REVIEW - MEG 2: THE TRENCH

25 komentar

Kelemahan The Meg (2018) adalah, sebagai tontonan beraroma b-movie mengenai serbuan hiu raksasa, ia kebingungan menentukan jati diri. Dia jelas bukan sajian kelas satu macam Jaws (1975), namun terlalu ragu untuk tampil sebodoh Sharknado (2013) atau film-film hiu konyol lain. Meg 2: The Trench sayangnya mengulangi kelalaian serupa. 

Jangan terkecoh oleh trailer menyenangkan miliknya, yang menjanjikan megalodon terbesar, pembantaian di pantai, sambil diiringi lagu Barracuda kepunyaan Heart. Mengadaptasi novel The Trench karya Steve Alten, filmnya lebih banyak memperlihatkan Jason Statham mondar-mandir di dasar laut ketimbang wajah si megalodon.

Beberapa waktu setelah film pertama, Jonas (Jason Statham) masih aktif bekerja di fasilitas Mana One yang telah berganti kepemimpinan pasca meninggalnya Suyin (Li Bingbing memutuskan tidak kembali di sekuel ini). Naskahnya dibuat oleh Jon Hoeber, Erich Hoeber, dan Dean Georgaris. Ada tiga kepala, dan tak satu pun dari mereka mencetuskan ide untuk menyertakan penyebab kematian Suyin. 

Mana One kini dikepalai oleh kakak Suyin, Jiuming (Wu Jing), yang juga bertugas merawat puteri sang adik, Meiying (Sophia Cai). Jiuming berambisi meneruskan penelusuran ke dalam palung selaku tempat tinggal para megalodon. Bisa ditebak, di satu titik penelusuran itu berakhir pada kecelakaan, yang membuat para kru Mana One terjebak di tengah habitat alami megalodon. 

Apa yang kemudian terjadi? Kalau "pembantaian oleh megalodon" jadi jawaban yang muncul di kepala kalian, bersiaplah kecewa. Seolah terkekang oleh pengurangan bujet (dari 178 juta di film pertama jadi 129 juta), Meg 2: The Trench cenderung pelit memamerkan wujud sang monster yang seharusnya merupakan jualan utama. 

Babak pertamanya didominasi obrolan hambar dari mulut jajaran manusia tanpa penokohan menarik. Mereka membicarakan banyak hal, dari tetek bengek ilmiah, obrolan mengenai keluarga, atau sebatas saling melempar gurauan, namun tak satu pun akan menempel di ingatan, karena seluruh interaksi itu hanya berstatus penambal durasi. Alat pengulur waktu sampai pembuat filmnya diberi lampu hijau untuk memunculkan sang hiu.

Babak keduanya berisi upaya kru Mana One bertahan hidup di dasar palung. Di kursi penyutradaraan, Ben Wheatley mungkin mengira ia sedang menggarap judul-judul seperti Kill List (2011) dan A Field in England (2013) yang melambungkan namanya satu dekade lalu. Pendekatannya terlampau serius, menampilkan aktivitas jalan santai karakternya di bawah laut dengan tempo lambat yang melelahkan, tanpa sedikitpun cengkeraman atmosfer. Begitu tiba waktunya meningkatkan intensitas, Wheatley juga kepayahan dalam menyajikan kekacauan, yang semakin kacau hingga sukar dinikmati akibat ketidaktepatan pilihan shot serta penyuntingan buruk. 

Memasuki 30 menit terakhir, Meg 2: The Trench berusaha memenuhi janjinya tatkala melepas ketiga monsternya (megalodon, gurita raksasa, dan Jason Statham) ke permukaan. Itu pun tidak dengan maksimal. Wheatley masih malu-malu mengakui jati diri karyanya, melalui pendekatan yang tetap mengekang keliaran. 

Menjelang penutup, secercah harapan sempat muncul kala filmnya menampilkan pertarungan dua raksasa, sedangkan Statham beraksi bak superhero bersenjatakan "pedang baling-baling". Sayang, pemandangan yang seharusnya memenuhi Meg 2: The Trench itu berlangsung terlalu singkat. Lebih baik saya menonton ulang Mega Shark Versus Giant Octopus (2009). 

25 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Jujur. Saya lebih takut nonton jaws dibanding the meg. Saya phobia lautan sama gak bisa berenang :D

Anonim mengatakan...

film made in China

Anonim mengatakan...

busyet dah dashyat banget ini film asia

Anonim mengatakan...

The Meg (2018) lebih keren dan bikin puas penonton

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid

Anonim mengatakan...

Tiap karakter lain ngeluarin dialog, saya selalu ngebatin "anjir..lu pada ngoceh apa si"

Dewa mengatakan...

Nih film apa sih ,dan bego nya gw nonton smp habis

Anonim mengatakan...

film terbaik dari yang terbaik

bagong banget ini film sampai gue tepok jidat : WTF

Anonim mengatakan...

benar benar film tanpa otak, enjoy it...

Anonim mengatakan...

nonton ke bioskop bawa masalah pribadi, nah ini film cocok untuk penonton bermasalah

Anonim mengatakan...

FILM HEBOH ABAD INI

Anonim mengatakan...

film ini benar benar keren, saking keren nya saya mau muntah

Anonim mengatakan...

Boker di laut itu fun banget

Anonim mengatakan...

skor film ini : 9/10

Anonim mengatakan...

jadi pengen makan gurita bakar

Anonim mengatakan...

lagu nya asyik bikin bocil menari di bioskop

Anonim mengatakan...

film epic terbaik

Anonim mengatakan...

😂😂😂 lucu blas

Anonim yang komen disini goblok mengatakan...

Buat anonim yg komen disini kayaknya harus ke RSJ sering2 berobat, semangat ya buat capernya sampe dibalas admin

Anonim mengatakan...

uhhh baracuda...

Anonim mengatakan...

fenomena keajaiban permukaan dasar bawah laut

Anonim mengatakan...

Ga lucu, nyet

Anonim mengatakan...

Belom ditanggepin juga? Kesyaan lu, nyet

Anonim mengatakan...

film fantasy absurd yang bagus

Anonim mengatakan...

masih bertahan di layar bioskop, yuk nobar