REVIEW - KILL BOKSOON

9 komentar

Sekuen pembuka Kill Boksoon menampilkan yakuza bernama Shinichiro Oda (Hwang Jung-min) terbaring dalam kondisi nyaris telanjang di tengah jalan. Dia jadi target Gil Bok-soon (Jeon Do-yeon) si pembunuh bayaran nomor satu. Shinichiro mempersenjatai diri dengan katana legendaris, sedangkan Bok-soon memakai kapak murah dari Walmart. Sebelum saling bunuh, mereka mengobrol santai sambil merokok. Saya pun menghisap sebatang rokok sambil berujar, "Begini seharusnya sebuah film dibuka". 

Banyak film luput menggaet atensi penonton sejak menit pertama, tapi Kill Boksoon berbeda. Semua keunggulannya dituangkan di situ, mulai dari status sebagai tontonan penuh bintang, hingga aksi keren nan brutal. Tidak kalah penting, kita langsung tahu akan menghabiskan 137 menit durasinya bersama orang seperti apa. 

Bok-soon adalah pembunuh hebat, dan ia menyadari itu. Walau tak lagi muda, kepercayaan dirinya soal merenggut nyawa target masih belum surut. "Puteriku cantik, sama sepertiku", katanya sebelum kemudian menawarkan pedang yang lebih tajam untuk dipakai sang lawan. What a woman

Sebagai pembunuh berpengalaman, Bok-soon mampu membayangkan langkah apa yang mesti diambil dalam pertarungan beserta segala risikonya (Dimanfaatkan oleh Byun Sung-hyun selaku sutradara guna melahirkan banyak momen imajiner brutal). Tapi kemampuan itu tidak berguna di hadapan puteri remajanya, Gil Jae-young (Kim Si-a). Apa pun tindakan yang diambil selalu berujung kegagalan. Hubungan keduanya renggang, membuat Bok-soon kesulitan menciptakan work-life balance. 

Byun Sung-hyun yang turut menulis naskahnya, membangun dunia di mana pembunuh bayaran bekerja di bawah perusahaan. Perusahaan tempat  Bok-soon bekerja yang dipimpin oleh Cha Min-kyu (Sol Kyung-gu) dan Cha Min-hee (Esom) memegang kuasa tertinggi. Merekalah yang menetapkan berbagai aturan untuk dipatuhi para pembunuh. 

Bangunan dunia tersebut kentara mengambil inspirasi dari John Wick, sedangkan dinamika si protagonis dengan orang-orang di sekitarnya bakal mengingatkan ke Kill Bill (Judulnya pun mirip). Hasilnya adalah film aksi yang punya gaya serta identitas yang menjauhkannya dari kesan monoton. 

Sesekali daya pikatnya memang memudar ketika merambah elemen drama yang bicara soal jati diri sembari mempertanyakan, "Seperti apa ibu yang baik?". Meski bermuara di konklusi yang cukup berani lewat caranya memandang self-love (Tokoh utamanya adalah pembunuh, pun sang puteri memiliki tendensi ke arah sana), Byun Sung-hyun nampak belum terlalu piawai menyulut dampak emosional. 

Bukan berarti seluruh momen dramatiknya hambar. Jeon Do-yeon dengan dualitas aktingnya masih sanggup memantik rasa. Selain tampil badass memerankan pembunuh ulung, ia pun jago mengambil hati penonton sebagai sosok ibu yang mengalami benturan dalam upayanya membahagiakan anak. Pencapaian serupa belum lama ini juga ia hadirkan di drama Crash Course in Romance

Tapi tentu saja gelaran aksi jadi keunggulan utama filmnya. Banyak baku hantam memukau, tapi pertarungan di bar jadi yang paling menonjol. Bar itu merupakan tempat berkumpul para pembunuh, termasuk Han Hee-sung (the "always great' Koo Kyo-hwan), junior Bok-soon di perusahaan. 

Di satu titik, bar yang biasanya jadi tempat beramah-tamah itu dipakai sebagai panggung pertumpahan darah. Penyutradaraan Byun Sung-hyun sangat dinamis, penuh gaya, khususnya ketika kamera berputar 360 derajat guna menangkap dua pertarungan yang berlangsung di satu waktu. Seru, brutal, bahkan masih sempat menyelipkan humor, andai ditayangkan di layar lebar, sekuen ini bakal disambut meriah oleh penonton. 

(Netflix)

9 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Kill Boksoon bener2 memanfaatkan kemampuan Jeon Do Yeon memainkan pasang surut emosi sebagai pembunuh bayaran sekaligus seorang ibu... dan kelincahannya secara fisik sebagai aktris senior yang disegani.

Hal yang paling aku rasakan bukan bonding ibu dan anaknya tp malah proses tumpulnya seorang pembunuh bayaran dari segi emosi, karena Boksoon sudah mencapai limit yang nggak sebenernya nggak sanggup untuk dilanjutin...

Sebenernya kalo aku lihat dari perspektif Direktur Cha adiknya Minkyu, langkah yang dia ambil itu ga salah juga...

Kakaknya terlalu fokus ke satu orang yg ingin hengkang tapi tidak memikirkan regenerasi bener bener. Sehingga mau ga mau dia harus bertindak yang jd efek domino juga ke akhir.

Adegan fightnya dari awal sampai selesai gaada yang mengecewakan... Ga bosen kuulang ulang apalagi yang di bar itu.

Anonim mengatakan...

*perspektif

Kutu loncat mengatakan...

Sudah nonton semalam,Cukup bagus,Lebih banyak porsi Drama hubungan antara Seorang Ibu dan Anak daripada Action,Action hanya sekedar bumbu pelengkap saja...!
Yang menharapkan Action seperti film The Villainess (2017) mungkin akan kecewa...!
3 1/2 bintang dari aku..

Anonim mengatakan...

adegan fight mirip film the matrix cinematic universe

ending plot twist : bocil jadi jagoan superhero

iambayuanggoro mengatakan...

Mantap bang Rasyid review nya...
Saya jg baru buat blog bang buat bahas2 film, mampir ya bang, kalo bisa kita mutualan :)

Anonim mengatakan...

Bang review film tetris

Anonim mengatakan...

film bocil baru ABG yang keren banget jago silat plot twist yang mengajritkan

Anonim mengatakan...

film lgbt yang keren

gjsytjst mengatakan...

mines buat gw pribadi, story soal anak gadis suka ke sesama gadis.. dan ini di up..