REVIEW - HARI INI AKAN KITA CERITAKAN NANTI

21 komentar

Seri Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini punya gagasan sederhana tetapi efektif dalam hal pengembangan waralaba: Semua individu punya sesuatu untuk diceritakan. Sekuel, prekuel, hingga spin-off, dapat berangkat dari konsep tersebut, dan Visinema telah melakukannya. Perihal seremeh apa pun patut diceritakan, tinggal bagaimana si pembuat film meyakinkan penonton bahwa kisahnya memiliki urgensi dan bukan eksis hanya sebagai medium pengeruk keuntungan. 

Beberapa bulan lalu Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang melakukan pekerjaan di atas dengan amat baik. Sementara di kutub berlawanan, Story of Kale: When Someone's in Love dan Story of Dinda: The Second Chance of Happiness melahirkan dua spin-off yang sukar dijustifikasi eksistensinya. Hari Ini akan Kita Ceritakan Nanti selaku penutup trilogi utamanya berdiri di tengah-tengah. 

Di atas kertas ada urgensi, sebab kita belum pernah diajak benar-benar menyelami ruang personal Angkasa (Rio Dewanto) dan sang ayah, Narendra (Donny Damara). Mengacu pada keengganan Angkasa untuk tumbuh menjadi pria seperti Narendra, dua figur ini sekilas amat berlawanan. Tapi benarkah? 

Naskah buatan M. Irfan Ramli dan Yemima Krisantina memecah alurnya ke dalam dua masa guna membangun komparasi antara ayah dan anak tersebut. Masa kini membawa Narendra ke Bali untuk mengunjungi Angkasa, yang menyembunyikan keretakan rumah tangganya dan Lika (Agla Artalidia). Sedangkan latar masa lalu ("hari ini" yang akan mereka ceritakan "nanti") dimulai pada 1987, saat Narendra muda (Jourdy Pranata) dan Ajeng (Yunita Siregar) berkenalan, sebelum akhirnya nekat menjalin asmara. 

Perjalanan Narendra-Ajeng jelas sesuatu yang lebih tertarik dituturkan oleh para pembuat film ini. Di sanalah mayoritas dari 118 menit durasinya dihabiskan. Di situ pula beragam sentilan sosial diselipkan. Melanjutkan tema chosen family milik Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang, serupa sang puteri, Narendra pun menemukan keluarga baru di perantauan.

Sepeninggal sang kakak, Wildan (Aksara Dena), Narendra tinggal bersama Bang Amper (Ricky H. Malau), Yu Inah (Ruth Marini), Arai (Erick Estrada), dan Agus (Muhammad Khan). Asal mereka berlainan, namun disatukan oleh kesamaan nasib berupa kemiskinan. Dunia tak memihak mereka. Ketidakadilan dalam pelayanan medis sampai intimidasi aparat pernah dialami. Percintaan Narendra dan Ajeng pun terbentur dinding perbedaan kelas sosial. Adanya sentilan tersebut membuat alur filmnya lebih memiliki tekstur, meski tugas "Keluarga Narendra" sebagai comic relief tak selalu berhasil akibat materi humor yang acap kali lemah. 

Sedangkan di pihak Ajeng, tuturan mengenai gender dapat ditemukan. Ajeng beserta sang ibu, Laksmi (Ira Wibowo), hidup di bawah kendali ayahnya, Soemitro (Rukman Rosadi). Ajeng dijodohkan paksa dengan Wirjawan (Bukie B. Mansyur), pria yang menyuruhnya "Diam saja, cukup berdandan cantik dan berdiri di sebelah aku". Padahal seperti Laksmi, Ajeng adalah perempuan mandiri. Bersama Narendra ia bebas menunjukkan kemandirian itu. 

Hari Ini akan Kita Ceritakan Nanti konsisten bergerak ke arah romansa yang tak terkekang peran-peran gender, termasuk caranya memberi konklusi bagi masalah ekonomi yang Narendra dan Ajeng alami di awal pernikahan mereka. 

Sayang, upayanya menjalin koneksi antara hidup Narendra dan Angkasa kurang berhasil. Transisi antar masanya memang berjalan mulus, namun selain kesamaan pesan soal "cinta harus diperjuangkan", kedua eranya luput saling memperkaya penceritaan satu sama lain, gagal pula membangun komparasi kuat mengenai ayah dan anak tersebut.  

Apalagi latar masa kini tampil setengah matang, seolah memaksakan konflik (tidak terlalu) baru yang sesungguhnya telah menemukan jawaban di film pertama, atau dengan kata lain, minim urgensi. Satu-satunya penyelamat adalah penampilan Donny Damara, dengan tatapan, gestur, serta tutur kata yang seluruhnya didasari kecintaan terhadap si anak sulung.

Ditambah dramatisasi Angga yang tak selalu efektif (lagu Sesaat Kau Hadir yang terus diperdengarkan sebelum, saat, dan sesudah adegan "pemukulan" kurang tepat mewakili emosi), juga titik balik sikap salah satu karakter yang begitu dipaksakan, membuat Hari Ini akan Kita Ceritakan Nanti menutup trilogi di titik rendah. Tidak buruk, tapi sekali lagi, minim urgensi. 

(Netflix)

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

skip

Anonim mengatakan...

teelalu sakit hati nonton film ini

Anonim mengatakan...

trigger mental health, oh my god

Anonim mengatakan...

netflix again, OMG

Anonim mengatakan...

alur cerita film pancalogi yang plot twist keren

Anonim mengatakan...

film yang selalu meninggalkan bekas luka

Anonim mengatakan...

NKCTHI cinematic universe

Anonim mengatakan...

maaf, yang lain dulu aja, ini terlalu berat

Anonim mengatakan...

ulasan terimakasih mas rasyid

PANCA mengatakan...

Dari Universe NKCTHI cuma yg story of dinda yang berani gw skip.. sisanya masih ok buat ditonton. Masih nunggu cerita tentang Aurora yg kayaknya gelap .

Anonim mengatakan...

nggak kuat nonton nya, lebih horror daripada film horror nya joko anwar,,,ini film bikin hearth breaking ice deh

siapkan lap mata

Anonim mengatakan...

sekejam inikah realita NKCTHI

Anonim mengatakan...

film terbaik

skor film ini : 6.5/10

Anonim mengatakan...

alahhhh mak, kuota gue abis

Anonim mengatakan...

ndak bagus

Anonim mengatakan...

film horror banget, badass

Anonim mengatakan...

film gimmick healthy insane

Anonim mengatakan...

Lucu banget nih film

Anonim mengatakan...

bosen

Anonim mengatakan...

alur cerita nggak paham

Anonim mengatakan...

😭😭😭😭😭