REVIEW - OPPENHEIMER

35 komentar

Oppenheimer merupakan karya terbaik Christopher Nolan sejak perjalanan menelusuri alam mimpi di Inception 13 tahun lalu. Dua judul yang sekilas amat berbeda, namun sebenarnya senada. Sama-sama menelusuri hal yang berada di "dalam", mengembangkannya, kemudian menemukan bahwa sisi internal manusia tidak kalah luas dibanding kemegahan alam semesta. 

Melalui naskah buatannya yang mengadaptasi buku biografi American Prometheus karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin, Nolan bak ilmuwan yang tengah melakukan penelitian yang menghasilkan rumusan mengenai J. Robert Oppenheimer (Cillian Murphy). Sedangkan kita, penonton, diberi kesempatan membaca hasil penelitian tersebut. Membaca seorang Oppenheimer. 

Nolan bukan sekadar meneliti. Dia pun bereksperimen, mengutak-atik formula film biografi. Sebuah hipotesis diutarakan: Gaya khas Nolan (yang kerap dianggap minim emosi) bisa diimplementasikan guna melahirkan biografi kaya rasa. Hipotesis itu terbukti. 

Di menit-menit awal, kita bertemu Oppenheimer muda yang masih belajar di Cavendish Laboratory. Pikirannya gamang, dihantui kerinduan terhadap rumah serta kecemasan. Nolan menyelipkan gambaran molekul yang berputar dengan kecepatan tinggi, partikel yang saling bertabrakan, diiringi suara gemuruh menggetarkan. Visualisasi yang sempurna mewakili isi hati sang protagonis, sekaligus memudahkan orang awam seperti kita memahami, bahkan ikut merasakan dinamika psikis ilmuwan brilian macam Oppenheimer. 

Alurnya dipecah ke dalam dua bagian yang masing-masing diberi judul Fission dan Fusion. Fission, dikemas dengan gambar berwarna, bertutur menggunakan sudut pandang subjektif Oppenheimer, melihat dunia dari kacamatanya, berpusat pada proses pembuatan bom atom di Proyek Manhattan yang ia pimpin setelah ditunjuk oleh Leslie Groves (Matt Damon). 

Sementara Fusion dengan warna hitam putih merepresentasikan sudut pandang orang lain mengenai Oppenheimer, terutama Lewis Strauss (Robert Downey Jr.) ketua AEC (Atomic Energy Commission) yang tengah melakoni pemeriksaan jelang penunjukannya sebagai anggota senat. 

Dua linimasa di atas tampil bergantian, merangkai jalinan penceritaan kompleks. Sangat kompleks. Banyak peristiwa, banyak pula figur datang dan pergi. Jika pengalaman menonton pertama terasa membingungkan, cobalah mengunjunginya lagi. Setelah kita berhasil memahami gagasan utamanya, lalu mengenal nama-nama yang terlibat, barulah naskah Nolan menampakkan kejeniusannya. 

Oppenheimer merupakan eksperimen. Nolan merombak gaya bertutur film biografi konvensional bukan tanpa alasan. Oppenheimer didesain agar tampil layaknya fenomena ilmiah yang identik dengan si tokoh utama. Seputar fisi yang berujung pada reaksi berantai serta ledakan (secara harfiah dan figuratif), juga fusi, yang biarpun tanpa ledakan, menghasilkan lebih banyak energi dengan memanaskan dan menahan rapat-rapat suatu bahan bakar. 

Oppenheimer memang "sangat Nolan". Aroma filosofis, alur non-linear, twist, dan tentunya kesan megah. Hanya ada satu ledakan sungguhan, yakni pada sekuen uji coba Proyek Manhattan (perpaduan kesunyian dan bait dari Bhagavad Gita membuatnya terasa amat menghantui), namun sepanjang tiga jam durasinya tersebar banyak "ledakan" lain, yang terjadi dalam batin Oppeheimer. 

"Ledakan-ledakan" tersebut memfasilitasi filmnya untuk tetap tampil eksplosif biarpun berbentuk drama. Gemuruh tata suara atmosferik, dentuman musik gubahan Ludwig Göransson, hingga gambar-gambar dari kamera Hoyte van Hoytema, menyelaraskan diri dengan visi Nolan yang menegaskan bahwa gejolak batin manusia tak kalah epik dibanding kemegahan semesta.  

