan Dahomey, The Woman King adalah spektakel yang peduli pada cerita dan karakter, sebagaimana ia peduli pada kemampuan menghibur lewat aksi. Proses realisasinya melalui berbagai penolakan. Sebelum Black Panther (2018) datang dengan Dora Milaje yang merupakan versi fiktif dari Dahomey, suguhan 50 juta dollar berlatar kerajaan Afrika dengan cast kulit hitam dianggap kurang menguntungkan bagi banyak studio. Proses berliku itu nyatanya tidak sia-sia.

Pada 1823, Jenderal Nanisca (Viola Davis) memimpin pasukan Agojie guna membebaskan wanita-wanita Dahomey yang diperbudak oleh Kerajaan Oyo. Dahomey pun sebenarnya berpartisipasi dalam bisnis perbudakan (menjual pasukan musuh yang tertangkap misalnya), dan Nanisca menentang itu. Dia vokal meyakinkan Raja Ghezo (John Boyega) agar beralih ke penjualan sawit sebagai cara menyokong perekonomian. Bagi Nanisca, meraup keuntungan dari menjual manusia membuat Dahomey tak ubahnya orang-orang kulit putih yang memperbudak rakyat Afrika. 

Di waktu bersamaan, Agojie tengah melatih calon prajurit baru. Salah satunya Nawi (Thuso Mbedu), yang diserahkan sang ayah kepada raja akibat selalu menolak perjodohan. Nawi berlatih di bawah bimbingan Ajogie veteran bernama Izogie (Lashana Lynch). Satu hal yang mesti ia latih adalah keengganannya dikontrol. Di satu sisi, itu kelebihan. Nawi rela berjuang demi kebebasan. Tapi tanpa kendali diri, hasrat itu bisa berubah jadi kelemahan berupa ketidakdisiplinan. 

Aksi The Woman King bersumber dari pertikaian antara Dahomey dengan Oyo, yang telah bertahun-tahun menguasai mereka. Penolakan Nanisca atas jual-beli pudak praktis menyulut gesekan dua belah pihak. Di bawah pengarahan Gina Prince-Bythewood (Love & Basketball, Beyond the Lights, The Old Guard) dengan pengalamannya di berbagai bidang olahraga terutama tinju, The Woman King punya aksi hard-hitting yang tampak meyakinkan di depan kamera. Pilihan shot sang sutradara menangkap jelas rangkaian koreografi uniknya. Agoije bersenjatakan parang dan tombak, namun saat diperlukan, menghunuskan kuku ke wajah lawan pun dapat dilakukan.

Satu yang perlu dibenahi adalah penempatan aksi dalam naskah buatan Dana Stevens (City of Angels, Safe Haven, Fatherhood). Ketimbang menumpuk di 30-45 menit akhir, intensitas bakal lebih terjaga bila disebar secara merata. Pun ada kalanya progresi alur berlangsung kurang mulus, yang makin terasa akibat terbata-batanya departemen penyuntingan. 

Tapi di luar hal-hal di atas, naskah milik Stevens unggul dalam upayanya melempar kisah empowerment. Agojie adalah pasukan pemberani. Ya, sebagaimana prajurit kerajaan lain, mereka dituntut berani turun ke medan perang, namun risiko yang dihadapi lebih besar. Bila tertangkap, pasukan pria akan dibunuh atau diperbudak. Pasukan wanita mengalami semuanya, tapi risiko lain turut menanti. Pemerkosaan. Dijadikan alat pemuas nafsu pria. Sebelum itu terjadi, Agojie yang tertangkap memilih bunuh diri.

Karakterisasi yang Stevens tampilkan juga kompleks. Nanisca adalah jenderal yang mau berkorban demi kerajaan, tapi bukan patriot buta. Dia melindungi, namun tak ragu bersikap keras. Pergulatan dengan trauma masa lalu membuat langkahnya kerap terganjal, psikisnya terguncang, tapi keberhasilan mengatasi itu jadi alasan figurnya mengagumkan. Viola Davis di usia 57 tahun nyatanya tetap meyakinkan sebagai jenderal tangguh, dan seperti biasa, sang aktris piawai mengatasi kompleksitas emosi.

Pilihan latar tempat dan waktu memungkinkan departemen artistiknya ikut bersinar. Kostum, desain produksi, hingga musiknya muncul dengan identitas unik yang jarang kita temui di blockbuster Hollywood. Beberapa aktivitas kultural sempat ditampilkan. Kadang nampak sakral, ada kalanya meriah, tapi pastinya, selalu indah. Lalu sejenak kita diajak mampir ke pemukiman orang kulit putih yang percaya dirinya lebih beradab. Apa yang terlihat? Ruang-ruang kumuh, pakaian dekil, serta individu yang menggila akibat alkohol. Jadi siapa "orang-orang liar" yang sesungguhnya?

2 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Agojie..hu..Agojie..hu...Agojie...atmosfer film keren seperti pasukan wonder woman dan black panther...Agojie..hu..Agojie...

Anonim mengatakan...

utiwi nonton mazzeh