REVIEW - DREAM

30 komentar

Terinspirasi dari partisipasi perdana Korea Selatan di ajang Homeless World Cup pada gelaran tahun 2010, seperti judulnya, Dream bicara mengenai mimpi. Bukan impian-impian seperti kejayaan atau gelimang harta. Sederhana saja, para karakternya bermimpi mendapatkan kehormatan mereka lagi. Mereka ingin dimanusiakan. 

Alurnya klise. Yoon Hong-dae (Park Seo-joon) adalah pemain bola yang mendapat sanksi akibat sebuah skandal. Demi memperbaiki reputasi, ia terpaksa menerima tawaran menjadi pelatih bagi timnas Korea Selatan di Homeless World Cup. Tentu tak mudah melatih sekelompok tunawisma yang nihil pengalaman mengolah si kulit bundar. 

Entah sudah berapa kali pakem "atlet yang jatuh menebus dosa dengan membimbing para amatir" dipakai guna menyampaikan kisah from-zero-to-hero dalam film bertema olahraga. Tapi, bermodalkan sensitivitas khas sineas Korea Selatan, Lee Byeong-heon (Twenty, Extreme Job) selaku sutradara sekaligus penulis naskah mampu menyulap keklisean jadi suguhan spesial.

Menemani Hong-dae ada Lee So-min (Lee Ji-eun), kreator acara televisi yang berambisi angkat nama melalui dokumenter mengenai proses persiapan menuju Homeless World Cup. Penokohannya menarik. So-min adalah wanita murah senyum yang rajin melontarkan sarkasme untuk meluapkan unek-uneknya, seperti "Semangat menggebu tapi gaji bulanan tetap". 

Dibawakan dengan comic timing luar biasa oleh Lee Ji-eun alias IU, So-min ibarat jendela yang bisa penonton pakai untuk mengintip perspektif Lee Byeong-heon mengenai tokoh-tokohnya. Mereka adalah orang-orang yang menekan penderitaan dengan cara memaksakan tawa, sembari berharap kepalsuan tersebut dapat mengurangi rasa sakit. 

Ada atlet yang jadi bulan-bulanan publik sampai privasinya terinvasi, pekerja dunia hiburan yang karirnya mengalami stagnasi, juga barisan individu tanpa rumah dengan ragam permasalahan personal yang dianggap sampah masyarakat berbau busuk. Mereka menderita, namun berusaha menutupinya melalui tawa. Perjalanan 125 menit film ini menggambarkan proses mereka mengubah kepura-puraan itu menjadi realita. 

Tidak seperti tawa So-min, humor tulisan Lee Byeong-heon sama sekali tak dipaksakan. Segar. Menggelitik. Apalagi cast-nya, termasuk para pemeran tunawisma, sanggup menjual tiap banyolan secara sempurna. Sedangkan Park Seo-joon meyakinkan sebagai pesepak bola profesional. Cukup meyakinkan hingga sang sutradara bisa memakai wide shot kala Hong-dae unjuk gigi di lapangan hijau, alih-alih bergantung pada penyuntingan. 

Terkait elemen drama, Dream punya kuantitas materi memadai. Bahkan mungkin agak terlalu banyak (selain kisah soal mimpi, ada subplot cerita keluarga hingga romansa yang melibatkan beberapa tokoh pendukung) hingga tak seluruhnya dikupas secara mendalam. 

Bukan berarti dampak emosinya melemah. Sekali lagi, Lee Byeong-heon punya segala keunggulan sineas Korea Selatan arus utama, yang piawai mengaduk-aduk perasaan. Tapi cara sang sutradara tidak murahan. Pendekatannya tidak selalu meledak-ledak, mengutamakan kehangatan ketimbang asal menerapkan dramatisasi mengharu biru. 

Puncak rasanya terletak pada pertandingan Korea Selatan melawan Jerman. Di situlah Dream menangkap salah satu esensi terpenting sepak bola. Sebuah permainan indah, di mana kemenangan dan kejayaan menghadirkan kebahagiaan selangit, namun berjuang secara terhormat jauh lebih penting. Begitu pertandingan usai, para tunawisma pun menemukan rumah baru bernama sepak bola.   

(Netflix)

30 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

film korea yang drama atau yang thriller atau yang komedi pasti KEREN & PLOT TWIST yang bikin WOW

tidak untuk yang horror

ini film bagus & inspiratif

Anonim mengatakan...

gagal tayang di layar bioskop, akhirnya streaming

Anonim mengatakan...

nah ini baru film

Anonim mengatakan...

terimakasih mas

Anonim mengatakan...

bagus banget ini di film streaming, di tengah serbuan film film yang tidak berkualitas di layar bioskop

Anonim mengatakan...

skip

Anonim mengatakan...

mau nonton film streaming, nggak ada kuota

Anonim mengatakan...

nggak minat, maaf

Anonim mengatakan...

Film kumpulan manusia plastik main bola, SKIP

Anonim mengatakan...

Reviewnya makin subjektif aja perasaan. Sang penulis berhubung sudah menaruh hobinya pada sesuatu yang berbau korea jadinya kayak sudah condong melebihkan penilaiannya terhadap film ini. Sayang sekali.

Anonim mengatakan...

Maklumin aja itu bacolnya dia, jdi wajar dibagusin

Anonim mengatakan...

gilaaaaa keren banget

skor nilai : 6/10

Anonim mengatakan...

plot twist membagongkan, good

Anonim mengatakan...

film horror banget

Anonim mengatakan...

di tunggu versi remake ala indonesia

Anonim mengatakan...

netflix melulu...bosen

Anonim mengatakan...

nggak jelas nih film

Anonim mengatakan...

FILM INDIA MANA MAS, REVIEW DONG

Anonim mengatakan...

review selain NETFLIX, di tunggu ya mas

Anonim mengatakan...

ulasannya terimakasih mas

Anonim mengatakan...

unfaedah film

Nugroho Suhartanto mengatakan...

@Anonim: Jika elu segitu nggak sukanya sama bang Rasyid, block aja website ini, dan elu gak perlu nongol lagi disini.
Banyak yang suka film Korea, gak cuma bang Rasyid.
Tapi semua GAK SUKA sama komen-komen sampah elu, bukan hanya Bang Rasyid.

Btw, nice review as usual, bang.. Masuk watch list. Thanks!

Anonim mengatakan...

luarbiasa ini film horror korea, tragis

Anonim mengatakan...

drama sejarah kadangkala blunder jika di bawa ke ranah film

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid atas ulasan nya

Anonim mengatakan...

Terima kasih mas Rasyid reviewnya selalu kutunggu..
tapi gue penasaran di blog ini kok sekarang banyak komentar2 tolol gak nyambung sih.

Anonim mengatakan...

gue sudah nonton, gue komentar : bagus ini film

Anonim mengatakan...

rame di awal, sedih di akhir

Anonim mengatakan...

😍😍😍

Anonim mengatakan...

ulasan luarbiasa mas rasyid