REVIEW - EVIL DEAD RISE

15 komentar

Seri Evil Dead merupakan anomali. Ketika di franchise lain repetisi jadi penyakit yang mesti dihindari kala membuat sekuel, Evil Dead sebaliknya, justru memanfaatkan repetisi. Selain Army of Darkness (1992), pola penceritaan di tiap sekuelnya merupakan reka ulang dari The Evil Dead (1981). 

Evil Dead II (1987) kerap disebut "re-quel" karena membiaskan batasan remake dan sekuel. Evil Dead (2013) tak ubahnya versi lebih kelam dan serius dari film orisinalnya, dengan templat alur nyaris sama. Sedangkan Evil Dead Rise memodifikasi poin-poin cerita film pertama, namun menerapkan nuansa playful sarat komedi gelap ala karya Sam Raimi tersebut. Alih-alih penurunan kualitas, repetisi itu justru memberi kesan segar yang tetap familiar. 

Selepas kemunculan salah satu title card paling keren sepanjang sejarah sinema, filmnya mengajak kita memasuki apartemen kumuh tempat tinggal protagonisnya. Ellie (Alyssa Sutherland), seorang ibu tunggal, menetap di sana bersama tiga anaknya, Danny (Morgan Davies), Bridget (Gabrielle Echols), dan Kassie (Nell Fisher). Malam itu penghuni bertambah ketika Beth (Lily Sullivan), adik Ellie, datang berkunjung. 

Lalu terjadi gempa yang membuka ruangan tersembunyi, karakternya menemukan Necronomicon di sana, kemudian mantra pembangkit Deadite terucap sehingga iblis itu merasuki tubuh Ellie. Formulanya amat familiar, tapi naskah buatan sang sutradara, Lee Cronin, dengan cerdik menerapkan modifikasi terhadap pakem khas Evil Dead. 

Akar-akar "nakal" digantikan kabel lift, pintu basemen selaku pemisah antara manusia dan Deadite berubah jadi pintu apartemen yang terkunci, dan lain-lain. Bukan perihal besar bagi penonton awam, tapi untuk para penggemar, ada kepuasan tersendiri dalam proses mencari hal mana saja dari film Raimi yang dimodifikasi oleh Cronin. 

Akhirnya di kepala mereka yang mengenal Evil Dead, tercipta antisipasi yang terasa mengasyikkan akan datangnya momen-momen "wajib" franchise-nya: gergaji mesin, tangan buntung, hingga hujan dan banjir darah (termasuk sebuah penghormatan untuk The Shining). Tidak cuma soal "Kapan momen itu datang?", tapi juga "Bagaimana interpretasi Cronin terhadap momen itu?".

Termasuk yang kecewa karena versi 2013 garapan Fede Alvarez tampil serius? Jangan khawatir, sebab di sini Cronin meneruskan semangat Raimi lewat sempilan berbagai komedi gelap (adegan "bola mata" adalah reference menggelitik untuk Evil Dead II), tanpa pernah lupa kalau ia sedang membuat film horor. 

Sebagai horor, Evil Dead Rise mungkin salah satu yang terlengkap dalam beberapa waktu terakhir. Gore-nya bakal paling banyak dibicarakan. Unsur kekerasan miliknya menyenangkan, nampak menyakitkan, dan variatif.

Tapi Cronin turut menawarkan suguhan lain, dari atmosfer mencekam berbekal olahan suara ciamik, jumpscare yang efektif, creepy imageries hasil perpaduan tata rias mumpuni dengan kebolehan Alyssa Sutherland berekspresi, hingga intensitas tinggi berkat tata kamera dinamis yang mewakili histeria di dalam apartemen yang bak neraka. 

Klimaksnya melahirkan dua figur penting. Pertama, monster baru bernama Marauder, yang menyokong desain sinting nan kreatif miliknya lewat peleburan seimbang antara efek praktikal dan komputer. Kedua, figur final girl tangguh yang merupakan antitesis sang monster. Apabila Marauder menghancurkan keluarga dengan cara menyatukan (secara literal), maka si final girl sebaliknya, aksinya menghancurkan bertujuan menyatukan keluarga.  

15 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Wah review bgus

Anonim mengatakan...

Evil dead francise adalah francise film horor paling menyenangkan yg pernah ada.oya btw di army of darkness itu buku necromonicon (naturom demonto) ada 3 ya.Jadi bisa dibilang baik itu trilogi ED (Sam Raimi),ED (Alfarez),dan EDR itu saling terhubung melalui book of the dead.Jadi bisa dibilang ED francise adalah tipe horor multiverse.Overall thanks moviefreak.

Anonim mengatakan...

gila anjir banget ini film drama psikologi ciamik banjir darah ya benar banjirrrr darahhhh

udah nonton di layar bioskop, skor : 9/10

Anonim mengatakan...

Tolong info sensornya dong banyak ga? Kentara ga yaa??

Lusiana mengatakan...

satu kata sih buat EDR, edan. dari awal kerasa banget lonjakan gasnya makin ke belakang makin gila. abis namatin serial ash vs evil dead dimana kebanyakan unsur komedinya ga berasa adrenaline. setidaknya EDR ini kadar gorenya masih dimaklumi ketimbang evil dead 2013 yang gila banget. btw alyssha sutherland yang jadi ibunya waktu sebelum dirasukin iblis juga udah serem mukanya. ditunggu next franchise evil dead, semoga tidak harus menanti 10 tahun lagi :d

Anonim mengatakan...

evil dead rise benar benar tsunami muncrat darah abis berasa nggak ada sensor sama sekali
+
evil dead rise ini baru keren daripada film scream 6 yang ternyata kelas B aja alias seharusnya scream 6 bisa masuk layar bioskop karena cuma film bocil
+
dikiranya evil dead rise nggak cuan daripada guardians of galaxy vol.3 sehingga evil dead rise cuma di beri jadual show dan layar terbatas pada hari pertama....EUREUKA ternyata salah justru evil dead rise cuma 90 menitan bisa langsung gaspol di hari berikutnya dengan jadual show dan layar bioskop boombastik fantastik
+
cuan cuan cuan

Anonim mengatakan...

gak review 65 sama Ghosted bang?

Anonim mengatakan...

evil dead rise crottt darah

Anonim mengatakan...

Adegan awalnya keren bingits... Si dia nongol dari danau, terbang kek kuntilanak merah, trus di belakangnya nongol judul... Super super super...

Anonim mengatakan...

Yess bener, salah satu kemunculan title film paling keren sepanjang sejarah perfileman. awesome bgt apalagi ditonton di bioskop.

Anonim mengatakan...

sejelek sebagus apapun film, film horror tetap laris manis di layar bioskop, tidak membuat bangkrut produser film

Anonim mengatakan...

tiap film lgbtq+ pasti laris manis termasuk film evil dead rise ini

Anonim mengatakan...

Semoga ada sekuelnya

Anonim mengatakan...

puas banget nonton film ini : tsunami darah

Anonim mengatakan...

nggak bisa bobo