REVIEW - SOCIETY OF THE SNOW

21 komentar

Survive! (1976) dan Alive (1993) adalah film-film yang mendramatisasi peristiwa jatuhnya pesawat Uruguayan Air Force Flight 571 di pegunungan Andes pada 13 Oktober 1972. Optimisme terpancar dari kedua judul tersebut, karena statusnya memang perayaan terhadap keberhasilan para penyintas bertahan hidup. Tapi bagaimana dengan mereka yang tak pernah pulang? 

Ada dualisme dalam kecelakaan tersebut. Beberapa menyebutnya "Tragedi Andes", sedangkan nama "Mukjizat Andes" disematkan oleh mereka yang coba memandang dari perspektif lebih positif. J. A. Bayona selaku sutradara Society of the Snow, yang turut menulis naskahnya bersama Bernat Vilaplana, Jaime Marques, dan NicolΓ‘s Casariego, tidak berniat mengeksploitasi salah satu sisi. 

Society of the Snow, yang mengadaptasi buku La sociedad de la nieve buatan Pablo Vierci, bukan tragedi yang mengemis air mata penonton, bukan pula aksi kepahlawanan yang berambisi tampil menggugah. Dia ibarat elegi penuh hormat bagi para korban jiwa. Setiap ada individu yang meninggal, nama sekaligus usianya tertera di layar. Mereka bukan sebatas tubuh tanpa nyawa maupun data statistik berupa angka.

Awalnya 45 orang terbang dari Montevideo (Uruguay) menuju Santiago (Chile). Termasuk di dalamnya adalah 19 anggota tim rugbi Old Christians. Lalu terjadilah peristiwa nahas tersebut. Akibat kekeliruan navigasi, pesawat terjatuh di tengah hamparan salju Andes. 

Layaknya tsunami di The Impossible (2012), Bayona memvisualisasikan kecelakaan itu dengan begitu mencekam. Wajah-wajah ketakutan di tengah suara mesin yang perlahan-lahan semakin memekakkan telinga, doa demi doa yang mulai dipanjatkan, hingga tubuh yang saling bertabrakan tatkala pesawat menghantam daratan. Sejak itulah lanskap pegunungan bersalju yang indah menjadi sumber keputusasaan. 

Di hari pertama, 33 orang yang bertahan hidup berharap tim SAR bakal datang dalam hitungan hari. Lebih dari dua bulan berselang (hari ke-72) barulah pertolongan itu tiba, guna membawa pulang 16 penyintas. Society of the Snow merangkum 72 hari penuh penderitaan itu ke dalam 144 menit yang punya cukup permasalahan guna menyokong durasi yang lumayan panjang.

Society of the Snow piawai memancing rasa tidak nyaman penonton, entah lewat kengerian berbagai kecelakaan lanjutan yang terus mendera para penyintas, sampai hal-hal menjijikkan yang terpaksa dilakukan demi bertahan hidup, dari memakan koreng hingga mayat. Dilema moral perihal kanibalisme yang identik dengan tragedi ini tak luput diolah oleh naskahnya.  

Di kursi penyutradaraan, Bayona masih lihai mengaduk-aduk emosi tanpa perlu mengeksploitasi. Sang sutradara tidak melulu bergantung pada alunan musik melankolis dan pemandangan mengharu biru. Tapi keputusan paling brilian yang ia lakukan adalah dengan menjadikan Numa Turcatti (Enzo Vogrincic) sebagai protagonis.

Numa bukan anggota tim rugbi. Dia hanyalah orang luar yang kebetulan diajak turut serta, dan baru memutuskan ikut di saat terakhir. Dia pun tidak termasuk dalam 16 penyintas yang diselamatkan pada 22-23 Desember 1972. Pada 11 Desember, Numa jadi penumpang terakhir yang kehilangan nyawa. 

Mempresentasikan alurnya melalui sudut pandang Numa, yang namanya jarang dibicarakan karena bukan termasuk penyintas, menegaskan intensi Society of the Snow. Film ini adalah penghormatan bagi para "unsung heroes". Bagi mereka yang jarang dipanggil "pahlawan" akibat tidak berhasil pulang. Tatkala voice over Numa terdengar di penghujung cerita, ia seperti tengah mengawasi kawan-kawannya yang hidup di dunia, sembari tersenyum dari tempat di mana ia tidak lagi menderita.

(Netflix)

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

No Bocil This Movie

Anonim mengatakan...

Keren Brutal ini film

Anonim mengatakan...

Kanibalisme Terijinkan

Anonim mengatakan...

Kisah Nyata Absurd

Anonim mengatakan...

OMG

Anonim mengatakan...

streaming tiada duanya

Anonim mengatakan...

Society of the Snow skor : 9/10

Anonim mengatakan...

kisah nyata yang tragis

Anonim mengatakan...

skip terlalu kejam

Anonim mengatakan...

ngantuk beuh

Anonim mengatakan...

good film boring movie

Anonim mengatakan...

nggak seru nggak ada kuntilanak

Anonim mengatakan...

film dari kisah nyata luar biasa

Anonim mengatakan...

superhero dari dunia nyata

Anonim mengatakan...

πŸ˜”πŸ˜ŸπŸ˜” film sedih πŸ˜ŸπŸ˜”πŸ˜Ÿ

Anonim mengatakan...

ketika tangan tuhan turun

Anonim mengatakan...

OMG SO SADLY

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid ulasan nya

Anonim mengatakan...

wow keren

Anonim mengatakan...

cerita alur sederhana

Anonim mengatakan...

mewek aing