Sinematografi garapan Hoytema patut diberi kredit lebih. Fokusnya bukan kepada bentangan lanskap, melainkan close-up. Karena sekali lagi, sisi epik Oppenheimer muncul dari hal internal alih-alih eksternal. Gaya pengambilan gambar tersebut memberi sorotan yang lebih terang bagi penampilan ensemble cast-nya, yang dipimpin oleh Cillian Murphy melalui eksplorasinya atas kompleksitas psikis seorang Oppenheimer.

Tidak hanya Murphy, nama-nama lain pun tak kalah memikat. Robert Downey Jr. menghidupkan ambiguitas karakternya, Emily Blunt sebagai Kitty (istri Oppenheimer) membawa kekuatan tanpa perlu menyulut ledakan, sampai Florence Pugh sebagai Jean Tatlock yang menumpuk rasa sakit menyesakkan. Nama-nama dengan porsi yang jauh lebih terbatas seperti Josh Hartnett, Benny Safdie, Tom Conti, dan Gary Oldman juga tampil membawa prinsip "quality over quantity".

Oppenheimer adalah entitas langka yang cuma bisa (dan berani) dibuat oleh Nolan. Adegan penutupnya (momen paling emosional yang pernah Nolan buat sepanjang karirnya) bakal sulit dihapus dari ingatan. Saat itulah proses penonton "membaca J. Robert Oppenheimer" bermuara. Kita memahami rasa bersalahnya, merasakan ketakutannya, dan dari situ, tercipta cautionary tale yang luar biasa efektif. 

35 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Film yang bikin berkali-kali merasakan sesak dan tangis, karena ikut merasakan ironisnya posisi Oppenheimer.

Ketika bom dijatuhkan, film ini secara intens menunjukkan gmn kondisi psikis tokoh utamanya hancur. Hal yg oleh beberapa o4ang diprotes karena tidak menunjukkan kerusakan akibat bom. Tapi menurutku justru sebaliknya.

Udah lama nungguin review bang Rasyid untuk film ini, sehari kinimal 3x ku cek web blognya, akhirnya sekarang udah ada hehe.

Btw komentar ini pake nama Anonim tanpa kesengajaan ya, maunya pake nama google tapi ntah kok gak bisa keganti, mungkin karena saya pake hp dan koneksi juga mayan payah.

Anonim mengatakan...

Komentar ini masih lanjutan komentar di atas...

Ku sangat terkesima dgn acting Cillian Murphy, terutama di pengaturan intonasi suaranya, tatapan mata yg penih rasa dan juga gimmick wajahnya. Mungkin terkesan lebay, tapi rasanya ku belum pernah melihat acting seperti ini. Mungkin pengalamanku nonton film masih sedikit juga sih hehehe. Cast lainnya juga gilee

Anonim mengatakan...

skip

Anonim mengatakan...

Florence Pugh sebagai Jean Tatlock benar-benar ledakan atom sesungguhnya menyebabkan muncratnya alam pikiran kecacatan seorang bapak atom yang manusiawi

film bagus nan melelahkan

Anonim mengatakan...

suara bom atom nya meledaknya sungguh mengerikan,,,,sunyi senyap menggetarkan jantung

Anonim mengatakan...

ini baru namanya film true horror thriller fantasy

keren banget ini film & tidak cocok untuk anak-anak yang mau nonton sejarah bapak atom

Anonim mengatakan...

nothing special for this film

underrated movie

Anonim mengatakan...

ketika bom atom di ledakkan pertama kali, seluruh penonton di ruang bioskop menjerit histeris

pengalaman nonton di bioskop yang menyenangkan

Anonim mengatakan...

film storytelling dongeng ini telah menarik penonton ke layar bioskop sebanyak 450.000-an, goodjob

Syaeful Basri mengatakan...

Penampilan terbaik RDJ after endgame, bisa kali masuk nominasi best supporting actor di oscar tahun depan 😁

Abdi Khaliq mengatakan...

Sorry oot!! Ambil sisi paling positif, tanpa bom atom di jepang, Indonesia mungkin gak akan merdeka, masih dijajah dan menjadi budak jepang. Terima kasih Oppie atas jasamu.

hilpans mengatakan...

