REVIEW - PUSS IN BOOTS: THE LAST WISH

13 komentar

Saya datang menonton Puss in Boots: The Last Wish tanpa banyak berharap. Sebuah sekuel yang rilis 11 tahun setelah film pertama yang menghibur namun tidak spesial, pada masa di mana magis seri Shrek mulai dilupakan akibat dua installment terakhir yang mengecewakan. Tidak ada alasan memasang ekspektasi tinggi. 

Sekuen pembukanya menampilkan pertarungan Puss in Boots (Antonio Banderas) melawan raksasa batu, dan di situ saya yakin ini bukan sebatas "cash grab". Visualnya dikemas ala ilustrasi buku cerita bergambar, yang senada dengan bangunan dunia negeri dongeng milik franchise-nyaAda kesan dinamis saat karakternya bergerak, pilihan warnanya mencolok, desainnya imajinatif. Ketimbang Shrek, "wajah" film ini lebih dekat ke Spider-Man: Into the Spider-Verse. 

Puss in Boots: The Last Wish disutradarai oleh Joel Crawford, tapi posisi itu sempat diberikan pada Bob Persichetti, salah satu sutradara Spider-Verse, yang juga pernah terlibat di penggarapan Shrek 2 dan Puss in Boots. Artinya, sejak awal DreamWorks memang ingin melahirkan pencapaian artistik lewat The Last Wish. Bukan mustahil pencapaian ini menggaransi pembuatan film kelima Shrek. 

Visual cantik memang keunggulan utama The Last Wish, tapi naskah buatan Paul Fisher dan Tommy Swerdlow memastikan bahwa kecantikan itu juga terkandung dalam ceritanya, yang tampil lebih kelam. Kali ini Puss terlibat dalam petualangan mencari bintang pengabul harapan bersama Perrito (Harvey Guillén), anjing yang berdandan bak kucing, dan Kitty Softpaws (Selma Hayek), mantan kekasihnya. 

Melanjutkan tradisi franchise-nya, The Last Wish dipenuhi parodi bagi cerita dongeng, baik tradisional maupun modern (baca: film Disney). Goldilocks (Florence Pugh) beserta keluarga beruangnya dari dongeng Goldilocks and the Three Bears, juga Big Jack Horner (John Mulaney) dari lagu anak Little Jack Horner menghadirkan rintangan bagi Puss dan kawan-kawan. 

Apa permintaan Puss bila menemukan bintang tersebut? Sederhana saja. Dia ingin hidup. Stok sembilan nyawa miliknya tinggal tersisa satu, dan karenanya ia merasa tak lagi mampu bertualang sebagai Puss in Boots yang gemar menantang maut. Puss yang dulu menertawakan kematian kini dibuat takut olehnya. Sewaktu bertemu serigala misterius bermata merah (Wargner Moura) yang datang untuk mencabut nyawanya, bulu Puss berdiri, ia ketakutan, lalu kabur. 

Siapa sangka The Last Wish bakal membicarakan mortalitas? Sang jagoan ada di titik paling rapuh, yang malah memperkuat penokohannya. Seperti kebanyakan dari kita, ia takut pada kematian. 

Klimaksnya membuktikan kapasitas Joel Crawford menangani hiburan dalam medium animasi. Sekali lagi visualnya indah, gelaran aksinya seru, tapi terpenting, tersimpan bobot emosi di situ, tatkala timbul kesadaran di batin karakter-karakternya. Goldilocks sadar ia telah mempunyai keluarga yang sempurna, sementara Puss menyadari arti hidup. Hidup hanya sementara. Karena itulah hidup berharga dan mesti diperjuangkan sebaik-baiknya.

13 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Nunggu review The Banshees of Inisherin 😆

Anonim mengatakan...

Review KKN yg luwih dowo luwih sableng bang 😁

Anonim mengatakan...

Paling penasaran review KKN bang, penasaran antara jelek atau bagus. Kalau jelek pasti tulisannya menarik.... Mudahan filmnya nggak jelek.

rian mengatakan...

Review KKN LDLM sama Sequence Zero Sewu Dino mas

Anonim mengatakan...

sama bangetttt😎☝

Anonim mengatakan...

untuk film KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni tembus 93.000++ penonton yang mencintai film indonesia

Anonim mengatakan...

gila banget film kkn desa penari extended 40 menit makin menjaring penonton untuk mau ke bioskop

Anonim mengatakan...

film animasi yang menyenangkan

dududu mengatakan...

Bocil yg gk pernah cebok ya gini nii.. najis dimana2..

Anonim mengatakan...

jangan lupa jangan tinggalkan ruang bioskop sampai layar di tutup

Anonim mengatakan...

film animasi gabungan 2D dan 3D yang cocok bagi keluarga, sangat mengasyikan saat adegan battle

Anonim mengatakan...

film yang masih bertahan di layar bioskop dan keren plus cocok untuk family

Bayu Habibis mengatakan...

keren parah ini, mempertahankan cita rasa shrek dengan jokes metanya sekaligus memberi cita rasa baru, el lobo salah satu the best villain dari animasi dreamworks.