Setuju sangat bagusss

Anonim mengatakan...

film serius namun diselingi nude itu keren, bagus

Citra CS mengatakan...

Sumpah! sempat kaget mas Rasyid kasih bintang 4 dibawah Barbie yg 4,5. Setiap hari minimal check 3x udah upload reviewny Oppenheimer atau belum di Blog ini. Tapi ngga nyesel setelah baca review lu, Mas, bagus! :D

Keep up reviewing yaa
Masa bodoh sama Anonim yang cuma bisa mencaci maki di kolom komentar. Karena yg mereka bahas ngga jelas banget. Kangen dengan isi komenan blog ini yang dulu sering jadi ajang diskusi. Sekarang cuma sering komenan sampah negatif ke yg punya blog. heran banget dah

Btw, apa ente nonton 2x? karena kalau dibaca ulang review diatas ada kalimat yang menjurus nonton >1x baru paham. Makanya score bintangnya naik 0,5? haha

Anonim mengatakan...

wow seru nih film apalagi ada adegan uwa uwa enak nya, makin boombastis

Anonim mengatakan...

skor film OPPENHEIMER = 7/10

bagus ini film, gue sudah nonton

Anonim mengatakan...

Memantau review dari Movfreak sejak Kamis dan sangat puas baca reviewnya karena (lagi-lagi) sependapat👍 Oppenheimer bukan hanya lebih mudah dipahami daripada Tenet, tapi Nolan mampu menyuguhkan biografi yang indah, magis, mencekam dan tak mudah dilupakan bahkan setelah berhari-hari ✨️ Definitely karya terfavorit Nolan selain Interstellar 👏

Alvi mengatakan...

Setelah Inception

The Dark Knight Rises: Kritik dan penonton umum suka
Interstellar: kritik mixed reviews tapi penonton umum suka
Dunkirk: kritik suka tapi penonton umum mixed reviews
Tenet: Kritik dan penonton umum ga suka
Oppenheimer: Kritik dan penonton umum suka

Aswar mengatakan...

Katanya nothing special, tp dibawahnya bilang underrated? Underrated apa mau bilang overrated?

Anonim mengatakan...

kena prank : boom nya meledak tidak segahar iklan promosi, hot scene nude justru terbaik dan di hujat keras

great job, nolan

Anonim mengatakan...

Oppenheimer, blowjob movie

Anonim mengatakan...

film horror terburuk sepanjang masa tercatat dalam track record award

Dila mengatakan...

Film ini berhasil bikin gue nyesek sepanjang nonton. Nyesek dan sedih banget, tapi gak bisa nangis. Unik banget experience-nya. Ironis banget ngeliat seorang yang berkat kejeniusannya mendapat kekuasaan untuk membuat bom nuklir, yang kemudian dipermalukan karena kontribusinya itu. Baru di tahun 2022 pemerintah US memberikan security clearance kepada Oppenheimer, yang mungkin sejalan dengan dialog menohok Einstein di scene akhir-akhir filmnya.

Adegan favorit gue ketika Oppenheimer dipermalukan di sidang tertutup, di situ seperti mental Oppenheimer hancur secara pelan-pelan. Ironis banget.

Terus mereview ya, Mas Rasyid. Sejak awal tayang, gue bolak-balik ngecek blog ini buat tau pendapat mas Rasyid sekaligus dapet sudut pandang baru.

Anonim mengatakan...

karya film OPPENHEIMER, dari sudut pandang pemenang perang, pembodohan sejarah

Anonim mengatakan...

busyet dah, film bikin sakit mata penonton

Anonim mengatakan...

jangan lupa pakai pampers jika mau nonton film 3 jam

SUNSHINE mengatakan...

Keren tulisannya

Anonim mengatakan...

mumet nih film

Anonim mengatakan...

film butut, ora blas

Anonim mengatakan...

duh, jelek banget ini film, udah nonton di IMAX kena prank, nggak ada suara bom nya tuh

Anonim mengatakan...

Kapokkk. Sukurin loe. Aowkwkwkwk

Anonim mengatakan...

film penuh prank dan tipu daya penonton

Anonim mengatakan...

film paling bad bad bad idea

Anonim mengatakan...

stupid movie : LoL sex scene

Anonim mengatakan...

boom ☺️☺️☺️